eight rejection.

2K 156 3
                                    

Cause you got something special, that makes me wanna taste you. I want it all day long, i'm addicted like it's wrong.

Alfian POV

Gue menghela nafas panjang pasca ulangan matematika tadi. Gue pengen ngerobek lembar jawaban sama soal.

Abis soalnya berasa kayak anjing.

"Alfian sayang, aku denger kamu abis ulangan matematika ya? Gimana?" Ucap Amara tiba tiba dateng sama temen temennya.

Lengkap sama Raisa.

Najis dah gue baru ulangan matematika udah dipertemukan sama cewek random macem Amara.

"Mar mendingan lo jangan gelendotin gue. Gue lagi alergi." Ucap gue dan Amara langsung melepas tubuhnya dan bahkan sedikit mendorong gue.

Sialan.

"Lo alergi apaan dah." Ucap Raisa memperhatikan diri gue.

"Lo hidup 17 tahun sama gue gatau gue alergi ama cewek macem lo semua?" Ucap gue sarkas dan bahkan Raisa langsung kaget.

"Ngomong dijaga yan. Gue kembaran lo juga." Ucap Raisa menatap gue tajam dan gue membalas tatapannya.

"Kembaran gue ga temenan ama cabe dan ga pacaran ama terong." Ucap gue dan Raisa langsung mendorong gue.

Tapi dia yang malah ke dorong.

"Mau lo apa sih?" Tanya Raisa dan gue ketawa pelan dan sangat meremehkan.

"Lo? Kembali dengan Vega, dan mencoba dengan Kemal. Udah." Ucap gue dan gue berjalan meninggalkan mereka semua yang masih menatap gue ga percaya.

Gue berjalan santai walau sebenernya engga. Gue bener bener lagi mau marah marah ngecaci maki orang sekarang.

Ya gue yakin ga hanya gue, lo semua kalau abis ulangan mtk juga bawaannya marah marah ga jelas.

"Hey, bro." Tiba tiba suara Keenan terdengar di telinga gue dan rasanya ada seseorang yang menepuk pundak gue.

"Gimana? Gue perhatiin lo mulai modus sama Ghea." Ucap Keenan dan gue bener bener pengen nonjok nonjok dia sampai mati.

Seenggaknya kalau dia mati dendam gue sama dia dan rasa kesel gue sama mtk udah terbayarkan.

"Nan gue ga mau ribut di sini." Ucap gue dan Keenan malah ketawa.

Gila apa ya?

"Wesh, ada apa dengan bos kita?" Ucap Keenan dan tangan gue terkepal mau nonjok Keenan sekarang juga.

Sumpah geregetan banget gue.

"LO PERGI SEKARANG." Ucap gue setengah berteriak hingga satu koridor langsung ngeliatin gue gitu.

"Gila ser-"

"NAN LO KALAU MAU RIBUT GA DISINI." Ucap gue menendang tulang keringnya dan dia langsung meringis.

Udah tau gue kesel. Kenapa masih diajak ribut coba? Maunya apa?

Gue berjalan meninggalkan Keenan yang masih meringis kesakitan. Serah lo dah mau nangis guling guling juga gue malah seneng.

Gue berjalan ke arah lapangan futsal dan berusaha meredam emosi gue kuat kuat. Semua ini salah matematika. Bodo amat pokoknya gue benci matematika.

???

"Tumben lo ngeskype gue. Pasti ada maunya. Gue yakin." Ucap Dhafin dan gue terkekeh pelan.

Let me tell you. Dhafin Paramananda, anaknya Om Fiki sama Tante Lia. Bawel abis ga jelas brutal gila dan kawan kawan.

THS [3] InfinetoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang