twentytwo smite.

1.7K 119 0
                                    

People try to tell me, but I still refuse to listen. Cause they don't get to spend time with you

Ghea POV

"Kakak kenapa sih senyum senyum terus? Deeva jadi takut." Ucap Deeva dan lamunan gue langsung buyar.

Sejak kejadian naik sampan di danau dengan Alfian gue selalu senyum senyum gajelas.

Udah berapa orang bilang gue gila ya? Bahkan di sekolah Alfian sering ngatain gue gila karena ngeliat dia aja gue suka senyum senyum sendiri.

Memalukan memang.

"Tuh kan kakak ga jawab pertanyaan Deeva. Deeva mau pulang Deeva takut." Ucap Deeva sambil melipat tangannya sambil memanyunkan bibirnya.

"Jangan ngambek dong Deeva. Nanti kalau ngambek pangeran di mimpi Deeva ga mau dateng ke sini." Ucap gue sambil tertawa dan mengelus rambutnya.

Yah namanya juga anak kecil. Apalagi perempuan. Pasti pikirannya kita harus jadi putri. Cowo yang akan mencintai kita itu pangeran.

"Emang pangeran ada beneran kak?" Tanya Deeva dan gue tertawa.

"Dia mau dateng kalau Deeva latihan piano dulu. Ayo dari kunci c. Satu dua tiga." Ucap gue dan Deeva segera memainkan lagunya.

Gue dan Deeva memang terlampau deket. Dia lucu abis imut banget. Dan kerennya lagi dia kalau sekali diajarin langsung ngerti.

Kring kring

Mendapatkan handphone gue berbunyi gue segera mengangkatnya dan pergi ke ujung ruangan agar tidak mengganggu konsentrasi Deeva.

"Halo?" Ucap gue saat mengangkat telfon untuk pertama kali. Jujur setiap ada telfon gue jarang memperhatikan caller id-nya.

"Hi ghe. Lo dimana sekarang?" Tanya seseorang yang langsung membuat gue tersenyum.

Gue segera memperhatikan caller idnya dan benar dugaan gue. Alfian. Makin gila aja gue kalau begini caranya.

"Gue di tempat les piano. Kenapa?" Tanya gue dengan senyum yang gue rasa ga akan bisa gue hapus.

"Gue jemput ya. Ga ada penolakan titik." Ucap Alfian sambil sedikit tertawa.

"Gue pulang bareng Raisa yan." Ucap gue memperhatikan jam dan mengingat jam kemarin gue dan Raisa janjian.

"Engga. Raisa lagi pergi. Gue ga ngebolehin dia pergi ke tempat lesnya untuk sementara. Bahaya." Ucap Alfian dengan nada seriusnya.

Iya sih gue juga sedikit khawatir kalau misalnya nanti Raisa kenapa napa. Mungkin kemarin gue bisa nolongin dia.

Tapi sekarang? Belom tentu. Gue rasa kemarin gue hanya hoki.

"Lo pulang jam berapa?" Tanyanya dan gue kembali mengecek jam.

"15 menit lagi." Ucap gue pelan.

"Gue berangkat sekarang. See you babe." Ucapnya dan saat dia mengucapkan kata terakhirnya jantung gue langsung berdegup tak karuan.

Ya ampun.

Hanya satu kata dan efeknya seperti ini?

Gue mendekati Deeva dan melanjutkan pelajaran pianonya. Kenapa waktu berlalu begitu lama?

"Kak, emang laki laki yang kayak pangeran itu ada beneran? Kok Deeva ga pernah ketemu ya?" Ucap Deeva dan menghentikan permainannya.

"Ada. Deeva akan ketemu kalau Deeva udah besar nanti. Gimanapun pangeran Deeva, pasti terlihat sempurna di mata Deeva." Ucap gue dan Deeva mengangguk angguk mengerti.

THS [3] InfinetoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang