Danniel pov 2
Hubunganku dengannya semakin dekat, ia semakin terbuka padaku, tidak lagi canggung. Hubungan kami masih terhitung bulan, tapi aku merasa yakin padanya, entahlah kali ini rasanya berbeda dari wanita-wanitaku sebelumnya.
Tiap kali aku mengajaknya mampir ke tempat tinggalku ia selalu menolak, apa karena aku tinggal di hotel jadi ia tidak mau, atau apa alasannya ia tidak mengatakan, itu salah satu hal yang aku tak suka darinya, dia sering menolak ajakanku tanpa memberi alasan, aku tidak memaksanya untuk menjelaskan karena biasanya dia akan bicara sendiri, dia yanv menentukan kapan ia merasa waktu yang pas, aku harus menerimanya karena jika aku terlalu memaksanya terbuka tentang apapun aku takut ia jadi tidak nyaman denganku.
Hari itu entah kenapa ia mengiyakan ajakanku mampir, sebenarnya aku sudah ada rencana untuk membeli rumah di sini, aku menyuruh james untuk mencarikan lokasi yang cocok untukku, tapi aku belum berkonsultasi dengan keluargaku, aku berniat membawa hubunganku dan naya ke arah seriuis ,tapi bukan sekarang mungkin 2 atau 3 tahun lagi. aku belum merasa seatle dengan kondisi ku sekarang. Aku dan naya memiliki banyak perbedaan, aku akan memikirkan jalan keluarnya sambil berjalannya waktu.
Aku sangat menyukainya, senyummya, tawanya, caranya memandangku, jika memandangnya aku merasa terhisap kedalam matanya, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Sejak bersamanya kurasa duniaku hanya berputar di sekelilingnya.
Aku melihat naya sedang memandang kosong ke balkon , akupun memeluknya, rasanya sangat nyaman, aku suka rambut naya yang halus, aku suka wanginya. Naya bertanya apakah aku mau untuk bertemu dengan keluarganya, tentu saja aku mau, sudah kubilang aku serius dengannya, tapi aku butuh waktu, usiaku sekarang 28 tahun, aku tidak mau terburu-buru, aku tau aku mencintainya, ia pun begitu, tapi saat dua orang memutuskan menikah butuh lebih dari sekedar cinta, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul, belum lagi tentang anak, aku ingin memiliki anak saat aku sudah benar-benar siap dan mapan, baik secara finasial maupun psikis. Dan sekarang kurasa aku belum.
Hari terlihat mendung aku mengajak naya masuk, aku berbaring di tempat tidur dan mengajak naya berbaring di sampingku, bukan aku ingin melakukan hal-hal yang, ah aku ingin tapi selama ini aku selalu menahan diriku, aku menghargai prinsip naya, yang ingin melakukannya saat hubungan kami sudah resmi, aku menantikannya.
Naya ikut berbaring di sampingku, aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku sangat menginginkannya, aku menciunya, ciuman yang lembut, merasa naya membalas ciumanku aku kembali melumatnya dan ciuman kami semakin panas, tangan naya mulai berani meraba perutku, aku meremas kedua dadanya bergantian, ketika mencoba membuka bajunya naya menahan tanganku. Aku kelepasan. aku takut naya akan marah padaku, tapi nyatanya ia tidak marah, ia bilang ia juga menginginkannya. Aku minta maaf dan meninggalkannya di kamar, aku perlu menenangkan diriku, dan saat aku masuk kembali kulihat naya tertidur pulas, aku tidak tega membangunkanya, aku memutuskan mandi, selesai aku mandi dia belum juga bangun, aku memandandanginya dialah wanita yang ingin kulihat tiap kali bangun tidur di sisa hidupku. Aku mengecup sekilas bibirnya, ia mulai bergerak sepertinya akan bangun, aku pun membalikkan badanku dan pura pura tidur.
Aku mendapat tugas ke singapura selama seminggu untuk mengurus beberapa hal, aku berencana menemui ibuku untuk menceritakan tentang naya, beberapa hari aku di singapura naya mengabarkanku kalau ia akan pulang ke rumah omnya, pekerjaanku di sini sebenarnya sudah selesai tapi aku ingin istirahat dan mengahabiskan waktu bersama keluargaku, yang kebetulan sedang berada di sini.
Saat pulang makan malam aku melihat beberapa panggilan dari naya, aku menghubunginya, ia memintaku bertemu dengan omnya, kenapa denganya, kenapa mendadak begini, tapi aku akan memenuhi keinginan naya. aku ingin menunjukkan keseriusanku padanya. Aku berangkat pagi sekali dari changi airport, naya akan menjemputku.
Saat tiba di kediaman omnya, suasana sedikit canggung, keluarga naya sepertinya kurang menerima kehadiran orang asing, setelah makan om naya langsung mengajakku bicara empat mata, aku sangat gugup.
"Saya ariefin, paman naya, selama ini naya sudah cerita apa padamu," ucap om arief
"Yes sir, naya sudah cerita semua, naya bilang anda lah yang membesarkannya, sudah seperti ayahnya," ucapku.
