***
DING.
LINE.
Dika: Jun, berangkat bareng gue, mau?
*
Hari ini adalah hari bahagaia untuk sahabat Juni; Cita.
Hari ini Cita bertambah umur. Dan, ia ingin merayakannya. Mengundang hampir seluruh murid Angkasa untuk datang ke pestanya.
Seluruh gadis yang datang rata-rata menggandeng pacarnya. Meskipun ada sebagian yang datang sendiri.
Para gadis yang begitu anggun dan cantik, mengenakkan dress dan penampilan yang begitu membuat kaum adam tergoda.
Juni berjalan sambil menggandeng tangan Dika ─ laki-laki yang ia tahu sudah memendam perasaan padanya cukup lama. Semua pasang mata seolah melihat mereka bak pasangan yang begitu serasi.
Jauh didalam semua itu, hati Juni teriris.
Bukan.
Bukan malam seperti ini yang ia mau.
Bukan ini yang ia rencakan.
Ia hanya mau duduk dan berjalan disamping Juna. Berharap laki-laki itu akan menggenggam tangannya dihadapan banyak orang.
Bukan Dika.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Dan, detik sudah kian jauh berlalu.
Ia tak dapat memundurkan atau memutar kembali sesuatu yang sudah terlanjur ia lakukan.
Diantara banyaknya pasang mata yang memperhatikannya, ia menangkap sepasang mata yang tak asing baginya.
Langkahnya kian berat kala mata itu terus menatapnya dengan tatapan nanar. Ia bahkan tak dapat menahan perasaan bersalahnya yang harus muncul disaat seperti ini.
Setelah ia mengucap birthday pada Cita, ia berdiri menjauh dari Dika dan pasang mata yang sejak tadi memperhatikannya.
Tapi, tidak dengan Juna.
Laki-laki itu masih menatapnya. Dalam dan begitu dingin.
Juni hanya dapat menundukkan kepalanya tiap kali ia menangkap mata Juna masih menatap ke arahnya.
Ketika acara sedang berlangsung, Juni, Fira, Andra, juga Cita berkumpul jadi satu. Tak lupa dengan Juna yang selalu mengekori Cita kemana pun gadis itu pergi.
"Btw, lo jadian sama Dika?" tanya Cita.
"Oh, iya iya, gue juga mau nanya itu. Lo jadian sama Dika? Kok datengnya bareng dia?" sergap Fira penuh antusias.
Juni harus menelan rasa pahit yang masuk ke dalam indera perasanya saat ia mengunyah kue didalam mulutnya. Berusaha dengan sulit untuk menelannya.
"Nggak. Gue Cuma deket aja sama dia," jawab Juni seadanya. Sambil terus berusaha untuk menelan kue yang ia lumatkan dengan susah payah.
"Kenapa gak jadian aja? Lo cocok sama dia, Jun," balas Cita dengan cepat.
"Gue gak suka ama dia," Juni terkekeh kecil dengan nada sedikit canggung.
"Terus sukanya sama siapa?" tanya Cita, lagi.
Juni terdiam. Ia bahkan tak mampu menjawab pertanyaan demi pertanyaan itu lebih lanjut. Ia seolah kehabisan akal untuk menjawab.
"Udah eh udah. Kepo banget sih lo, Ta."
"Ya gapapa dong, gue kan pengen tau juga."
"Kepo itu bukannya hewan yang biasa buat bajak sawah, ya?" sambar Andra.
"Itu KEBO, Andraaa," jawab Fira dan Cita bersamaan.
Ketiganya pun tertawa renyah setelah mendengar lawakan garing khas Andra.
Tapi, tidak dengan Juni dan Juna.
Keduanya hanya dapat berpura-pura tersenyum. Menutupi segala perih yang bahkan mereka rasakan.
Yang satu; berkorban demi kebahagiaan sahabatnya dan mengabaikan perasaannya.
Yang satu; skakmat dengan takdir yang baru saja terjadi. Saat seorang gadis mengutarakan isi hatinya didepan umum, ia bahkan tak cukup nekat untuk jadi orang jahat yang dapat membuat gadis itu malu. Namun, ia cukup jahat untuk mengambil keputusan yang bahkan salah.
Keduanya mengambil keputusan yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...