Kinal minta maaf pada keluarganya masalah perjodohan dia dengan Viny yang sudah dibatalkan secara sepihak. Karena Kinal tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dalam hati sebenarnya menolak masalah perjodohan konyol antara dia dengan Viny.
Siang itu keluarga Kinal datang ke rumah Viny untuk minta maaf, karena waktu keluarga Viny datang meminta Kinal untuk di jodohkan dengan Viny itu baik-baik. Jadi menurut ibu Kinal dan nenek Surti, putus pun harus baik-baik juga, supaya hubungan yang sudah terjalin baik masih tetap terjaga.
Nenek Surti hanya datang dengan ibu Kinal ke rumah Viny, karena Kinal hari itu sedang bertugas membawa burung besi terbang ke Palembang. Awalnya mama Viny sempat tidak ramah dengan nenek Surti dan juga ibunya Kinal, tapi papa Viny menenangkan istrinya untuk bersikap lapang dada.
"Maaf! Mungkin Viny dan Kinal tidak berjodoh di kehidupan sekarang, tapi saya harap hubungan kedua keluarga kita masih tetap terjalin baik," ucap ibunya Kinal lembut.
"Saya juga berharap seperti itu," balas papanya Viny ramah.
Setelah itu nenek Surti dan ibu Kinal pulang ke rumah. Karena mereka berdua sudah lega setelah bicara dengan mama papa Viny, dari pihak Viny atau pun keluarga Kinal telah mengclearkan tentang perjodohan Kinal dan Viny yang dibatalkan.
.
.
.
"Mau jalan-jalan keluar atau berduaan di kamar? Heemm," Shania berdiri didepan Kinal, melingkarkan tangannya pada leher sang kaptain tersayang.Saat ini Kinal dan Shania sedang ada didalam mes kota Palembang, karena jadwal terbang mereka berdua sama.
"Aku capek Shan," jawab Kinal singkat.
"Kamu capek?" suara Shania terdengar begitu menggoda, Kinal tersenyum sambil menganggukan kepalanya, "mau aku service kaptain Kinal?"
Kinal hanya tersenyum dan tertawa kecil, lalu mendaratkan bibirnya pada pipi kiri Shania cukup lama. Sedangkan tangan kanan Shania menekan kepala Kinal agar sang kaptain tidak cepat-cepat menyudahi ciuman di pipinya.
'Aku tak sampai hati menyakitimu, Shania,' Kinal bicara dalam hati.
'Aku mencintaimu Kinal. Dan jangan sedikitpun kamu menyakiti hatiku, karena hatiku tidak cukup kuat untuk itu,' batin Shania.
Kinal memeluk Shania erat, menenggelamkan wajahnya ke leher dia. Tanpa Kinal sadari kalau air matanya menetes dan membasahi leher Shania.
"Kamu kenapa?" tanya Shania. Karena dia tahu kalau Kinal sedang menangis. Kinal menggelengkan kepala cepat, lalu dia semakin erat memeluk Shania ke dalam dekapannya.
.
.Kinal terbangun dari tidur, lalu melihat Shania yang tidur dalam dekapannya begitu pulas, wajah cantik Shania membuat dia menarik bibir untuk menampilkan senyum manis. Karena Kinal dan Shania kelelahan bekerja sampai saling memeluk seperti itu satu sama lain, mereka berdua jadi tidur pulas dalam dekapan hangat yang dibuat keduanya.
Karena tidak mau membangunkan Shania, Kinal perlahan beranjak dari tempat tidur, lalu ia duduk ditepian, mengambil smartphonenya untuk dipegang. Kemudian mencari nomer di phonebook dan memencet call...
"Halo Ve," Kinal langsung bicara setelah orang disebrang telepon mengangkatnya, ternyata Kinal menelepon Veranda dengan nomer dia yang baru, karena kalau dia memakai nomer yang lama, Veranda tidak pernah mau mengangkat telepon darinya. "Kumohon jangan ditutup, Ve."
Setelah itu Kinal berdiri dan berjalan cepat untuk keluar kamar, dia tidak mau Shania tahu dan mendengar Kinal menelepon Veranda kakanya.
"Jangan kamu tutup teleponnya sebelum aku selesai bicara. Kumohon dengarkan dulu apa yang mau kukatakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Disini Untukmu
Fiksi PenggemarSelamat Menikmati Fanfiction Kedua Saya Publish NOV'15