Flashback
Oscar POV
"AKU BILANG JANGAN DIGUGURIN!!"
"AKU GAK MAU NANGGUNG MALU!!"
"APA KAMU GILA??! JANIN YANG ADA DIDALAM KANDUNGANMU ITU ADALAH DARAH DAGINGMU! BUAH CINTAMU!"
"Aku gak sanggup..," suara itu bergetar.
Aku mendekat kearahnya, terbesit rasa kasihan yang mengerayapi diriku. Aku mengelus pelan kepalanya.
"Tenang, aku akan merawat bayimu ini.." aku mengambil keputusan.
Aku tak ingin bayi yang tak berdosa ini digugurkan. Aku akan menjadi ayah angkatnya. Aku harus!
"Aku malu Oscar... sebentar lagi semua orang akan menyadari perutku yang membesar. Aku pasti akan dibunuh ayahku!" Jeniffer terisak.
Aku memeluk tubuh sepupu perempuanku ini.
"Kamu bisa sembunyi dirumahku," aku menenangkan Jeniffer.
"Tolong bantu aku Oscar, tolong,"Jeniffer memohon.
"Apapun akan kulakukan," aku mengambil sumpah untuk melakukan apapun yang dia inginkan.
Aku sangat kasihan melihat sepupuku ini seperti ini. Jeniffer masih duduk dibangku 3 SMP tapi dia sudah mengandung. Naas sekali nasibnya. Aku sudah mengatakan dari dulu, bahwa bekerja menjadi penyanyi dikafe itu tidak baik untuknya. Tapi Jeniffer selalu membantahku. Jeniffer benar-benar keras kepala. Aku terkadang harus menjaga kelakuan Jeniffer. Jeje orangnya sangat nekad. Apapun mampu dia lakukan.
Dulu, Jeje pernah berniat bunuh diri dengan menyayat nadi tangannya. Dan dulu, pernah pula Jeje menikam ayahnya sendiri karena tidak memberikan izin untuknya bekerja dikafe. Jeje benar-benar wanita yang nekad, aku bersungguh-sungguh.
--oOo--
1 tahun kemudian....
"Gimana? Kamu ikut tinggal disini atau?" tanyaku kearah Jeje yang sedang menggendong bayi yang begitu lucu, Oscar Junior.
Jeje sangat ingin memberi nama anaknya Oscar. Akupun hanya dapat terkekeh dengan keinginannya itu. Jeje mengatakan, kelak anaknya akan mewariskan sifat baik ku, hihihi..
"Tentu saja aku kembali ke rumahku! Aku sudah lama meninggalkan rumah dengan alasan yang tak jelas,"
Jeje mengasingkan diri, dia benar-benar pergi keluar kota dan melakukan proses persalinan disana. Dan hampir selama perutnya membesar, Jeje tinggal dikota itu pula. Aku heran, mengapa kedua orang tuanya membiarkannya begitu saja. Atau mungkin Jeje mengancam mereka lagi, entahlah..
"Jadi, bagaimana dengan Junior? Dia tinggal bersamaku?" aku menurunkan koperku.
Tebak, aku baru saja membeli rumah sendiri. Aku ingin hidup mandiri dari orang tuaku. Jadi, atas inisiatifku, aku memilih untuk tinggal berjauhan. Lagi pula, kedua orang tuaku terlalu sibuk untuk mengurusku, mereka lebih mementingkan pekerjaannya.
"Yup, begitulah. Tapi, aku akan sering berkunjung," Jeje berujar. "Jadi, kita akan SMA dimana?"
"SMA PELITA BANGSA II," ujarku ringkas. Jeje tersenyum.
Aku menangkap senyuman itu, tapi aku tak mengerti maksud dari senyumannya tersebut.
"Ada yang salah?"
"Aku dengar, kalau di SMA itu, banyak cowok-cowok cakep," Jeje kembali seperti semula, genit.
"Jangan buru-buru untuk mencari ayah tiri Junior," ujarku bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Ficțiune adolescențiKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...