***
"Fir, Fir, ambilin air, Fir!"
"Nih." Fira menyodorkan segelas air.
"Bzzzzurrrr." Andra menyemburkan air yang baru saja menyentuh kerongkongannya.
"Apaan nih, Fir?"
"Oli," jawab Fira enteng.
"Ya air lah, Ndra. Lo gak liat apa?" lanjutnya.
"Maksud gue ini air apa? Kenapa rasanya aneh."
"Gak tau. Itu tadi gue ambil disitu," Fira menunjuk ke arah meja makan yang berjejer beberapa mangkuk berisikan air kotor.
"Wuanjirrrr! Ini..?"
"Air kobokan, Ndra. Kenapa emang?"
Andra menahan nafasnya berat. menelan ludah kering. Wajahnya seketika memucat.
"Lo minum, Ndra?" tanya Fira mendelik.
Andra mengecap-ngecapkan lidahnya seraya berkata,"Wuanjrit. Kenapa lo ngasih gue air...kobokan?"
"Ya lagian lo gak bilang mau minum. Cuma bilang ambilin air doang," bela Fira.
"Yailah, emang dasar gak peka."
"Yeh dari pada lau bisanya kode doang, gak berani bertindak."
"MAKSUD LO?"
Andra mendelik, dan Fira cengengesan tidak jelas. Keduanya terlihat saling bercanda renyah.
Lain halnya dengan kedua sahabatnya yang sama-sama sibuk dengan dunianya sendiri.
Cita yang sibuk memainkan gadget. Dan, Juni yang sibuk bengong.
"Ssst." Fira menyenggol lengan Andra perlahan seraya menunjuk ke arah kedua sahabatnya yang sama sekali tidak bergeming dari aktivitas keduanya.
"Biarin aja. Yang satu lagi jatuh cinta, yang satu lagi galau."
"Sotoy." Fira menoyor pelan kepala Andra.
Fira menghampiri Juni yang masih terdiam bangku sofa. Menatap nanar pemandangan luar jendela. Bayang-bayang memori beberapa tahun silam memenuhi otaknya.
"Jun," Fira menepuk pundak sahabatnya itu pelan. Berharap lamunannya akan buyar seketika.
Juni tetap tak bergeming.
"Are you ok?" tanyanya.
Juni masih tak bergeming.
"Kalo ada apa-apa, lo bisa cerita ke gue. Hp gue stand by 23 jam. 1 jamnya buat nge-charge," tutup Fira seraya meninggalkan Juni yang masih tak bergeming dari lamunannya.
Fira kembali duduk pada posisinya semula. Meraih kamera poket miliknya dan membuka frame to frame gambar yang ia ambil.
"Lo ngapain sih, Ta?" tanya Andra seraya terus melumat gorengan hangat yang disajikan tuan rumah, Juni.
"Kepooo."
"Dih. Ditanya jugaan."
Cita meletakkan ponselnya ke atas meja, pandangannya beralih ke arah Andra yang masih menatapnya heran.
"Dia bales LINE gue. Aaah, gue seneng banget!"
"Siapa, Ta?"
"Ar..Juna."
Juni pun bergeming.
CEKREK(satu foto berhasil diabadikan)
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...