"Naya sudah merupakan putri saya, sudah berapa lama kalian berhubungan." Tanyanya
"Hampir 8 bulan sir" jawabku
"Sudah seserius apa hubungan kalian".
"Saya serius dengan naya sir, saya ingin menikahinya." Jawabku.
"Kapan, apa kalian sudah melakukan, yah saya tau bagaimana gaya berpacaran anak muda zaman sekarang" tanyanya
"Tidak sir, kami tidak melakukan apapun, saya menghargai naya, namum untuk menikah saya belum tau kapan tepatnya, tapi saya sudah berpikir ke arah itu." jawabku.
"Kamu tau, diantara kamu dan naya banyak perbedaan, bagaimana kamu mengatasi perbedaan kalian, karena saya tidak akan setuju kalau naya ikut denganmu, apa kamu sudah pikirkan itu" Apa nantinya kamu akan tinggal menetap"
"Saya akan mencari jalan keluar atas perbedaan kami sir, saya juga berencana menetap, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Karena saya akan pindah beberapa bulan lagi ke amerika untuk beberapa pekerjaan."
"Apa naya tau, lalu bagaimana dengan naya"
"Saya belum memberitaunya sir, kalau naya mau ikut saya akan mengajaknya" ucapku.
"Kau mau membawanya tanpa ikatan, kamu pikir siapa kamu" ucap om arief
"Kalau begitu silahkan kamu tinggalkan rumah saya, dan putuskan hubungan dengan naya, saya tidak bisa menyerahkan naya dengan laki-laki tidak berpendirian sepertimu, naya itu tidak punya siapapun lagi di dunia ini, dia butuh laki-laki yang tegas, dan bertanggung jawab. yang tau kemana arah hidupnya, jika hanya rencana-rencana saja semua orang melakukannya, terima kasih untuk waktumu."
"jika kamu berubah pikiran segera bawa orang tuamu menemui saya dan nikahi naya,"Aku seperti di tenggelamkan ke dasar laut saat mendengar ucapan om naya, aku sangat kalut, aku mencintainya tapi aku belum siap, aku juga tidak mau jika harus dipaksa untuk melakukan hal yang belum kuyakini .Melihat naya keluar dari kamar dan mengantarkanku ke hotel tanpa bicara membuatku kesal.
"Kamu bisa mendapatkan gadis lain yang jauh lebih baik dari naya bro, ucap kakak naya padaku. naya itu gadis polos, dia tidak sesuai untukmu."
Aku menahan diriku untuk tidak memukulnya.Aku pun pulang ke batam tanpa memberi taunya, kami akan bicara saat aku sudah tenang, aku takut akan menyakitinya, aku habiskan waktuku dengan bekerja, aku belum bisa memutuskan tentang hubungan kami, tiap kali naya menghubungiku tidak aku jawab, kekanakan memang tapi aku harus bicara apa, aku belum siap.
Naya belum juga kembali bekerja, aku sempat benerapa kali melihat nina di kantorku, entah apa yang dilakukannya di sana.
Malam ini naya kembali menghibungiku untuk kesekian kalinya, akupun mengangkatnya.'Akhirnya kau menjawab,
Kenapa denganmu dan, aku merindukanmu," ucap naya
Aku juga sangat merindukanmu nay"kenapa kau tidak pernah menelfonku,apa aku melakukan kesalahan, apa kau tidak mencintaiku lagi ucapnya sambil menangis,
Aku tidak tau harus berkata apa, aku belum siap naya, lirihku dalam hati, kenapa kamu tidak bisa mempercaiku, tolong tunggu aku. Harapku.
Bicara sesuatu dan, katakan sesuatu, katakan kau tidak akan menyerah terhadapku dan, aku mohon, aku mencintaimu, daniel kumohon.
Apa yang harus kulakukan aku mencintai naya, tapi, ahh aku putuskan untuk menelfon mick dan james untuk bertemu di club.
Aku ceritakan masalahku, mereka bilang tanya hatiku, karena mereka juga tidak bisa memutuskan jalan keluar terbaik, aku pun minum bersama mereka, agar aku bisa melupakan semuanya, aku ingin melupakanmu naya, kanaya.Aku bangun dengan kepala terasa berat , oh shit, aku terlambat bekerja, sudah jam 11, aku kembali mengaktifkan ponselku. Banyak pesan dari naya dan kantor aku membuka acak salah satu pesan naya.
seandainya kamu bicara sesuatu akan lain keadaannya dan , aku mencintaimu, Aku akan menikah hari ini, doakan aku bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Find You
Chick-LitPria yang kusukai tidak menyukaiku, pria yang kurasa tidak mungkin menyukaiku malah menyatakan perasaannya padaku.Itulah yang kurasakan. - kanaya arumi, 24 tahun- Teman-temanku bilang ia hanya gadis polos dan tidak menarik, tapi sejak melihatnya aku...