"Senang berkenalan dengan kalian!" Ucap Yui Inui, seorang anak baru di sekolah ini. Aku tidak terlalu memikirkannya. Ada yang bilang dia anak keturunan Jepang, tapi aku pun tidak terlalu peduli. Mungkin para laki-laki yang lain akan berlomba-lomba mendapatkan hatinya seperti reaksi laki-laki biasanya saat ada murid perempuan baru. Mereka berharap agar dengan datangnya perempuan itu, perubahan yang amat besar seperti di film dan serial televisi akan terjadi pada hidup mereka.
Sayangnya aku tidak begitu, aku tau kalau itu hanya skenario buatan manusia yang ingin ceritanya disukai. Bagaimana aku tau? Gampang! Ayahku, Jake Mist, adalah seorang penulis novel yang amat disukai. Di meja makan dia akan sangat sering mengoceh tentang apa yang disukai pembaca di usia remaja sepertiku. Sayangnya dengan mengungkapkannya padaku, aku malah jadi tahu kalau semua hal yang aku lihat dan baca di karya fiksi itu hanya untuk mengambil ketertarikan pembaca saja. Tidak ada yang nyata. Semuanya fiksi. Mulai dari hal besar seperti seorang pahlawan yang mengalahkan naga, sampai ke hal kecil seperti romansa baru yang dimulai dengan datangnya gadis asia ke sekolahmu.
"Yui, kau boleh duduk disana. Di belakang Nite. " Ucap pak guru yang sungguh aku benci itu.
"Eh? Ini tempat duduknya Ben!" Ucapku mengelak. Kalau sampai anak baru ini duduk di dekatku, bisa-bisa aku dianggap sebagai musuh bagi para jomblo yang sudah mulai menunjukkan ketertarikan terhadap perempuan yang bernama "Yui Inui" ini.
"Ben sedang absen. Lagipula kaulah yang memaksanya duduk di sana, dia selalu mengeluh kalau sebenarnya dia ingin duduk di depan kan? Bukan di belakang seperti anak tak berpendidikan" Ujar guru sialan itu menghinaku, membuat seisi kelas menertawakanku. Semua anak kecuali aku dan seorang anak lainnya ...
"Baiklah ... Yui, silahkan duduk di belakangku" Ucapku menunjukkan sikap ramahku.
Aku, Nite Mist, bukanlah tipe pria yang kasar maupun suka membully murid. Aku lebih suka untuk diam dan menggambar di buku gambar kecilku yang selalu kubawa. Bakat ayahku dalam menulis tidak ikut mengalir di darahku, tapi digantikan oleh bakat menggambar yang bisa dibilang "lumayan". Setidaknya gambaranku telah mendapat banyak jempol dari kawan-kawanku.
"Oi! Nite, ayo ke kantin!" Ucap Billy, teman dekatku. Dia selalu bisa membuatku tertawa biarpun kadang aku tidak ingin tertawa. Bukannya aku sok murung, tapi kadang aku menganggap tertawa sebagai salah satu kegiatan yang tidak baik jika dilakukan terus menerus.
"Malas ... Kau pergi saja sendiri sana. Ajak yang lain saja dulu" Ucapku sambil melanjutkan aktifitasku yaitu menggambar. Yah memang sering aku menghabiskan waktu istirahat di dalam kelas dan menggambar, atau mengurusi handphoneku. Sekali aku menggambar, aku selalu berusaha memastikan gambar itu selesai dengan cepat dan hasilnya sebagus mungkin.
Ngomong-ngomong ... kenapa si Yui ini tidak ke kantin? Apa dia tidak tau kalau sekarang sudah istirahat? Atau jangan-jangan dia bahkan tidak tau kalau sekolah ini punya kantin?
"Apa itu Eren dari Attack on Titan?" ucap sebuah suara mengagetkanku.
"Ah? Iya. Maaf kalau kurang mirip yah ..." Ucapku agak malu. Gambarku masih berupa sketsa kasar dan belum aku perhalus.
"Sudah cukup mirip kok ..." Ucapnya sambil terus mengamati gambarku yang belum sempurna ini. "Tapi kalau aku boleh saran ... lebih baik kau buat matanya agar terlihat lebih 'liar'. Eren itu sangat bersemangat kan?" Tambahnya menyarankan.
Hah? Siapa dia? Anak baru kok sudah berlagak. Kurang ajar sekali. Tapi kalau dilihat ... Dia benar. Gambarku ini tidak menunjukkan seorang prajurit yang siap menyerang musuh, tapi seorang prajurit yang malas-malasan menyerang musuhnya.
"Terimakasih ya ..." Ucapku sambil menutup buku gambarku. Aku tidak mau langsung merubahnya, lebih baik aku lakukan nanti saja. Sekarang, aku harus membawanya ke suatu tempat dan memastikan dia tetap disana agar aku bisa menggambar dengan tenang tanpa satu kritik lagi kecuali dari diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghostly Psychos
Mystery / ThrillerHantu, dalam bahasa inggris disebut dengan Ghost. Nenekku dulu sering berkata bahwa hantu bukanlah arwah orang yang sudah meninggal, tapi makhluk lain yang meniru wujud orang mati untuk mempermainkan manusia yang hidup. Sekarang nenekku sudah mening...