Chapter 10 : Blood On My Face

98 12 2
                                    

"Jimmy!!" Teriak Robert saat bahu Jimmy tertembak. Jimmy berteriak sangat kencang saat peluru panas itu menembus daging dan mungkin tulangnya.
"Bagaimana menurutmu?! Buka pintunya atau kami akan meluncurkan berpuluh-puluh tembakan seperti tadi, bajingan!!" Teriak si pria yang berada di luar gerbang hotel.
Pintu hotel yg ditutup rapat menghalangi pria itu untuk masuk ke dalam hotel.

"Robert ... Akhiri nyawa pria itu. Dia cuma seorang diri. Bunuh dia. Kau sudah berpengalaman dengan senapan itu, bukan?" Ucap Jimmy yang sedang memegangi bahunya, berusaha menekan luka tembak itu supaya pendarahannya dapat berhenti.
Robert melihat saat tangan Jimmy menekan lengan kausnya, berlumuran darah yang menembus bajunya.
"Robert! Tidak usah melihatku, ambil senapanmu dan bunuh pria itu!" Bentak Jimmy.

"Maaf ... Aku berbohong" Kata Robert pelan. Suaranya kini berbeda dari biasanya, tidak ada lagi rasa percaya diri yang dapat dirasakan dari suaranya sekarang. Nada bicara seperti seseorang yang mengakukan dosanya.
"Apa? Apa maksudmu? Berbohong?" Tanya Jimmy kebingungan pada Robert yang terdiam.
"Kau tidak pernah menembakkan senjata itu ... ya kan?" Tebak Jimmy dengan suara tegasnya lagi. Matanya memunculkan expresi kemarahannya. "Untuk apa dia harus berbohong seperti itu?" Pikirnya dalam hati, saat Robert terus diam seribu bahasa.

"Kenapa kalian diam disana?!! Bukakan pintunya atau aku terpaksa melempar granat ke pintu ini!!" Teriak sang pria yang menembak Jimmy sebelumnya.
Pria itu muncul beberapa menit yang lalu, mengaku kalau dia memimpin beberapa orang yang kelaparan. Dia datang membawa sebuah senapan , tapi dia mengatakan kalau senjata itu tidak berisi peluru satupun. Sebuah kebohongan yang baru terungkap setelah Jimmy menyuruhnya menunggu sebentar. Karena tidak sabar, orang itu menembakkan senjatanya pada Jimmy dan mengaku kalau dia hanya Ghost kesepian yang perlu makanan.

"Robert ... Dengarkan aku. Hanya kau yang bisa mengakhiri ini sekarang. Bidik pria sialan itu, lalu tembakkan senjatamu." Ucap Jimmy serius menatap mata Robert yang daritadi masih disibukkan dengan rasa malu dan bersalah atas kebohongannya tadi.

"Dengarkan aku, bung. Aku tidak peduli apa kau berbohong atau tidak, buatku sekarang kau adalah satu-satunya pria hebat yang bisa mengalahkan pria gila itu! Jadi angkat senjatamu dan berperanglah, prajurit!!" Tegas Jimmy pada Robert. Kalimat itu meresap di dalam hatinya, membuat semangat juang Robert bangkit dan memaksanya untuk mengakhiri nyawa penyerang di gerbang.

"Kau benar, Jimmy. Akan kuhabisi dia" Ucapnya sambil berdiri. Tangan Robert menggempal seakan hatinya dikuasai oleh kemarahan dan hasrat untuk bertarung.
Dengan cepat, dia mengambil senapannya yang tergeletak.
Dia menidurkan dirinya, membuat posisi badannya seperti orang tiarap sekarang.
Senapan itu dia pegang, tangan kiri di badan senapan, mata di teropong senapan, dan jari tangan kanan di pelatuk, siap mengakhiri nyawa siapapun yang dibidiknya.

Dia membidik kepala pria itu, memastikan bahwa dengan sekali tembak, nyawanya akan melayang. Memang sedikit berat, tapi dia mampu mengatasinya. Robert mendapatkan kepala pria itu tepat di bidikannya sekarang. Sudah waktunya sekarang, kini dia tinggal menembak, dan dengan begitu pria itu akan jatuh tak bernyawa.

Jimmy terus menekan lukanya, biarpun rasa sakit dan perih terus timbul dari sentuhannya di luka itu. Dia menunggu sampai suara tembakan bisa didengarnya, barulah dia tahu kalau keadaan sudah aman. Dia melihat Robert yang sedang membidik targetnya.
Setelah bidikan Robert sudah pas, telinga Jimmy menangkap suara tembakan. Suara yang keras dan membuat telinganya berdering untuk beberapa detik. Suara itu kemudian disusul dengan suara ambruknya tubuh seorang pria. Darah merah muncrat keluar dari kepalanya ...

Robert kehilangan nyawanya sekarang, dia telah mendapat bidikan yang pas, tapi sayangnya kalah cepat saat menekan pelatuknya. Penyerang itu telah membidiknya dan menekan pelatuknya lebih cepat dari Robert. Sekarang sebuah peluru telah melubangi kepala pria beranting itu, menancap di dalam otaknya yang kini telah berhenti bekerja. Darahnya yang muncat mengenai wajah Jimmy, mungkin ada beberapa tetes yang masuk ke pernafasan ataupun mulut Jimmy, karena mulutnya terbuka karena kaget saat melihat Robert tertembak.

Ghostly PsychosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang