"DAVVVEEE!!! KITAA SATUU KELASSS!!!!" teriak Nindy yang sangat memekikkan telingaku sampai-sampai semua orang melihat kearah kami dengan tatapan ingin membunuh kami seketika itu pula.
Aku pun berjalan menghampiri Nindy, berjalan kearah papan pengumuman. Kerumunan siswa tampak sedang sibuk untuk menemukan namanya. Semua tampak begitu antusias melihat kejurusan mana dia akan melanjutkan proses menimba ilmunya.
"Cepetaannnnnn!!" Nindy tak sabar kemudian menarik tanganku secepat kilat dan menyeretku kederetan orang yang sesak didepan papan pengumuman.
" Nihh lihattt! Nama kita adaaaa!!! Kita masuk IPA, IPA 2!!!" suara Nindy semakin melengking.
Oh dear, betapa bahagianya sahabatku yang satu ini. Aku juga akan ikut bahagia bila memang dia bahagia, dan aku akan ikut sedih bila dia terhanyut dalam duka.
"YEEE!!! Sepertinya kita harus bikin perayaan nihh!!" aku jadi terikut-ikut akan kebisingan Nindy.
Anak-anak disekitar kami tampak melihat kami dengan tatapan najis. Bila tak salah, ada beberapa wanita penggosip yang terlihat sedang mengeja beberapa huruf sambil menatap kearah kami, tetap dengan tatapan intimidasi. Bila tak salah mereka berujar KAMSEUPAY, apalah ituuu... aku tak tau. Mungkin mereka sedang membaca mantra untuk menyantetku detik ini juga.
Nindy kemudian berhamburan entah kemana, mungkin Nindy ingin membanggakan dirinya yang mampu masuk kekelas IPA 2. Atau mungkin sekedar berbasa basi dengan kawan-kawan. Akupun ditinggal sendirian didepan papan tulis yang banyak bertempelkan HVS-HVS yang bertuliskan nama-nama siswa. Orang disekelilingku terlihat sudah mulai bubar. Hanya tinggal 2 oarang wanita saja yang masih terpaku didepan papan putih ini.
Aku pun menulusupkan pandanganku kederetan calon siswa yang bakalan masuk kekelas IPA 2. Namaku lansung tercetak jelas disana. Aku berada pada urutan 3 dari atas, sungguh pretasi yang mengesankan. Aku pun mencari nama Nindy. Nama Nindy berada pada deretan ke7 dari atas. Aku tersenyum.
Kemudian aku berfikir sejenak. Menerka-nerka kemana Sunshine akan melanjutkan masa pembelajarannya. Aku pun beralih kepapan sebelah, papan untuk jurusan IPS.
Aku tak menemukan namanya tertera disana. Bukankah Oscar kurang menyukai pelajaran-pelajaran menghitung??Kemudian tampak 2 siswi tadi berteriak histeris.
"KYYAAA!!! AKU SATU KELAS AMA Oscar," kata seorang siswa yang berambut ikal.
Oscarrrrr??????
Akupun berlarih kederetan nama siswa yang masuk kedalam kelas IPA.
"Waaahh selamat ya say. Udah masuk dikelas unggulan, jumpa ama cowok rupawan pula," kali ini siswi berambut keriting merasa iri akan keberuntungan soulmatenya itu.
Kelas unggulan?
Mereka pun berjalan menjauhi papan ujian. Aku pun langsung menuju kearah papan yang dimana mereka tadi tampak begitu berharga, IPA 1.
Oh dearr......
Dadaku terasa sesak. Badanku panas dingin. Rasanya aku ingin mual saat ini juga.
1. Oscar Aditya
2. Ribka Juhardy
3. Dimas MuntheNama Oscar!!!!! Nama Oscar dideretan paling utama, deretan yang paling diimpi-impikan semua siswa yang mengais ilmu di sini.
Aku bingung akan perasaanku saat ini, bercampur bahagia dan sedih. Bahagia karena bisa melihat orang yang sedari dulu kukagumi kini diperhitungkan di sekolah ini. Sedih karena harus berpisah dengan pujaan itu pula. Aku rasa aku akan kehilangan semangat belajarku.
Aku pun berjalan menjauhi papan pengumuman itu. Aku tak tau harus melakukan apalagi. Mungkin inilah jalan tuhan untuk menjauhkan aku dari Oscar secara perlahan. Tapi sungguh, aku belum siap
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Teen FictionKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...