***
Ramainya orang yang tengah melerai kejadian rusuh itu. Cita pun tak kalah hebohnya yang berteriak memanggil-manggil nama Juna yang ternyata ikut andil sebagai biang rusuh.
"Junaaa! Udah stop Juna," teriak Cita pada Juna yang masih memukul lawannya yang sudah babak belur.
"Junaaa!"
Terlihat Cita juga mulai panik melihat kejadian itu.
Dihampiri oleh ketiga sahabatnya yang lain yang berusaha menenangkannya.
"Junaaa udah please stop."
Teriakan demi teriakan dari sang kekasih pun tak jua Juna dengarkan.
"Arjuna Arzhanka Rahmadian!"
Akhirnya, ada satu panggilan yang berhasil Juna berhenti. Juna menahan tangannya yang masih melayang di udara bersiap untuk memukul lawan.
Seketika mendengar teriakan itu, ia menoleh. Ke arah Juni yang sudah berdiri dengan tatapan marahnya.
Juni sudah mengepal kedua tangannya dan matanya sudah nampak dipenuhi bias-bias airmata.
Tak lama kemudian, ia bergegas menjauh meninggalkan riuh keramaian orang banyak.
Juna langsung mengejar Juni.
"Jun, tunggu."
Juni menghempaskan genggaman tangan Juna yang berusaha menarik lengannya.
"Juni!" pekik Juna.
Ia berusaha menarik lengan Juni lebih kuat. Membuat gadis itu sulit untuk melangkahkan kakinya pergi lebih jauh.
Setelah akhirnya Juni berhenti. Juna segera menarik tubuh Juni kedalam pelukannya.
Juni melepaskan segala bias airmata yang sejak tadi sudah ia pendam.
Juna memeluk tubuh Juni dengan sangat erat. Disaksikan dengan ketiga pasang mata sahabat-sahabatnya.
Tak terkecuali, Cita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...