five conversation.

2.3K 156 0
                                    

And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time. Or is that just me and my imagination

Alfian POV

"Yan, kenapa sih kalau ga kamu yang pulang malem, Raisa yang pulang malem. Apa sih yang bikin kalian pulang malem?" Tanya mom dan duduk di sebelah gue.

Emang sih ini jam 12 malem dan Raisa belom pulang pulang dan ga ngabarin sama sekali.

"Mom tidur aja. Aku aja yang nungguin dia." Ucap gue cuek dan fokus dengan tv di depan gue.

"Kalau dia kenapa napa gimana?" Tanya mom dan gue menghela nafas panjang.

Jadi setiap gue pulang malem ini yang di lakuin mom? Sumpah gue jahat abis.

"Mom, Raisa 2 SMA bukan bocah lagi. Tenang aja. Sekarang mom tidur aja." Ucap gue dan mom akhirnya pasrah dan masuk ke dalam kamar.

Sebenernya gue sangat amat males nungguin Raisa begini berasa nungguin orang penting.

Tapi firasat gue mengatakan sesuatu yang sangat amat buruk terjadi sama Raisa. Dan gue bener bener takur akan hal itu sekarang.

"Assalammualaikum." Ucap seseorang dan gue kenal itu suara Raisa. Dia masuk dan berjalan ke arah sofa ruang tamu dan kayaknya dia lagi nyopot sepatu.

Gue diem dan menunggu Raisa ke ruang tengah. Toh tangganya lewat ruang tengah ini.

Gue fokus dengan hp gue. Dan gue mendengar suara nafas Raisa dan dia naik pelan pelan.

Wah mau main petak umpet lo ama gue?

"Rai, ini bukan setan loh." Ucap gue dan Raisa langsung terkekeh pelan.

Gue menaruh hp gue di sebelah gue dan muka gue langsung kaget ngeliat luka lebam di bawah kelopak matanya.

"Yan gue capek. Night." Ucap Raisa dan naik lagi ke atas.

Ye kunyuk.

"Sini lo." Panggil gue dan Raisa malah senyum kikuk berusaha nyari alasan.

"Yan gue ngantuk sumpah. Dah ah gue tidur." Ucap Raisa dan malah naik lagi.

"Lo boleh naik. Tapi gue teriak ada lo disini sekarang." Ucap gue dingin dan Raisa langsung bingung dan ngebelalakin matanya.

"Yah plis jangan dong yan ah."

"Kesini. Sekarang." Ucap gue sarkastik.

"Gimana kalau bes-"

"Now." Ucap gue dingin dan tajam dan gue rasa suara gue cukup kencang buat di dengar orang lain.

Raisa langsung lari ke arah gue dan duduk di sofa sebelah gue. Dengan muka agak sedih dan takut.

Kayaknya gue serem yah? Haha.

"Itu biru biru kenapa?" Tanya gue dan Raisa meneguk ludah dan menggaruk tengkuknya.

"Jatoh han dari tangga."

"Rai, gue kembaran lo. Jangan boong ah." Ucap gue dan Raisa menghela nafasnya dan sekarang dia malah nangis.

Gila. Gue kan ga nabok dia.

"Tadi gue lagi di jalan. Terus ada yang ngikutin gue dan dia tiba tiba nyegat gue dan nonjokin gue." Ucap Raisa dan gue langsung kaget setengah mati.

Sumpah. Kalau gue yang kena mungkin wajar. Gue bukan anak baik. Tapi kalau Raisa? Well 0,1% doang kemungkinannya. Secara dia juga cewe.

"Ada yang ilang?" Tanya gue dan dia menggeleng sambil terus menangis.

Gue langsung bangun dan meluk dia kemudian mengelus punggung dia hingga gue rasa dia tenang.

THS [3] InfinetoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang