bab 16

4.8K 257 1
                                        

Aku tiba di bandara soekarno hatta pukul 12 lewat, aku menyeret koperku dan mengaktifkan hpku, sudah ada pesan dari danny mengabarkan ia sudah sampai hotel dan menyuruhku mengabarinya jika sudah sampai. Aku mencoba menghubunginya tapi tidak di angkat, mungkin ia sedang tidur, aku mengiriminya pesan tentang keadaanku, aku menuju sebuah kursi di dekat pintu keluar, dan aku mengirimi kak ara lokasi tempat aku menunggu.
Tak lama hpku berbunyi,panggilan dari kak ara kalau ia juga baru saja keluar dari pesawat dan akan segera menyusulku. Tak lama kulihat seorang perempuan kebingungan seperti mencari orang,

"Kak ara," teriakku.

"Naya, ya ampun kamu kok beda," ucapnya.

"Kakak juga beda, gemukan kayanya", ucapku.

"Ih ,kamu ne, memangnya keliatan banget ya," ucapnya sedih

"Tapi kakak makin cantik juga kok" ucapku tulus

"Ih bisa aja kamu ya, yaudah yuk kita keluar, naik apa nay kita dari sini," tanyanya.

"Naik taksi Aja apa kak," tanyaku.

"Gak usah lah nay, kita naik damri aja sampe stasiun kereta, barang kamu ga banyakkan, kamu bantuin bawa barang kakak ya,"ucapnya.

"Yaudah deh, ayo kak biar gak kesorean." Ajakku.

Dalam perjalanan kami menggubungi om arief, om arief bilang menjemput kami di statsiun bogor. Saat kami tiba om arief memang sudah ada di luar stasiun. Aku dan kak ara pun bergantian mencium punggung tangan om, setahun tidak bertemu rasanya om arief semakin bertambah tua. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah om arif, saat kami tiba tante mira menyambut kami. Kami duduk di ruang depan, tante mira menyuruh pembantu rumah tangga membawa barang barang kami ke kamar,

"Gak usah tante nanti biar naya aja yang bawa sendiri," ucapku.

"Gak apa nay, kamu pasti capek ucap tante, kamu beliin ga pesanan tante nay ucap tante mira kelapasan."

"Kamu pesan apa ke naya ma, naya kan baru bekerja, mana punya banyak uang, dan juga nay tidak perlu kami tiap bulan kirim uang untuk om dan tante, pensiunan om dan tante lebih dari cukup untuk hidup kami, lagian gaji kamu paling berapa sih, simpan untuk keperluan kamu," tambah om arief lagi

'Gak apa om, itung itung membalas jasa om dan tante yang selama ini menjaga naya," ucapku

"Stop naya, jangan bicara seperti itu kamu dan ara juga anak om, sama seperti kira dan kiki, sudah kewajiban kami membiayai sekolahmu, mamamu adik om," ucap om arief.

Tante mira hanya diam sambil memandangku, kak ara yang sedari tadi diam membuka suara.
"Tan ini ada titipan dari om arkan buat tante sama om sebelum aku kesini aku pamit kerumah mereka dulu." ucap ara.

"Langsung kasih bibik di dapur ra ,ucap tante mira,
Sekalian aku juga bawa ini ke dapur ya tan ada beberapa kue untuk kira nanti" ucapku.

"Kalian sudah makan, tanya om arief, kalau belum makan dulu, kalau sudah langsung istirahat nanti malam kita sambung ceritanya," tambah om arief.

Aku dan kak ara berjalan ke dapur, tak lama tante mira mengikuti kami.

"Tas pesanan tante jadi di beliin kan nay," tanya tante

"Jadi tan, ada di koper, sebentar aku ambil ya tan" ucapku.

"Nanti aja deh nay, ntar om kamu tau lagi, makasih lho nay, udah sama istirahat dulu tante mau nemenin om istirahat juga ni."

Aku masuk ke kamar besama kak ara, aku merebahkan tubuhku di tempat tidur, rasanya capek sekali, kak ara pun ikut tiduran di sampingku.

"Tante mira ga berubah ya nay, aku bingung gimana kamu menghadapinya dari dulu," ucap kak ara

"Aku juga bisa sampai seperti sekarang karena tante mira juga kak, jangan ngomong gitu", ucapku.

"Kakak tau pasti tante mira yang minta kirimin uang bulanan dari kamu kan, tanya kak ara ,kaka juga sebenarnya gak pengen mengingat yang dulu dulu, tapi kamu harus tau untuk biaya pendidikanmu tante mira setiap bulannya juga minta ke ibu tanpa sepengetahuan om, sebelum nenek meninggal juga nenek menjual rumahnya ,hasilnya di bagi 2 untukmu dan untukku, tapi tante mira tetap juga sering menghubungi ibu setiap bulan, bilang kalau uangnya tidak cukup. Karena itu ibu merahasiakan sakitnya, takut menambah beban om arief, om arief tiap bulan mengirimi uang untuk aku dan ibu, tapi tante mira kadang meminta lebih, " alasannya selalu untuk uang sekolahmu .

Tak terasa ait mataku menetes, tidak menyangka tante setega itu pada ibu.

"Sudahlah nay, aku memberitahumu untuk kebaikanmu agar kedepannya kamu lebih tegas ke tante, benar kata om arief, sebaiknya kamu pintar mengatur keuangannmu. Jangan jadikan omonganku tadi beban pikiranmu, semua sudah berlalu, ibu juga sudah tenang disana." Tambah kak ara. Kami pun tertidur setelah lelah bercerita.

Aku terbangun mendengar suara air di kamar mandi, kulihat jam dinding menunjukkan pukul 6 lewat, kak ara keluar dari kamar mandi, akupun bergegas masuk untuk mandi, selesai mandi aku keluar. Om arief dan kira sedang duduk di ruang tivi .

"Kira, apa kabar? Makin besar kamu ya," ucapku

"Kak naya, kira kangen," ucap kira gadis berusia 10 tahun sambil memelukku, kira adalah anak angkat om arief dari keluarga tante mira, karena om arief hanya memiliki putra tunggal.

"Kenapa kak naya baru pulang sekarang," tanya kira

"Iya ra, kakak kan ga bisa sering pulang, karena kakak kan baru kerja gak bisa sering libur," ucapku

"Kata mama kakak sekarang tinggal di batam ya, kata mama nanti kalau kira libur mama mau ajak ke tempat kakak, terus kita mau ke singapur," ,tanya kira lagi

"Iya bener, yaudah kalau kira libur kira datang ya," ucapku

Kira berlari ke dapur mencari tante mira

"Kira sering menanyakannmu nay," ucap om arief

"Kak ara dan tante ke mana om," tanyaku

"Sedang di dapur menyiapkan makan malam, oh ya nay berapa lama kamu di sini," tanya om arief.

"Seminggu om, naya udah pesan tiket Pulang untuk sabtu depan om." jawabku.

"Berarti sama dengan ara ya, ada seseorang yang ingin om perkenalkan ," ucap om arief.

Ayah, naya ayo kesini, makan malamnya sudah siap, teriak tante mira.

Until I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang