bab 26

5.2K 261 4
                                        

Pernikahanku hanya dihadiri keluarga inti, wali nikahku diserahkan pada wali hakim, karena tidak sempat lagi menghubungi pihak keluarga ayahku. Om arief dan kak ara menangis saat aku menyalami mereka selesai ijab kabul. Tante maya terlihat bahagia, ia bilang akan menyayangiku layaknya putrinya sendiri. Tante mira memberikan hadiah tiket perjalanan ke lombok untuk kami, tapi aku dan mas vano tidak akam pergi. Siapa yang bisa pergi saat keadaan begini.

Minggu depan mas vano akan kembali ke australia, ia berjanji akan mengajakku, tapi dia akan mempersiapkannya lebih dahulu, ia juga mempersilahkanku jika ingin bekerja dan tinggal di batam, nantinya tiga atau atau 6 bulan ia akan pulang, harapanya saat ia nanti pulang kami akan bersama-sama ke sana.

Aku memutuskan resign dari pekerjaanku, aku berharapas vano segera mengajakku pergi, aku ingin memulai semuanya dari awal lagi. Sehari setelah pernikahanku kak ara pun pulang, aku tinggal di rumah mas vano, aku merasa sendiri, kenapa mereka meninggalkanku disini. Aku bahkam tidak mengenal mereka, pertemuan kami bisa dihitung dengan jari.

"Naya, selamat datang dirumah nak, ayo masuk, kamu udah makan nay," ucap tante

"Udah tadi tan," jawabku.

"Mama, sayang, jangan panggil tante, sekarang kamu anak tante, ucap tante maya sambil merangkulku, mas vano hanya terpaku melihat sikap ibunya padaku.

'Vano jangan melamun terus, ayo ajak naya ke kamar kaliam istirahat," ucap mama
Mas vano pun tergagap dan mengajakku ke lantai 2 sambil membawa tasku.

"Aku kira kamu tidak akan menyetujui pernikahan ini," ucap mas vano saat kami masuk ke kamar.

"Jangan bertanya lagi alasan untuk semua ini mas, aku akan belajar mencintaimu dan menjadi istri yang baik untukmu," ucapku.
mas vano terlihat terkejut dengan sikapku .

"Terima kasih naya, ibuku terlihat sangat bahagia karena pernikahan kita." ucapnya sambil keluar dari kamar.

tante maya sangat perhatian padaku, beberapa hari setelah pernikahan kami, tante kembali mengadakan acara di rumah, syukuran katanya, tante maya memperkenalkanku pada seluruh keluarga, sementara mas vano entah hilang kemana.

"Udah pada pulang tamunya," tanya mas vano saat aku masuk kamar. Dia serius menatap poselnya.

"Udah mas, mas kemana aja dari tadi di cari mama, yang lain pada nanyain mas terus," ucapku.

"Kamu bahagian dengan semua ini, kamu sudah bisa terima keadaan kita," tanya mas vano lagi.

"Kamu ngomong apa , aku gak ngerti," ucapku.

"sikap kamu sejak kita menikah seolah olah ini memang yang kamu inginkan," ucapnya.

"Lalu mas mau aku bersikap bagaimana?." Ucapku, rasanya ingin sekali menangis dan teriak, lalu aku harus bersikap bagaimana.
Mas vano terlihat gusar dan frustasi, kenapa dengannya.

saat aku ingin ke kamar mandi, mas vano menarik lenganku, akupun terduduk di tempat tidur, ia menatapku lama kemudian mencium bibirku kasar, aku menutup mataku, dia terus saja melumat bibirku, tangannya mulai membuka kancing bajuku, aku hanya diam, mas vano terus menyentuhku, akhirnya aku tak bisa menahannya, akupun terisak, tapi mas vano tidak menghentikan tindakannya, hingga ia menyelesaikan apa yang diinginkannya, dan jatuh di atasku.
Aku sakit, bukan hanya tubuhku yang sakit, perasaanku jauh lebih sakit. Aku menangis dalam diam, akupun menggeser tubuh ma s vano kesampingku, aku beranjak kekamar mandi.

