I fell in love, now i feel nothin' at all. Had never felt so low when i was vulnerable. Was I a fool to let you break down my walls?
Alfian POV
Ga ada yang lebih menyenangkan di sekolah selain dateng pagi di saat hujan dan minum cappuccino.
Gue menyukai ketenangan ini. Entah kenapa. Gue bukan tipe tipe orang orang yang lebih mencintai kesendirian dibanding keramaian.
Well, siapa sih yang mau sendiri? Ga ada okay?
Kecuali lo lagi makan indomie pas ujan gue rasa lo harus menyendiri. Karena pasti dimintain. Itu adalah salah satu shit moment dalam hidup gue.
Keramaian, gue menyukai itu. Karena dalam keramaian gue bisa menutupi kesendirian gue dan gue akan lebih menghargai kebersamaan.
Tapi enggak berarti orang yang menyukai keramaian membenci ketenangan. Pasti, ada saat dimana mereka sangat menikmati kesendirian.
Karena dari keramaian kita akan belajar benar apa arti dari ketenangan.
Nanti gue ganti jadi Alfian teguh ah. Udah bijak gini. Pantes.
HAHAHAHA.
Gue mengaduk cappuccino gue dan menyesapnya perlahan sambil melihat banyak anak yang datang kehujanan.
Entah bagaimana nenek dari neneknya gue neneknya lagi (pokoknya pendiri Vancy) bisa menyulap sekolah ini menjadi kalangan atas.
Benar benar kalangan atas.
Entah bagaimana. Seenggaknya di sini semua pake mobil. Sementok mentoknya pake motor pasti motor mahal.
Mungkin ada beberapa dari mereka yang enggak karena beasiswa. Tapi gue pribadi salut sama orang yang mau banting diri buat sekolah di kalangan anak yang- yeah you know lah.
Mereka ga seharusnya di musuhin. Mereka beasiswa bukan mereka yang mau. Tapi mereka disamperin buat ditawarin beasiswa. Gue mah jadi mereka nangis gulimg guling.
Bukan karena Vancy sekolah anak orang kaya tapi karena gue berhasil bikin yayasan tertarik dan menarik gue.
Tapi di dunia ini ga semua sepemikiran sama gue. Ada diantara mereka yang benci melihat anak beasiswa.
Seperti Amara. Gue benci ini. Gara gara Amara Raisa jadi ikut ikutan. Raisa itu emang bukan pentolan. Tapi apa yang dia lakuin berimbas sama satu sekolah gue akui.
Siapa yang ga segan sama pemilik sekolah? Gue jadi mereka sih agak segan gimana gitu.
Raisa nindas anak anak cleverness out of bounds. Itu bahasa halusnya. Kepintaran di luar batas. Tapi disingkat jadi COOB.
Tapi dengan sangat mengenaskannya gengnya Amara merubah pandang orang orang dari cleverness out of bounds jadi poverty out of bounds.
Siapa sih yang ga sakit hati dibilang miskin di luar batas? Gue mah kalau gitu mau jambak jambak Amara.
Tapi namanya lingkungan ya begini.
Beruntung, kembaran Raisa adalah gue. Dan keberadaan gue jauh lebih berpengaruh dari Raisa. Gue mengangkat derajat coob.
Ya ampun gue kayak duta anak gitu yah?
Gue memperhatikan mobil berjejer panjang hanya untuk berhenti di depan pintu utama sekolah.
Ada yang cerdik dikit. Dia turunnya ga pas di depan pintu. Yang menting ga keujanan. Dengan begitu dia bakal jauh lebih cepet.
"Hey kiddo." Ucap Vega datang dan duduk didepan gue duduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/46749653-288-k329722.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THS [3] Infinetory
Teen FictionThis the and of THS (The High School) In - Fine (s)Tory Mimpi itu indah Mimpi itu menyenangkan Mimpi itu sempurna Aku bisa menjadi segalanya lewat mimpi Termasuk menjadi putri dalam kerajaan dengan kisah paling indah. Dengan pangeran yang bersamaku...