#21

611 43 2
                                    

***

JUNI POV

"Gue juga sayang sama lo, Ta."

Kalimat itu terus terngiang didalam pikiranku. Aku bahkan tersentak kaget mendengar jawaban yang tidak pernah ku sangka sebelumnya.

Membuat dinding-dinding yang ada dalam diriku runtuh seketika.

Dinding yang membuatku kuat bertahan sejauh ini memendam semuanya. Kini, akhirnya runtuh juga.

Aku menatap langit malam yang begitu indah berhias bintang.

Jika sudah begini, aku merindukan Papa, Mama, serta Kakak.

Aku bahkan tidak punya tempat untuk mengadu disaat dunia begitu membenciku.

Aku tidak punya tempat untuk bersandar saat dunia begitu melukaiku. Merajam hatiku dengan kenyataan pahit yang tidak dapat ku terima.

Juna mencintai sahabatku sendiri.

Sudah pantaskah ia untuk ku anggap sebagai orang jahat dalam hidupku?

Ia sudah merampas kebahagiaanku, kini ia merampas seluruh hatiku.

Seharusnya aku sadar, ia tidak pernah memiliki perasaan yang sama denganku.

Ia hanya selalu mempermainkanku. Sama seperti beberapa tahun silam.

Flashback.

"Juni gue suka sama lo."

Waktu itu aku menginjak bangku 1 SMA. Dan, aku jatuh cinta padanya, Juna. Teman sekelasku dan juga teman dekat dari kakak laki-laki ku, Rangga.

Ia adalah laki-laki yang baik dan humoris. Setidaknya itu lah anggapanku tentangnya saat itu.

Sampai ia melontarkan candaan yang membuatku malu didepan teman-temanku yang lain.

"Juni, gue suka sama lo. Mau gak lo jadi pacar gue?"

Aku tersipu malu saat itu, saat dimana Juna menembakku didepan teman-teman sekelasku dan memberikanku setangkai bunga mawar.

Ku anggukkan kepalaku dengan tersipu. Disaat aku sudah yakin bahwa aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya, disaat yang sama juga ia meluluhlantahkan perasaanku.

"April moppp, Juni. Hahahaha."

Tawa itu menggelegar dari mulutnya. Yang diikuti oleh tawa beberapa teman sekelasku juga.

"Gue becanda kali, Jun."

DEG.

Jantungku seolah melorot dari tempatnya. Aku tersentak malu. Terlebih disaat semua teman-temanku mulai mengejekku dan berkata bahwa; aku begitu mengharapkan Juna.

Saat itu, Juna sama sekali tidak membantuku. Ia justru ikut tertawa meledekku bersamaan dengan beberapa teman sekelasku.

Aku benar-benar merasa dipermalukan.

Ku remas tangkai bunga yang ia beri. Dan, ku injak begitu saja.

Ini adalah kesalahan pertama Juna mengapa aku begitu membencinya.


Juna-JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang