Disini Untukmu 10

6.8K 393 29
                                    

   Pagi hari Veranda berangkat ke sekolah dengan riang gembira. Seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah Veranda sarapan terlebih dulu dengan papa mamanya, setelah selesai dia berangkat ke sekolah dengan sedan biru miliknya.

   Hari ini Veranda berangkat ke sekolah sendiri tanpa ketiga sahabatnya itu, karena semalam di chatroom Jeje Wawa dan Beby mengatakan pada dia, kalau mereka semua ingin membawa mobil mereka masing-masing.

   Katanya sih untuk memperlancar skill mengemudi mereka bertiga, plus tidak lagi merepotkan Veranda buat menjemput dan mengantarkan mereka kembali sampai ke rumah. Padahal Veranda melakukan itu dengan sukarela dan tanpa pamrih.

   "Halo, kamu udah berangkat?" Veranda menelepon Kinal dalam perjalanan menuju sekolah.

   "Pagi Ve, ini lagi didepan gang, nunggu angkot lewat."

   "Ok. Sampai ketemu di sekolah ya sweetheart."

   "Hahaha... Iya, hati-hati nyetir mobilnya."

   "Daahh sweetheart... Muaacchhh."

   "Daahh... Sun jauh dari Kinal, muaacchh."

   Veranda mengakhiri teleponnya, lalu dia fokus kembali untuk menyetir. Mempercepat laju mobil untuk segera sampai.

   Sesampainya di sekolah Veranda memarkirkan mobil dengan rapih, kemudian dia turun dari mobil bersamaan dengan Jeje yang turun juga dari mobilnya. Jeje menghampiri Veranda yang sedang tersenyum sambil menyandarkan tubuhnya di mobil.

   "Yuk ke kelas," ajak Jeje.

   "Duluan gih, gue masih pingin di sini," ujar Veranda.

   Jeje tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mungkin dia tahu apa yang sedang Veranda tunggu, lalu Jeje melangkahkan kaki meninggalkan dia sendiri.

   Lims menit menunggu, akhirnya yang diharapkan Veranda datang juga. Kinal turun dari angkot didepan pintu gerbang sekolah, setelah membayar ongkos pada sang supir, ia jalan memasuki pekarangan sekolahnya.

   Kinal tersenyum ketika melihat Veranda sedang berdiri menunggunya di parkiran, lalu dia menghampiri Veranda di sana.

   "Capek?" tanya Veranda saat Kinal ada didepan dia.

   Walaupun Kinal sudah jadian dengan Veranda, dia masih malu dan menundukan kepala jika sedang berhadapan dengannya.

   "Harusnya pertanyaan itu untuk kamu, Ve. Kamukan nyetir sendiri dari rumah, kalau aku punya supir pribadi, supir angkot. Tinggal duduk, sampai deh di sekolah, hehehe."

   "Bayar jangan lupa, nanti kamu diteriakin supir angkotnya lagi."

   "Oh iya lupa. Yuk ke kelas," ajak Kinal pada Veranda sambil menaikan kacamatanya.

   Veranda mengangguk, mereka berdua akhirnya jalan berdampingan menuju kelas X-1. Dimana Kinal jalan sambil menunduk, Veranda risih dengan sikap Kinal padanya, ia langsung menghentikan langkah dan diam mematung melihat Kinal jalan ke depan. Sadar Veranda tidak jalan disamping Kinal, dia menghentikan langkahnya juga, kemudian membalikan tubuh menghadap Veranda.

   "Hayuk Ve, nanti kita telat!" ajak Kinal, dan dia masih tetap menundukan kepala.

   Veranda menatap Kinal lalu berkata, "kamu tuh aneh, padahalkan kita udah jadian, tapi masih belum bisa menatapku. Lihat wajahku dong, Nal! Emang lantai sekolah lebih cantik dari wajahku? Sampai-sampai kamu liatnya ke bawah terus?"

   "Sstt, Ve!... Jangan keras-keras. Nanti ada yang denger," ucap Kinal ketakutan. Dia sampai melihat ke kanan dan ke kiri. Padahal tidak ada siapa pun di koridor itu selain mereka berdua.

Disini UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang