Chapter 18 : Temporary Things

67 9 0
                                    

Darah mengotori lantai putih bermotif kotak-kotak itu. Merah gelap, membuat tempat itu kotor.

"APA KAU SUDAH GILA?!!"
Teriak laki-laki yang kini kehilangan penglihatan di mata sebelah kirinya itu.
Rambutnya yang panjang menyentuh hidungnya, sedikit menyembunyikan matanya yang teriris itu.

"Hahaha ... Menyakiti orang seperti ini sudah kenyataan hidup. Sekarang giliranmu untuk mati" Ucap sang pembunuh yang tersenyum seusai melakukan pekerjaan kotornya itu.

30 menit sebelumnya.

"SIAL!!" Teriak Darwin frustasi. Dia sekarang terkurung bersama kelima temannya dan beberapa orang lain di sebuah sel.

Sudah beberapa jam mereka terkurung di sel itu. Tidak ada yang tahu kenapa mereka dibawa. Yang mereka tahu sekarang adalah bahwa penjara itu terkunci erat. Penjaga-penjaga berdiri tegak di setiap 2 sel.

Penjara itu gelap dan lembab. Kadang bisa terlihat beberapa tikus berlalu-lalang, menghindari terlihat oleh mata para manusia biarpun kadang usahanya itu sia-sia.

Totalnya, sel tempatnya dikurung itu berisi 10 orang. Seorang pasangan muda dapat dilihat sedang asik memadu asmara di pojokan sel, bermesraan biarpun mereka sedang berada di dalam kurungan.

Laki-lakinya mengenakan sebuah kaos kotak-kotak yang ditutupi oleh jaket dan syal. Rambutnya sedikit acak-acakan, tapi itu membuatnya keren. Perempuan yang bermesraan dengannya kini berada dalam pelukan laki-laki itu. Air matanya mengalir di bahu sang laki-laki. Perempuan itu berambut hitam dan panjang menyentuh punggungnya. Rambutnya terlihat kusuh, pasti karena seluruh kekacauan yang telah terjadi ini.

Selain kedua orang itu, ada seorang pria berperut agak gemuk dan berkumis lebat. Dia mengenakan kemeja hijau dan sepertinya dia tidak peduli akan apa yang terjadi padanya. Yang ia pedulikan hanyalah rokok yang sedang dia hisap.

Di sampingnya, seorang anak kecil tidur berbaring. Kalau ditaksir, mungkin umurnya sekitar 9 tahun. Anak perempuan itu berbaring dengan enaknya seakan-akan lantai penjara yang kotor ini adalah ranjang kelas atas.

Sementara Darwin meratapi nasib sialnya, Annie sibuk memeluk Mimi kecil dan berusaha menenangkannya. Lee duduk di lantai, melamun entah soal apa, Nite dan Yui berbicara kebingungan soal tempat mereka sekarang.

"Dimana ini menurutmu?" Tanya Yui pada Nite dengan nada bicara yang terdengar lesu.
"Entah ... Tapi kalau dilihat dari lama perjalanan, mungkin ini Heisenberg" jawab Nite tanpa melepaskan pandangannya dari para tahanan yang sedaritadi terus ia amati.

"Heisenberg ...? Berarti ini kota rumah kita kan?" Tanya Yui sekali lagi, masih dengan nada bicara lesu.
"Iya ..." Jawab Nite singkat.
" ... Hey ... Kita mungkin terjebak disini sekarang. Tapi jangan putus asa, kita pasti akan keluar dari tempat terkutuk ini" Ucap Nite menyambung kalimat singkat yang sebelumnya. Tangannya ia letakkan di bahu Yui, berharap itu akan menambah keceriaan Yui.

Yui memandang tangan Nite yang berada di bahunya itu. Menanyakan sebuah pertanyaan pada Nite sendiri :"Apa kau tidak sedih?"

"Tentu aku sangat sedih ... Banyak orang telah mati ... Aku tidak mau siapapun yang berada di dekatku mati lagi" Jawab Nite.

Pernyataan itu tidak dibalas oleh Yui. Seakan Nite tidak mengatakan apa-apa padanya.

Untuk sesaat, kedua remaja itu terdiam. Tapi suasana hening yang canggung itu berakhir saat Nite mengucapkan kalimat yang canggung juga
"Kau itu ... perempuan yang aneh ya"

Dengan cepat, perhatian Yui kembali terfokus pada Nite.
"Apa maksudmu?" Tanyanya

"Perempuan lain mungkin tidak akan sanggup untuk hidup jika sudah mengalami kejadian yang menimpamu. Kau kehilangan seorang adik, kau terluka bakar, kau hampir mati karena serangan dadakan oleh berpuluh-puluh ghost dan sekarang kau ditahan di sebuah penjara bawah tanah. Tapi kau masih berdiri tegak dan siap menghadapi hidup. Kau hebat, Yui" Ucap Nite memuji Yui dengan sebuah kalimat panjang dan penuh rasa kagum.

Ghostly PsychosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang