Chapter 1 : Sunrise Camp

788 32 5
                                    


Sinar matahari yang hangat mengintip dari sela-sela tenda, membangunkannya dari tidurnya. Jaketnya yang digunakannya sebagai selimut sekarang ia letakkan di sampingnya.

Dia mendudukkan dirinya, tapi belum sepenuhnya terbangun. Mimpinya masih terekam dalam memorinya, terpikir dalam benaknya.

"Sungguh tidur yang nyenyak" Ucapnya dalam hatinya. Dia sudah lama tidak pergi berkemah, terutama di bukit yang jauh dari perkotaan dan dekat dengan hutan. Tapi, bukan ini perkemahan yang ia harapkan ...

Sebuah mawar merah dapat dia lihat tumbuh di dekat kemahnya. Bunga kesukaannya, biarpun duri-duri yang ada di tangkainya.

Sarden kalengan, dan roti gandum adalah menu sarapan hari ini. Sarden itu dipanaskan beserta kalengnya diatas api unggun yang ia buat kemarin malam bersama teman kemahnya.

Hanya ada 3 kaleng sarden, tapi ada beberapa bungkus roti gandum dan masih ada beberapa makanan lainnya di mobil yang diparkir dekat situ. Sinar matahari dan api yang membara menghangatkan udara yang dingin itu. Ia bisa melihat uap setiap kali dia mengeluarkan nafasnya.

"Pagi" Sapa seorang perempuan yang baru saja keluar dari mobil. "Pagi" balasnya. "Bagaimana kabarmu, Nite? Tidur dengan nyenyak? Tidak ada yang mengganggumu semalam?" Tanya perempuan itu padanya.

"Hanya beberapa nyamuk dan suara jangkrik. Bagaimana denganmu dan adikmu? Nyaman di mobil?" Tanya Nite pada perempuan itu. Perempuan berambut hitam itu duduk di samping Nite, mengambil sepotong roti gandum dari bungkusannya. "Aku sudah beberapa kali tidur di dalam mobil. Adikku bisa beradaptasi sepertiku." Jawab perempuan itu sambil melahap roti gandum yang diambilnya.

"Bisa aku minta sardennya?" Tanya perempuan itu.
"Tentu. Ambil secukupnya saja, kita akan disini cukup lama. Kita harus menghemat makanan." Ucap Nite. Perempuan itu mengambil beberapa potong ikan di dalam kaleng itu.

"Yui ... Kau ingat guru Biologi kita, Bu Maya?" Tanya Nite pada perempuan itu, Yui, memulai pembicaraan.
"Tentu aku ingat. Dia guru paling ceria yang aku pernah kenal. Dia membuat pelajaran menjadi menyenangkan" Ucap Yui disambung dengan gigitan lain pada roti dan sardennya

"Memang kenapa?" Lanjut Yui bertanya.
"Saat kita mengambil makanan ini dari swalayan kemarin, aku melihat mayatnya ... dia memegang sebuah kantongan plastik berisi 3 kaleng sarden ini." Ucap Nite menjawab pertanyaan Yui. Dalam hati Yui, timbul rasa shock yang berat. Bu Maya merupakan guru favoritnya. Sangat tragis jika dia harus mati cepat seperti ini ..

"Maaf ... Aku turut berduka" Ucap Nite pada Yui. Yui hanya membalas dengan anggukan kepalanya.

"Hey.. kau punya minuman kan?" Tanya Yui pada Nite. "Ada kok. Tunggu sebentar" jawab Nite sambil membuka hiking bag-nya dan mengambil sebotol air mineral. " Minumlah." Ucap Nite sambil memberikan air itu ke Yui. Nite juga meminum air mineral dari botol yg lain.

Saat mereka sedang minum, pintu depan mobil terbuka.
"Kakak ... " ucap anak laki-laki kecil keluar dari mobil sambil menutupi matanya dari sinar matahari. Yui meletakkan air mineralnya, dan melangkah menuju mobil. "Kai... Kau sudah bangun yah. Ayo kemari, kau perlu sarapan" ucap Yui pada adik laki-lakinya itu, Kai. Adiknya itu hanya mengangguk dan berjalan bersama kakaknya menuju perapian.

"Selamat pagi dik" Sapa Nite ramah pada adik Yui sembari menawarkan roti gandum dan dua potong sarden. Mata Kai terbelalak saat melihat makanan yang ditawarkan padanya. Tanpa berpikir dua kali, dia mengambil makanan itu dari tangan Nite dan melahapnya.

"Pelan-pelan Kai, aku tau kau lapar tapi tidak perlu terburu-buru. Kita masih punya cukup persediaan makanan untuk 2 minggu" Kata Yui pada adiknya yang sedang sibuk mengunyah sarden.
"Kita bisa mencukupkannya untuk 3 minggu jika kita berhemat." Ucap Nite pada kakak beradik itu.

Ghostly PsychosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang