***
Flashback.
1 year ago.
"Juna kemana? Ya ampun, Juna. anakku.." ujar Rani, Mama Juna, dengan panik.
Malam itu hujan turun membasahi tanah. Petir menggelegar dari sudut langit satu ke sudut lainnya.
Dan, seorang anak laki-laki sedang sendirian tak jelas juntrungannya diluar sana.
Wajar, jika sang Ibu merasakan panik yang luar biasa.
"Yaudah, kamu jangan takut. Nanti sekalian perjalanan pulang, saya akan cari Juna sampai ketemu," ucap Renita, Mama Juni, berusaha menenangkan sahabat sejak kecilnya hingga kini.
"Maafin saya selalu buat keluarga kamu jadi sulit dan merepotkan."
"Kamu tidak perlu berkata seperti itu. Juna sudah saya anggap seperti anak saya sendiri, Rani."
"Kamu memang contoh Ibu yang baik, Renita."
Tak lama kemudian, keluarga Renita pun pamit untuk pulang.
"Saya akan bawa Juna kembali, Rani. Kamu tidak perlu khawatir." Itulah janji yang sempat diucapkan Renita pada Rani.
Sebelum akhirnya kejadian mengerikan itu menghancurkan masa-masa indah itu begitu saja.
*
Keluarga Renita tiba di sebuah cafe tak jauh dari komplek rumah mereka.
Ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang ribut dengan beberapa preman setempat.
Renita mengenali sosok anak laki-laki itu.
"Juna. Pa, itu Juna, Pa," ujar Renita panik.
"Yaudah, Mama tunggu sini. Biar Papa yang turun."
Laki-laki yang bertindak sebagai pemimpin keluarga itu turun dari mobil mewahnya. Berjalan dibawah hujan menghampiri kerumunan beberapa preman yang masih memukuli Juna.
Dari balik kaca mobil, dengan resah Renita melihat dengan seksama.
Tak lama kemudian, entah apa yang terjadi, beberapa preman itu mengamuk dan juga memukuli laki-laki paruh baya itu. Rangga, anak laki-laki yang tertua langsung turun dari mobil untuk membantu sang Ayah.
Namun, apa daya. Mereka yang tak cukup kuat untuk menghadapi preman-preman itu justru menjadi bulan-bulanan para preman biadab itu.
Dengan sadis, preman-preman itu memukuli mereka tanpa ampun.
Juni, gadis kecil yang belum mengerti apa-apa, hanya dapat menangis melihat setiap inci kejadian yang menimpa kakak laki-laki serta ayahnya.
Renita akhirnya pun ikut turun dari mobil. Niat membantu, justru berujung na'as.
Sebilah pisau menusuk tepat pada jantungnya.
Ulah preman-preman biadab tak berperasaan itu menghabisi nyawa keluarga itu.
Juna terlihat nampak ketakutan melihat kejadian yang menimpa keluarga keduanya itu tepat dihadapan matanya.
Tubuhnya berguncang hebat.
Perasaan bersalah mulai merasuki dirinya.
Pun Juni, gadis kecil itu hanya dapat meraung-raung mendapati kedua orang tua juga kakak laki-lakinya harus terkapar tak berdaya.
Anak gadis itu kini hidup sebatang kara.
Satu hal yang Juni pikirkan pada saat itu; ia sangat membenci Juna!
Satu hal yang Juni tahu pada saat itu; orang tua dan kakaknya mengorbankan nyawa mereka hanya untuk menyelamatkan Juna.
Satu hal yang tidak akan Juni lupa; Juna adalah perusak kebahagiaannya.
Ini adalah kesalahan kedua Juna mengapa Juni begitu membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...