Tentang cita-citamu....
"Kamu bisa Oscar, semua orang tau," aku memeluk erat tubuh Oscar dari belakang.
"Aku bukanlah Putra Hanggono yang mampu membawa nama SMA PELITA memenangkan lomba Fisika se-ASIA," Oscar berujar pasrah.
Ya, Oscar bukan Putra Hanggono– sang Jawara Fisika yang sudah membawa mendali emas diperlombaan Fisika antara negara Asia. Tapi, Oscar lebih dari Putra Hanggono. Oscar memiliki IQ lebih tinggi dibanding sang Jawara 2 tahun lalu itu.
Pertandingan fisika se-Asia itu diselenggarakan setiap 2 tahun sekali, dan kali ini atau tepatnya seperti biasa, SMA PELITA ditunjuk untuk menjadi wakil dari Indonesia. Semua itu berkat prestasi-prestasi yang sudah ditorehkan oleh sekolah ini. Aku berkeyakinan bahwa Oscar dapat membawa medali emas. Aku sudah menyadari bahwa Oscar memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bidang fisika, karena dulu, aku selalu mencuri jawaban darinya saat ujian yang diberikan oleh Pak Ramses.
"Kamu bisa," aku meyakinkan Oscar.
"Well, kalau itu memang maumu," Oscar tersenyum. "maukah kamu semakin meyakinkanku?"
"Meyakinkan tentang apa lagi?"
"Tentang cinta," Oscar tersenyum.
Aku mengerti maksudnya, aku tersenyum pula. Lalu aku memagut bibir Oscar. Kuresapi setiap lumatan yang terjadi antara bibirku dengan bibir Oscar, sentuhan dan getaran aneh yang selalu muncul saat aku melakukan ini, getaran itu sangat aku nikmati.
"Kamu benar-benar––-" aku langsung diserang Oscar lagi dengan bibirnya.
"Gila. Ya, aku gila, karena cintaku kepadamu," Oscar menerjangku lagi.
Setiap inci tubuhku adalah miliknya. Semua hidupku sudah kuletakkan didalamnya. Semua nafasku sudah menjadi nafasnya. Oscar adalah mataku, Oscar adalah jantungku, Oscar adalah hidupku, Oscar adalah belahan hatiku, Oscar adalah segala-galanya. Oscar mengangkat tubuhku dan membawaku ke tempat tidur. Kubuka seluruh pakaian yang menempel ditubuh kami. Oscar mengecup setiap bagian dari tubuhku. Aku terbuai dalam cinta yang Oscar nyatakan.
Oscar, kau benar-benar adalah bagian dari hidupku. Aku tak tau, bagaimana aku menerima nanti saat aku harus kehilanganmu. Suatu hari nanti, aku akan hidup tanpamu. Tanpa cinta darimu lagi...
Ya suatu hari nanti..
–oOo–
"Panas diradiasikan dari suat tempat ketempat lain dalam bentuk radiasi inframerah. Makhluk hidup, termasuk manusia, merupakan makhluk hangat yang senantiasa meradiasikan gelombang infra merah," ujar Oscar sambil terus menatap lorong-lorong gerbang penerimaan tamu-tamu domestik.
Aku menyimak.
"Dengan fakta tersebut, sebuah detektor yang mampu mendeteksi gelombang infra merah akan mampu mendeteksi keberadaanmu meskipun dalam keadaan gelap gulita," lagi-lagi kau mengeluarkan kalimat yang mampu menjelaskan betapa pintarnya dirimu.
"Ini informasi yang luar biasa sayang," ujarku lembut.
Kutatap sendu wajah Oscar yang masih saja menerawang jauh disana. Beberapa dokumen-dokumen tampak terisi penuh dalam genggaman Oscar.
"Well, apa kamu akan merindukanku?" ini adalah kali keberapanya kau menanyaiku sejak beberapa bulan lalu setelah kau divonis menjadi perwakilan dari SMA PELITA.
"Pertanyaan klasik," aku memutar bola mataku. Waktuku bersamamu hanya tinggal lima menit lagi.
"Aku membutuhkan keyakinan, untuk terakhir kalinya,"
"Hei! Kamu hanya pergi 2 minggu!"
Oscar akan berada dijepang selama 2 Minggu. Waktu yang lama, mengingat bahwa ini hanyalah kompetisi. Tetapi, ini berbeda. 12 hari untuk pelatihan sekaligus penyuluhan disana. Dan 2 harinya adalah perlombaanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/53153858-288-k655405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Ficção AdolescenteKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...