Hari ini Kinal dan Shania pergi bersama, karena dua hari kemarin mereka berdua disibukan dengan jadwal terbang yang cukup padat, hingga mengurangi pertemuan mereka secara tak langsung. Karena hari ini adalah hari libur mereka berdua, jadi Kinal dan Shania memutuskan untuk pergi jalan.
Kinal dan Shania mendatangi tempat wisata kawah putih yang ada di Ciwidey Bandung. Tempat yang indah dan bagus untuk dikunjungi, walaupun disana hanya melihat dan menikmati keindahan kawah belerang sambil berfoto, itu tidak membuat Shania jadi bosan, asal bisa berdua dengan Kinal, Shania tak mempermasalahkannya.
Sampai kawah putih sudah sangat siang, hingga udaranya tidak terlalu dingin seperti di pagi hari. Sepanjang jalan menyusuri kawah putih Shania menggandeng lengan kaptain tersayangnya sambil bicara ringan. Setelah lelah berjalan melihat setiap sudut kawah putih yang cantik dan indah, Kinal serta Shania berhenti dibawah pohon rindang yang ada di sana.
"Udah lama ya kita gak jalan-jalan berdua kayak gini," ucap Shania.
"Loh! Bukannya setiap kita berdua ada jadwal bareng selalu menyempatkan diri untuk jalan?" Kinal sambil memasukan tangannya ke dalam kantong sweater.
"Iya, tapikan yang ini beda."
"Bedanya?"
"Bedanya kaptain kesayangan aku gak bilang capek mulu sehabis nyetir pesawat," kemudian Shania mencium pipi sang kaptain, dan Kinal menarik bibirnya untuk tersenyum sambil menurunkan tangan Shania yang sedang memegang lengannya untuk ia genggam.
"Shan."
"Hem," Shania menaruh kepalanya manja di pundak Kinal, memejamkan kedua mata menikmati udara kawah putih yang sejuk sambil merasakan usapan lembut di tangannya karena perbuatan Kinal.
"Aku...emm, aku..."
Kinal bingung mau mengatakan apa ke Shania, mungkin saat ini Kinal mau menjelaskan tentang hubungannya dengan Veranda yang ia jalin tanpa sepengetahuan Shania. Karena otak dan hati Kinal sudah tak kuat lagi melakukan kebohongan ini terus menerus.
"Kamu mau ngomong apa?"
Shania menghadapakan tubuh Kinal supaya bisa ia lihat, lalu Shania menangkup kedua tangannya ke pipi Kinal, membelai lembut pipi itu dengan ibu jari miliknya. Mata yang saling memandang satu sama lain membuat mereka terdiam selama beberapa menit.
"Maafin aku kalau selama ini banyak bohong ke kamu, dan aku selalu jadi orang yang paling munafik didepanmu... Aku mencintaimu dari dulu itu gak butuh banyak alasan, dan keinginan terdalamku adalah melihatmu bahagia, Shan."
Kinal menghentikan perkataannya sejenak, lalu dia menundukan kepala sambil memejamkan mata, menghirup udara yang banyak dari kedua lubang hidungnya, berharap yang akan ia katakan ke Shania ini tak langsung menghabiskan oksigen dalam tubuh Kinal. Setelah itu Kinal mengangkat kepalanya kembali untuk menatap Shania.
Sedangkan Shania hanya diam menatap Kinal penuh cemas, mungkin Shania merasa ada hal yang mengganjal tentang sikap dan perkataan Kinal padanya.
"Tapi jika aku membohongimu terus menerus, itu akan membuatku sakit dan juga membuatmu tak bahagia..."
"...Terlebih lagi aku akan menimbulkan luka di hati orang-orang yang paling kusayangi, jadi aku gak boleh egois untuk memikirkan diriku sendiri..."
"...Shan."
"Iya."
Kinal menurunkan tangan Shania yang ada di pipinya untuk dia genggam erat, lalu mencium kedua tangan Shania dengan lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Disini Untukmu
Fiksi PenggemarSelamat Menikmati Fanfiction Kedua Saya Publish NOV'15