And you can see the look on my face, and it just tears me apart. So we fight trought the hurt, and we cry and cry and cry and cry.
Listening Justin Bieber - Down To Earth.
Alfian POV
Gue mau mati sekarang. Bunuh gue. Hidup gue lebih dari kata mengenaskan. Bahkan sekarang hidup gue complicated banget. Terlalu complicated.
Gue juga tau itu terjadi sama Ghea. Dia kayak mayat hidup yang makasain buat sekolah. Dia membenci gue dan gue tau itu. Gue menghilangkan kepercayaan dia dengan bodoh.
Adeknya pernah ngajak gue ketemuan di tanah lapang. Gue tau banget adeknya marah sama gue dan mau nonjokin gue.
Gue ngejelasin semua ke adeknya dan adeknya berhenti nonjokin gue. Dia cuman natap gue ga percaya dan kecewa.
Dan dia bilang gue kecewa sama lo kak.
Gue mengecewakan banyak orang dan hidup gue bener bener complicated. Keenan licik. Tapi gue ga bisa berbuat banyak karena emang itu salah gue.
Raisa masih di rumah sakit. Kepalanya berdarah karena dipukul pake balok kayu. Gue selalu ngejagain dia pulang sekolah.
Dia minta gue cerita kenapa gue sama Ghea berantem tapi gue mau dia denger dari orang lain aja. Pasti dia ga akan percaya sama cerita gue sampai tua.
Gue ditolak Ghea dan itu bukan bagian terpenting sebenernya. Bagian terpenting adalah gue mengecewakan Ghea. Bener bener mengecewakan dia.
Gue hanya bisa mohon sama Miss Eyna buat misahin tempat duduk gue dan dia sejauh mungkin. Gue juga menempatkan dia di belakang supaya bisa tidur. Tapi sebagai gantinya gue ga boleh bolos bahkan gue harus duduk di depan.
Gue kalah taruhan. Gue udah ga peduli gue mau menang apa kalah juga terserah. Gue hanya ingin menyingkirkan Keenan. Udah itu aja.
Vega, Kemal, Ical bahkan Raihan dan Syra kecewa sama gue. Mereka ga ada di kubu gue karena gue emang salah.
Gue kembali ke gue yang dulu yang dingin dan arogan. Gue selalu ngelampiasin amarah gue sama target di rumah. Kalau ga paling tempat terakhir bar.
Gue ga kuat. Hidup gue benar bebar complicated. Gue masih ada di lingkaran taruhan dan gue kalah. Jadi Keenan bisa semena mena sama gue.
Ya allah lama lama gue bisa mati karena stres.
Hari ini gue udah rencana mau ketemu sama Vega. Dia mau nenangin gue karena gue ketauan dari bar langsung ke sekolah.
Tapi untung aja yang nyadar pertama kali Vega dan dia langsung bawa gue pulang ke rumah.
Jujur gue ga sadar udah di sekolah. Gue bahkan ga tau apa apa. Otak gue serasa udah mau pecah mikirin semuanya.
Gue memasuki kelas Vega dan melihat Vega yang terduduk di pojok dengan mata setengah melotot.
Langkah gue untuk masuk tertahan. Gue tau sebenernya ini ga boleh tapi gue penasaran sama apa yang diomongin Vega. Insting gue ngerasa ini ada sangkut pautnya sama Ghea.
"Kok bisa masuk rumah sakit?" Ucap Vega kemudian dengan secepat kilat dia membereskan barang barangnya.
"Jadi dia over minum obat insomnya?" Tanya Vega yang kemudian terdiam mendengar jawaban dari orang yang telfonan sama dia.
Shit.
Ghea overdossis minum obat?
"Ya gue ga ngasih tau ke Fian. Gue berangkat sekarang. Kasih tau alamatnya." Ucap Vega kemudian bangun dan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
THS [3] Infinetory
Teen FictionThis the and of THS (The High School) In - Fine (s)Tory Mimpi itu indah Mimpi itu menyenangkan Mimpi itu sempurna Aku bisa menjadi segalanya lewat mimpi Termasuk menjadi putri dalam kerajaan dengan kisah paling indah. Dengan pangeran yang bersamaku...