Veranda mencium kening Kinal saat orang yang ia cintai akan terbang selama dua hari keluar kota, tepatnya Medan. Veranda mengulur-ngulur waktu dengan membenarkan dasi serta seragam Kinal supaya tampak rapih. Padahal Veranda sudah melakukan itu berulang kali. Kinal sangat tahu kalau orang yang ada dihadapannya sekarang masih merindukannya. Karena baru kemarin Kinal pulang sehabis terbang dari Negara ginseng Korea selama 7 hari. Tapi sekarang ia harus terbang lagi ke Medan selama 2 hari lamanya.
Begitulah tugas pilot. Harus menyiapkan hati karena terus-terusan ditinggal terbang.
"Ve sayang. Mau berapa lama lagi kamu membenarkan dasi dan seragamku? Nanti aku telat, sayang."
"Nal, aku masih kangen!" ucap Veranda manja lalu memeluk Kinal erat.
"Semalamkan kita udah kangen-kangenan. Sampai kita berdua tidur pagi."
"Iya! Tapi masih kurang."
"Heh! Kurang? Kamu mau selama apa lagi, sayang? Ternyata maniak juga ya kamu?!" Kinal mencubit pipi chubby Veranda dengan gemas.
"Ish. Pikiran kamu kotor banget! Aku masih haus waktu bersamamu. lagian baru juga pulang kemarin, sekarang udah mau terbang lagi, dua hari pula. Kenapa kamu gak terima kerjaan yang papa mama aku kasih buat kamu di perusahaannya sih? Biar kamu punya banyak waktu untukku dan Tasya."
"Haaahh... Kita udah bahas ini ya, sayang? Dan aku gak mau ngebahasnya lagi. Yang ada kita berdua bisa ribut."
"Iya, iya."
Akhirnya Kinal dan Veranda keluar dari kamar. Karena Kinal harus berangkat secepatnya sebelum jalanan jadi padat dan macet saat jam pulang kantor.
Di ruang TV, si kecil Tasya yang cantik dan menggemaskan sedang menonton film kesukaannya Frozen. Film itu terus diputar ulang olehnya setiap hari, sampai Kinal dan Veranda tertawa melihat Tasya yang tidak pernah bosan menonton film tersebut.
"Kapteeennn," Tasya segera berlari ke arah Kinal. Dia langsung memeluk saat dirinya sudah berada dekat, dan Kinal lekas mengangkat Tasya untuk digendongnya.
"Tasya lagi apa?" tanya Kinal.
"Nonton flozen."
"Kan kemarin kapten bawaiin film baru buat Tasya. Kok gak nonton yang itu aja sih?! Ceritanya bagus loh, tentang bidadari cantik, secantik Tasya."
"Nanti. Setelah Tasya nonton flozen. Kapten mau telbang kemana lagi? Tasya boleh ikut?"
"Boleh, tapi nanti ya. Jangan sekarang, kalau sekarang kamu sama bubi dulu di rumah."
"Kapten belum jawab peltanyaan Tasya yang tadi. Kapten mau telbang kemana?" Tasya sedikit kesal karena Kinal belum menjawab pertanyaannya.
"Medan, sayang. Tasya mau kapten bawaiin apa nanti sepulangnya dari Medan?"
"Emm, apa ya?" Tasya terlihat lucu dan menggemaskan kala dia sedang berpikir seperti orang dewasa. Dengan jari telunjuk kanannya yang ditaruh pada dahi. Membuat Kinal dan Veranda tersenyum, kemudian Kinal mencium pipi si kecil Tasya. "Kapten, jangan cium Tasya seplti ini. Tasya malu sama bubi. Tasyakan udah besal," Tasya menjauhkan wajah Kinal dengan tangannya.
"Emang kalau Tasya udah besal, kapten gak boleh cium kamu kayak tadi?"
"Ish, Kinal. Jangan dicadel-cadelin gitu deh! Gak pantes," Veranda memukul bahu Kinal pelan. Sedangkan Kinal malah tertawa geli.
Setelah bercengkrama dengan Veranda dan Tasya sebentar. Kinal akhirnya pamit pada mereka berdua untuk segera berangkat. Kecupan hangat nan mesra Kinal berikan ke Veranda dan Tasya di pipi mereka berdua, sebelum dirinya masuk ke dalam mobil jemputan dia yang menunggu dari sejam yang lalu didepan rumah.