"Naya, bangunkan suamimu untuk sarapan," ucap mama.

Aku masuk ke kamar, kulihat mas vano sudah selesai mandi,

"Sarapan sudah siap mas," ucapku.

"Maafkan aku nay, aku benar-benar kacau tadi malam, aku hilang kendali. "ucapnya.

"Sudah kewajibanku mas, sabagai istrimu," jawabku.

"Jangan bilang begitu nay, aku bukan orang seperti yang kamu pikirkan, tapi aku juga tidak bisa, , , ah sudahlah. ucapnya

"sudahlah mas, nanti kita bicarakan lagi, mama sudah lama menunggu." Ucapku

Setelah kejadian itu mas vano sama sekali tidak menyentuhku, ia seperti sangat menyesal telah melakukannya. Ia juga tidak bicara denganku kecuali di depan mama. Hari ini mas vano akan kembali ke australia, ia berjanji pada mama akan pulang secepatnya untuk menjeputku.

- - -

Rumah mas vano sangat besar, halamannya luas, di rumah ini ada 2 pembantu rumah tangga dan 1 supir untuk mengantar mama kemana pun, sudah dua hari ini aku tidak bertenaga, rasanya melakukan apapun tidak sanggup, aku sering tiduran di kamar, padahal biasanya aku membantu beres-beres rumah dan memasak untuk mama.

"mba naya, di panggil ibu mba," ujar suara di balik pintu kamarku, akupun keluar.

"Ibu kenapa mba," ucapku pada mba asih yang bantu-bantu di rumah.

"Ga tau mba, dari tadi nanyain mba naya," ucapnya

"makasih, aku mau nemuin mama" ucapku.

aku turun mencari mama, di kamarnya tidak ada, ruang depan tidak ada, ternyata mama di dekat kolam.

"Mama cari naya," sapa ku.

"Iya nay, kamu ga enak badan, belakangan mama perhatiin kamu lemas terus, ga nafsu makan, kenapa nak,cerita sama mama." tanya mama.

"Ga kenapa-kenapa ma, cuma badan naya lemes aja, pengen tiduran terus." Jawabku.

"komunikasimu dengan vano lancarkan," ucap mama.

"La..lancar ma, mas vano sering kirim email." Ucapku terbata, sebenarnya sejak mas vano pergi sebulan yang lalu ia tidak pernah mengabariku lewat email, pesan atau apapun, aku pernah mencoba menelfonnya, tapi tidak di jawab, emailkupun tidak pernah di balas.

Beberapa hari ini sakitku manjadi parah, aku tidak bisa bangun dari tempat tidur, tiap pagi badanku menjadi hangat, akupun tidak bisa makan, semua makanan yang kumakan kumuntahkan.

"Naya, kita ke rumah sakit saja ya nak," tanya mama saat masuk ke kamarku

"Iya ma," ucapku, aku juga sudah tidak tahan, aku merasa sangat lelah, perutku selalu tidak enak.

Aku di temani mama dan mba asih pun ke rumah sakit, dokter meminta melakukan pengecekan darah.

"Selamat tante, cucunya nambah lagi" ucap dokter yang merupakam kerabat tante maya

"yang bener kamu to," jadi naya,

"Iya tante jalan 5 minggu," ucap dokter anto

"Alhamdulillah, makasih ya naya, mama ga bisa bilang apa apa lagi, selamat nak, kamu akan jadi ibu, ga salah mama pilih kamu jadi menantu mama." ucap tante maya sambil memelukku.

Aku seperti tersambar petir mendengar ucapan dokter, kenapa bisa, bagaimana bisa. Dia hanya sekali melakukanya. dia juga tidak dalam keadaan sadar akan tindakannya, Apa lagi ini.







Until I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang