ten haps.

2.1K 144 0
                                    

I think i could understand how it feels to love a girl i swear i'd be a better man.

Ghea POV

Ical kurang ajar emang.

Setelah tragedi stasiun gue kagok banget sama Alfian. Tapi gue mau tetep cuek cuek aja.

Dia aja nyia nyiain gue. Gue juga bisa nyia nyiain dia.

Teet.. teet..

Mendengar bel berbunyi satu kelas lamgsung keluar dan berkeliaran kemana mana.

Gue membereskan buku gue yang masih berantakan.

"Ghe, lo mau ke cafe kan? Bareng yuk ama gue." Ucapan Alfian membuat gue sedikit tersentak.

Gue ga mengindahkan tawarannya dan cuman diem ga peduli sama Alfian. Gue bangun dan beranjak dari kursi menuju kantin.

"Lo kenapa sih ghe?" Tiba tiba Alfian mencegah gue buat keluar dan menggenggam tangan gue.

Dia nanya kenapa? Wtf.

"Kenapa? Gue ga berubah kok." Ucap gue dan Alfian mengerutkan alisnya.

"Gue kira lo udah maafin gue kemaren." Kata Alfian dan gue tertawa singkat.

"Segampang itu?" Ucap gue dan rahang Alfian mulai mengeras. Gue tau persis Alfian kalau gini udah mau meledak ledak.

"Ga ghe. Semuanya sama sekali ga gampang buat gue. Bahkan gue bener bener memperjuangin lo. Gue berubah buat lo. Tolong jangan sia siain usaha gue selama ini." Ucap Alfian dan gue menatapnya tajam sekarang.

"Selama ini? Yakin selama itu?" Ucap gue sarkas dan Alfian keliatan seperti berfikir.

"Ghe lo hargain dong usaha gue. Gue bener bener berubah demi siapa? Lo doang ghe. Bahkan gue ga berubah untuk mama gue." Ucap Alfian dan-

Wow.

Tapi sama sekali ga menakjubkan buat gue.

"Gue ga peduli yan." Ucap gue dan memutar badan gue tapi lagi lagi Alfian menahan gue.

"Gue tau lo ga peduli sama sekali sama keadaan gue. Tapi lo hargain gue dong. Berjuang sendirian itu ga enak, coba lo posisikan diri lo jadi gue." Ucap Alfian dramatis.

"Emang lo berjuang?" Ucap gue sarkas dan Alfian kayaknya bener bener kesel sekarang.

"Lo ga tau gimana sakitnya saat lo mencoba memulai suatu hal yang baru tapi semua itu di-siasiain ghe." Ucap Alfian dan perlahan pertahanan dori gue mulai runtuh.

Bukan. Bukan runtuh untuk memaafkan Alfian. Tapi runtuh untuk mengungkapkan semuanya.

"Lo tau gak gue belajar begini dari siapa? Lo." Ucap gue singkat dan alis Alfian terangkat sebelah.

"Lo lupa awal masuk sekolah gue ga begini? Gue baik. Gue ramah. Gue sabar. Terus semuanya berubah karena siapa? Lo." Ucap gue dan Alfian terdiam.

"Harga diri, egois, gengsi udah gue buang jauh jauh buat minta maaf doang sama lo. Tapi lo ngapain? Apa lo malah nerima? Lo nolak gue bener bener nolak yan." Ucap gue dan badan gue kini bergetar.

Lo tau, perempuan itu tegar. Tapi ga selamanya dia tegar. Terkadang dia harus menangis untuk membuka semuanya.

Lo tau, kebanyakan laki laki tidak rela melihat perempuannya menangis. Namun bahkan mereka tidak mengerti perempuan menangisi mereka tiap malam. Sampai perempuannya harus menangis terang terangan di depan mereka.

Miris.

"Lo tau gue salah buat ga menerima lo. Seharusnya lo ga ngikutin gue ghe." Ucap Alfian dan gue bener bener pengen nampar dia sekarang.

THS [3] InfinetoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang