"Dave!!" ujarnya lagi dengan nafas tersengal.
"Masih ingatkan sama aku?" tanyanya sopan sembari mengatur nafasnya yang kurang beraturan.
Kali ini aku mulai berfikir . Ya ini Nathan! Yang kemarin memuji permainan pianoku saat berada dicafe!!
"Nathan?" tanyaku polos.
"Iya, hmm.. ngapain kesini? Kok sendiri?" cerocosnya
"Hehe, lah? Situ?" jawabku membalikkan pertanyaan.
"Hahaha, kalau aku memang setiap sore kesini" ujarnya sambil mulai duduk disampingku.
"Ngapain?"
"Ya menikmati sunset lah." jawabnya.
Kulirik kearahnyanya, tampak dia sedang menerawang jauh kesana.
"Sejak kapan kamu suka kesini?" tanyaku.
"Hmm, sudah sekitar 5 tahunan lah." jawabnya santai.
"Widih, betah amet!"
Dia tak bergeming. Matanya masih menerawang jauh. Tampak gurat kesedihan terlukis pipih di wajahnya. Aku tak berani menanyainya lebih lanjut, karena itu adalah privasinya. Kami pun terdiam dalam seribu bahasa.
"Kamu suka gak ama bintang laut?" tanyanya membuka perbincangan.
"Hmm, suka banget. Apa lagi ama si Patrick." jawabku polos.
"Oh." ujarnya singkat sambil merogoh saku celanya.
Dan sekejap kemudian dia mengeluarkan dua bintang laut yang berukuran kecil yang hanya sekitar ukuran jempol orang dewasa, kecil tapi tak terlalu kecil. Satu berwarna biru dan satu laginya berwarna merah. Tampaknya bintang laut itu sudah mati, terlihat dari warnanya yang sedikit pucat , tapi tetap saja bintang laut itu masih mempesona. Kuperhatikan bintang laut itu, indah.
"Dapat darimana?" ujarku terkagum-kagum.
"Hahaha, disitu." ujarnya sambil menunjukkan pinggiran pantai yang dekat dengan sebuah gua berukuran kecil.
"Kesana yuk." ajakku semangat sambil berdiri dan membersihkan celanaku dari bekas pasir yang menempel.
"Ngapain?" tanyanya sedikit bingung.
"Aku juga pengen." ujarku.
"Pengen apaan?"
"Ya bintang laut dongg!"
"Hahaha, tadi udah aku cari disitu, tapi tinggal ini aja."
"Hah?! Kamu yakin?,"
"Iya." ujarnya mantap.
"Yahh, padahal aku pengen punya bintang laut." kataku murung.
Aku pun kembali duduk disamping Nathan. Aku sangat menyukai bintang laut mini tersebut.
"Kalau kamu mau, nih ambil punyaku." katanya sembari menyodorkan salah satu bintang laut yang berwarna biru.
Aku terperangah.
"Kamu yakin?" tanyaku.
"Yes, If you want it, take it!" ujarnya.
Kemudian dia meraih tanganku dan meletakkan bintang laut berwarna biru itu ketelapak kanan tanganku.
"Beautiful." ujarku terperangah oleh keindahan bintang laut ini.
"Oke, karena aku sudah memberikannya padamu, tolong jaga baik-baik."
"Pastinya dong masbro." ujarku semangat.
Aku menatap kearahnya, dia tampan. Malah bisa dibilang sangat tampan, tapi kenapa hatiku tidak berdesir bila didekat Nathan. Jauh berbeda saat aku berdekatan dengan Oscar. Mungkin aku harus menyadari semua Kenyatta ini, bahwa aku MENCINTAI OSCAR.
![](https://img.wattpad.com/cover/53153858-288-k655405.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Ficção AdolescenteKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...