four aghast.

2.5K 160 6
                                    

Just because everything's changing. Doesn't mean it's never been this way before

Ghea POV

Teet.. teet..

Bel istirahat berbunyi setelah kira kira sejam Alfian dikeluarin dari kelas. Hari ini gue bener bener dikagetkan dengan beribu ribu fakta aneh.

Apalagi fakta bahwa gue adalah chairmate seorang Alfian Fadlika. Itu fakta yang bener bener mengejutkan.

Gue emang seneng karena mungkin dengan dia duduk di sebelah gue, hubungan gue dan dia bisa membaik.

Tapi gue juga agak kagok grogi gimana gitu. Ya lo pikir lah, rasanya duduk sama mantan yang udah 3 tahun tapi masih ada rasa dalam diri lo.

Gue sendiri masih gatau perasaan gue ke Haykal apa ke Alfian. Ah tapi Alfian udah ga ketemu 3 tahun makin ganteng yah. Hehe.

Brak

"Eh sorry sumpah sorry banget maaf gue ga sengaja banget." Ucap gue dan sedikit menunduk.

"Iya selaw aja sih." Ucap dia dan gue memberikan senyum kikuk gue.

Mantap Ghea. Di hari pertama lo udah nabrak anak orang. Di labrak, di labrak deh lo.

"Ngomong ngomong lo anak baru ya?" Tanya dia ramah.

"Eh iya." Ucap gue pelan. Sumpah gue deg degan abis. Kalau gue sampe di apa apain gimana. Mampus, mampus deh gue.

"Santai aja sih. Gue ga bakal ngapa ngapain lo. Nama lo siapa?" Tanya dia dan gue tersenyum grogi.

Sialan pikiran gue berasa dibaca sama dia.

"Eh nama gue Ghea." Ucap gue dengan senyum gue. Kemudian matanya membelalak kayak ngeliat sesuatu yang aneh.

"Hah? Lo kelas berapa?" Tanyanya dan gue jadi bingung sendiri.

Kenapa dia natap gue kayak takjub banget. Matanya yang coklat itu terlihat bisa menggelinding ke luar kalau dia masih kaget melotot begini terus.

"Kelas Berapa?" Tanyanya masih bingung.

"11C."

"Chairmate lo siapa?" Tanya dia semakin penasaran sama gue. Ada apaan sih?

"Alfian." Ucap gue sedikit ragu. Fakta bahwa Alfian cucu kepala sekolah, keturunan yayasan, anak eksis itu gue yakin semua orang juga tau.

Yang penting ga tau Alfian mantan gue kan?

"HAH?" Teriaknya membuat sekelebat bayangan buruk langsung masuk ke otak gue. Kenapa dia kaget banget ya?

"Nama lo siapa?" Tanya gue dan sedikit menganggap ini peluang biar gue punya temen di sinikan. Daripada gue ngestuck sama fakta gue duduk sebelah mantan.

"Karla Avegas. Panggil aja gue Vega. Lo mau ke cafe kan? Bareng yuk!" Ucapnya dan menarik tangan gue.

Sejujurnya gue mau ke perpustakaan. Cuma gue juga berfikir dengan ke cafe bareng dia gue bakal dapet peluang punya temen.

"Gimana rasanya sebangku sama Alfian? Konyol ya?" Tanyanya dan gue sedikit menaikan satu alis gue.

Kenapa Vega mau tau banget tentang Alfian? Dia pacarnya?

"Hah gitu dia tidur." Ucap gue jujur dan Vega malah ketawa sendiri.

"Dari dulu Fian ga pernah mau punya temen sebangku. Dulu Kemal waktu kelas 10 bisa duduk sama dia itu juga karena maksa maksa Alfian gitu deh." Ucap Vega dan gue terkekeh.

"Tapi gue serem duduk sama dia." Ucap gue jujur dan Vega semakin ketawa.

"Serem kenapa?" Tanya Vega dan dia membuka pintu ruangan yang dipadati banyak anak. Gue rasa ini cafenya deh.

THS [3] InfinetoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang