Chapter 3 : Maggots

236 14 6
                                    

"Sampai nanti, Christa!" Ucap Jimmy pada Christa seraya menancap gas mobilnya menuju pom bensin. Kini kedua kakak beradik itu berpisah. Memang bukan perpisahan selamanya, tapi seingat Jimmy, sangat jarang bagi Jimmy dan Christa untuk berpisah bahkan pada usia remaja mereka. Mereka adalah kakak beradik yang sangat rukun.

Jimmy tahu dan mengerti akan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak, dan Christa menghargai apapun yang dilakukan Jimmy dengan memberikan rasa hormat padanya.

Jika mereka berjalan berdua di mall, jika tidak hati-hati maka mereka bisa saja dianggap adalah anak muda yang sedang berpacaran oleh orang lain. Hal itu mungkin masih akan berlanjut sampai sekarang jika saja mall masih berisi pembeli dan penjual. Sekarang, kota telah hancur. Hanya sisa bangunan yang telah dirampasi isinya yang tersisa sebagai reruntuhan dari perkotaan. Entah apa yang menyebabkan semua ini, yang pasti dampaknya bisa dilihat dengan matanya dimana-mana.

Dia mengemudikan mobilnya kembali ke pom bensin sekitar 5 KM dari sini. Christa yang melihatnya saat mereka lewat situ. Waktu itu, bensin mereka masih tersisa lebih dari setengah tangki, dan rasa lapar mereka sangat mendominasi hati dan pikiran. Jadi biarpun Christa mengatakan pada Jimmy bahwa ada sebuah pom bensin, Jimmy tidak peduli.

Perjalanan kesana tidaklah membosankan. Pemandangan rumput hijau dan pohon yang rimbun menghiasi pinggir jalanan. Kadang, burung-burung yang berterbangan dapat dilihat bertengger di dahan pohon, mengistirahatkan sayap mereka. Ingin sekali Jimmy bisa merasa sebebas dan sedamai burung-burung yang dilihatnya.

Kini pikirannya terbawa kembali ke masa lalu, dimana dia pergi keluar kota bersama orang tuanya. Jalan yang dilaluinya saat itu sama indahnya dengan jalan yang dilaluinya sekarang. Rerumputan hijau keemasan bisa terlihat di samping kiri dan kanan. Namun dia juga sadar bahwa tujuan utamanya melalui jalan ini sekarang itu untuk mendapatkan makanan untuk adiknya dan dirinya sendiri.

Sementara itu di perkemahan Nite ...

"Duduklah. Kita akan berbicara sampai kakakmu kembali." Ujar Nite pada Christa. Suaranya tampak sedikit lebih lembut dibandingkan nada bicaranya tadi. Setelah beberapa percakapan ringan dengan Christa, rasanya dia merasa lebih dekat dan akrab dengannya. Kini tinggal mereka berdua di dekat perapian, menjaga kedua mobil mereka.

"Nite, kemana Yui pergi?" Tanya Christa pada Nite. Rasa curiganya telah hilang setelah mereka bercakap-cakap ringan dengannya. Pertanyaan itu tidak bisa dijawabnya, karena Nite sendiri tidak tau kemana Yui pergi. Dia hanya bilang kalau dia ingin berjalan-jalan sebentar.

''Entahlah. Tapi dia akan kembali sebentar lagi." Ucapnya.
"Jadi, beritau aku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dunia nampak kacau?" Tanya Nite pada Christa.
"Aku juga tidak begitu mengerti.. yang aku tau, 2 malam yang lalu, pemerintah meminta seluruh orang yang berusia diatas 20 tahun untuk datang ke balai kota. Tapi aku tidak tahu untuk apa. Setelah beberapa jam, kakakku mengajakku pergi dari rumah." Jelas Christa.

Nite mampu memahami apa yang dikatakan oleh Christa, tapi bagaimanapun juga, dia tidak memberikan informasi yang banyak. Bila dia memiliki alat untuk melihat masa lalu, dia pasti akan menggunakannya untuk mencari tau penyebab semua ini.

"Aku kembali ..." Ujar Yui keluar dari balik pepohonan. Ia tidak kembali dengan tangan kosong, ia membawa sebuah tas hiking yang cukup besar dan kelihatan padat. Tas itu terlihat cocok dipakai olehnya.
"Darimana kau mendapatkannya?" Tanya Nite penasaran, dia tidak mungkin menemukan tas itu bergelantungan di pohon atau di sarang seekor tupai.

Pertanyaan Nite tidak mendapat jawaban dari Yui. Yui hanya berjalan kembali ke arah mobil. Langkahnya cepat, seperti ingin melarikan diri dari sesuatu.
"Kau tunggu sebentar, Christa. Aku harus bicara dengan Yui" perintah Nite. Christa hanya mengangguk singkat dan tetap duduk di tempatnya.

Ghostly PsychosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang