One by one, I gotta take them down. We can run and hide, ain't goin' down without a fight.
Ghea POV
"Terimakasih les pianonya kakak kira sampai sini saja." Ucap gue menutup tutup piano.
Deeva, anak yang gue ajar bermain piano langsung berdiri antusias dan salim.
Lucu yah.
Raihan pembalap. Syra dj. Gue guru.
Pekerjaan yang mulia.
"Aku duluan ya kak." Ucapnya dan gue mengangguk kemudian dia berjalan keluar ruangan dengan kuncir duanya yang tergerak ke kanan dan ke kiri.
Entah, semenjak insiden makan Raihan bilang dia sama Syra udah dapet kerjaan. Gue jadi terinspirasi buat ngelamar di sini.
Dulu, gue les disini sampe lulus gitu deh. Jadi langsung diterima.
Cuman Alfian nih yang ga kerja.
Eh, Alfian emang ngapain kerja. Sumpah dia kaya banget. Ga bakal abis dah tuh kekayaannya sampe tujuh turunan.
Lagipula lulus sma dia pasti langsung dapet kerjaan. Dia bisa nerusin bapaknya di London. Buka cabang baru perusahaan di sini atau jadi pemilik Vancy.
Enak ye hidupnya.
Setelah membereskan kertas partitur gue segera keluar. Sebenernya hari ini gue nyuruh pulang lebih cepet karena mau ujan.
Fyi, gue kemana mana itu kalau ga jalan naik ojek, taxi, ya bajaj. Mama sama papa ga ngebolehin gue bawa kendaraan. Tapi Ical boleh.
Gur merasa sangat hina dengan kenyataan ini.
Iya sih semua gara gara gue pernah nabrak pohon waktu naik mobil. Untung guenya sehat walafiat.
Tapi paling engga kasih motor kek.
Yaudahlahya gue mah sabar aja.
Gue berpamitan dengan guru guru yang lain. Kemudian menuruni tangga dan keluar tempat les.
Gue merasa sangat sedih karena tempat les ini berada di semacam komplek perkantoran.
Enak sih sepi ga rame. Lingkungannya terpercaya lagi. Tapi gue harus jalan sampe ujung buat pulang.
Kalau kayak gini gue hanya mampu merutuki Ical yang ga mau ngejemput gue.
Gue berjalan ke depan. Kebetulan gue juga pernah tau Raisa les apa guru balet (persisnya gue lupa) di deket sini juga. Cuman gue ga tau tepatnya dimana.
Eh tapi mana nyambung gue sama Raisa?
Gatau gue yang aneh apa dia yang aneh. Dia membenci gue. Tapi gue mau ga mau harus baik sama dia. Itu perintah jendral Alfian.
Enggak sih. Bahkan Alfian nyuruh gue buat marah marah ama Raisa. Yang bilang kayak gitu mamanya.
Lagipula sebagai siswi yang baik gue tetep baik kok sama Raisa. Selama teritorial gue ga di ganggu sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
THS [3] Infinetory
Teen FictionThis the and of THS (The High School) In - Fine (s)Tory Mimpi itu indah Mimpi itu menyenangkan Mimpi itu sempurna Aku bisa menjadi segalanya lewat mimpi Termasuk menjadi putri dalam kerajaan dengan kisah paling indah. Dengan pangeran yang bersamaku...