"Nenek, lelucon konyol macam apa ini?"
Kinal emosi ketika tahu kalau dia akan di jodohkan dengan Viny. Sedangkan Viny merasa senang sambil menunjukan senyum manisnya sedaritadi didepan mereka semua.
"Dengar penjelasan nenek dan ibumu dulu, Kinal!" Nenek menenangkan Kinal dengan mengajaknya kembali duduk.
Kemudian Kinal menuruti perkataan neneknya itu untuk tetap tenang dan duduk kembali mendengarkan penjelasan darinya. Nenek Surti perlahan mengatakan perjodohan Kinal dan Viny ini sudah suratan takdir. Keluarga Viny minta Kinal pada keluarganya dengan cara baik-baik, karena keluarga Viny meyakini satu hal, yaitu kepercayaan yang turun-temurun dari para leluhurnya.
Mereka meyakini kalau orang yang memiliki tanda lahir berbentuk bintanglah yang menjadi pasangannya kelak, dengan begitu keturunan keluarga mereka akan tetap ada. Jika tidak dipasangkan dengan pemilik tanda lahir bintang di punggungnya, maka garis keturunan keluarga Viny akan stop sampai disitu, alias terputus.
Kebetulan atau tidak, tanda lahir berbentuk bintang itu dimiliki Kinal. Karena menurut keluarga Viny, tanda lahir berbentuk bintang harus berlawanan dari pasangan sebelumnya, berada disebelah kanan, dan lagi-lagi tanda lahir yang di maksudkan itu sangat pas dengan milik Kinal. Karena papa Viny memiliki tanda lahir berbentuk bintang juga dan ada disebelah kiri.
"Ibu sama nenek menyetujui semua ini?" tanya Kinal.
"Iya Kinal," jawab ibu.
Sedangkan nenek Surti mengangguk pelan.
"Kalau pun Kinal bisa menikah dengan Viny. Tapi Kinal gak bisa bikin Viny hamil jugakan, nek? Jadi perjodohan ini sebenarnya sia-sia," kata Kinal dengan suara yang meninggi, karena dia begitu marah.
"Semua gak akan sia-sia, Kinal. Karena Viny bisa hamil dengan proses pembuahan rahim semacam bayi tabung," ucap mama Viny.
"Kinal udah dibuat pusing dengan semua ini. Perjodohan! Kepercayaan leluhur! Bayi tabung!"
Aaarrgghhh...decak Kinal.
Kemudian Kinal berdiri dan meninggalkan mereka semua. Dengan cepat Viny mengejar Kinal yang hendak menuju kamar kosannya. Viny menahan tangan Kinal ketika mereka berdua sampai di halaman depan kosan.
"Kinal, tunggu!"
"Lu sengaja ya bikin ini semua? Masalah kita yang kemarin aja belum selesai, Vin. Terus lu udah buat masalah baru lagi."
Kinal emosi ketika dia berhadapan dengan Viny, tapi ekspresi wajah Viny bukannya takut malah terlihat senang dan bahagia, mungkin karena dia yang menang dan akhirnya mendapatkan Kinal tanpa harus ditentang oleh kedua orang tua mereka masing-masing.
"Kan gue udah bilang, gue pasti menang," ucap Viny.
"Kalau lu tau gue adalah jodoh lu, kenapa lu gak bilang dari dulu, Vin?" bentak Kinal berapi-api.
"Awalnya gue gak tau. Mama sama papa baru ngasih tau ketika gue balik dari puncak kemarin."
Viny bersikap sama dengan Kinal, dia jadi ikutan geram karena Kinal membentaknya.
"Ternyata benar kata Ve, kalau lu itu cewek stress."
Lalu Kinal menghempaskan tangan Viny kasar yang saat itu sedang memegang tangannya, kemudian dia berjalan cepat ke kamar kos di lantai dua dan mengunci kamar.
"Kinal, lupakan Ve! Karena sekarang lu milik gue!" teriak Viny.
Viny kembali lagi ke ruang tamu untuk bergabung bersama keluarganya, saat dia ingin masuk ke dalam rumah, ternyata Yupi berdiri diam sambil memperhatikan Viny dan Kinal di halaman tadi. Viny hanya melihat Yupi dengan tatapan datar, kemudian dia masuk ke dalam.