Aku terbangun. Aku langsung duduk dan mulai memeluk erat kedua lututku. Dan menopangkan daguku. Aku sudah terbiasa terbangun tanpa aroma kopi buatan Nathan yang dulu sering menyambut pagiku. Aku sudah terbiasa membuat sarapanku sendiri. Sesak tiba-tiba terasa menggerogoti jantungku. Nathan? Kenapa engkau tak kembali? Jemma akan menikah esok. Apakah kau akan hadir disana? Aku harap kau hadir. Dia adalah sahabatmu. Besok adalah hari yang paling bersejarah untuknya. Aku tak berharap kau kembali mencintaiku. Aku hanya berharap kau kembali disisiku.
Aku pun beranjak dari tempat tidur. Dan seperti biasa, aku masuk kedalam kamar mandi. Setelah berhasil membasuh diriku, akupun turun kedapur untuk menyiapkan sarapanku. Kali ini aku hanya akan membuat seporsi kecil. Karena Jemma tak akan kesini. Lengkap sudah kesepianku.
Aku mulai melahap Pancake buatanku sambil menangis.Nathan kembalilah. Aku merindukanmu. Aku membutuhkanmu. Aku.... Aku.... Aku Mencintaimu!
Aku pun menangis dengan derai air mata yang begitu berlimpah. Nafsu makanku pun hilang. Aku harus mengakui perasaanku ini. Bahwa aku mencintai Nathan. Tapi aku yakin, Nathan tak mencintaiku lagi.
Aku begitu bodoh! Mengapa baru sekarang aku mampu mencintainya. Mengapa disaat dia menghilang baru tumbuh rasa cinta?! Aku ingin bersama Nathan!!
Aku berlari ke wastafel, dan memuntahkan seluruh isi mulutku. Aku mendadak kenyang. Aku kembali menatap sosok bayangan yang didepan cermin sekarang ini. Mataku memerah.
Nathan, kembalilah. Aku ingin menyatakan cintaku untukmu. Bahkan aku bersedia untuk menikah denganmu sekarang juga. Bukankah di negara ini hubungan kita diakui? Kembalilah Nathan. Jangan membuatku begitu mengerikan.
Aku pun terduduk dilantai yang begitu dingin. Aku meratapi nasibku. Aku berbaring di atas lantai yang begitu dingin.
"Aku membutuhkanmu saat ini Nathan." ujarku lirih.
Malam harinya...
Aku memberes-bereskan rumah Nathan yang sudah bersedia menampungku selama tiga bulan terakhir. Sudah sepatutnya aku melakukan ini. Ini hanya sebagian kecil dari rasa berterima kasihku untuk Nathan. Setelah berhasil membereskan rumah Nathan, tak lupa juga aku mengemasi barang-barangku. Kali ini badanku terasa lelah. Aku harus istrirahat sekarang juga. Aku harus mempersiapkan kondisi fisikku untuk menghadiri resepsi pernikahan Jemma pukul 3 sore esok.
Ini adalah malam terakhirku di Belanda. Ini adalah malam terakhirku untuk tidur dikasur Nathan. Nathan hadirlah untuk malam terakhirku ini. Sejurus kemudian aku berbaring dan merengkuh selimut yang sudah menjadi penghangatku selama berbulan-bulan disini.
--oOo--
Pagiku terasa begitu berat. Aku harus meninggalkan negara yang sudah banyak memberiku kenangan. Aku melirik kesebelah kasurku. Nathan, kau juga belum kembali...
Aku lirik jam nano yang terletak dimeja samping kasur. Arrghh!! Sudah jam 1 siang!! Aku sungguh sangat kesiangan!
Aku beranjak dari atas kasurku dan mulai mandi. Setelah mandi aku mulai membuat sarapan kecil untukku atau dapat pula dikatakan sebagai makan siang. Perutku terasa begitu kosong. Mungkin karena dari semalam aku tak ada mengisi perutku ini.
Aku berlari kecil menuju dapur dan mulai mengambil kue yang ada dilumbung pendingin. Kurasa tak akan sempat lagi aku membuat Pancake karena perut laparku ini terasa begitu menyiksa.
Setelah berhasil mengisi perutku, aku pun beranjak kearah ruang tamu dan mulai memperhatikan seluruh isi ruangan. Sempurna! Semua terlihat sangat rapi. Tak sia-sia aku semalam membersihkan rumah ini. Hmm, kalau begitu aku harus berpakaian rapi. Aku akan menghadiri resepsi pernikahan Jemma. Ini adalah moment paling bahagia untuknya. Aku tak akan menyia-nyiakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Sunshine
Ficção AdolescenteKarena ada sebuah ruang kosong dihatiku, tepatnya sebuah ruangan kecil yang diisi oleh Petra. Aku tau, sangat tau, bahwa aku juga.. mencintai Petra. Ruangan kecil itu, kini membuatku teringat kembali akan masa-masa pertama saat aku jatuh cinta pada...