***
"Juni.."
Mata Juni langsung mendelik kala namanya dipanggil oleh suara yang begitu khas ia kenal.
"Lama gak kesini, ini rumah tetep sama ya. Masih kayak dulu," ujar Juna seraya duduk di sofa yang jaraknya tidak begitu jauh dari Juni.
"Oh, iya. Tadi Mama nitip ini. Katanya buat lo," Juna menyodorkan sebungkus martabak manis isi keju kesukaan Juni.
Diletakkannya di atas meja.
Juni sama sekali tak bergeming dari posisinya. Tatapannya tetap mengarah ke layar ponsel. Berusaha untuk menyibukkan diri sendiri.
Sesekali, ia melirik ke arah Juna yang juga tengah melirik ke arahnya.
Namun, tak banyak kalimat yang terlontar.
Keduanya sama-sama tenggelam dalam keheningan.
Setidaknya, itu hanya berlangsung selama 15 menit. Sebelum akhinya ketiga sahabatnya pun akhirnya datang.
"Wah, martabak. Dari siapa nih, Juni?" tanya Andra setiba ia di rumah Juni.
"Oh, itu dari –"
"Gue baru beli di depan rumah tadi," sambar Juni dengan cepat sebelum Juna menyelesaikan kalimatnya.
"Makan aja. Gue lagi diet," lanjut Juni.
Juna terdiam. Ia bingung dengan sikap Juni barusan. Bukan hanya tidak menjawab dengan jujur, namun ia juga bersikap tidak menganggap kehadirannya sejak tadi.
"Hai, Juna ayaaaang," pekik Cita seraya langsung mejatuhkan tubuhnya tepat disamping Juna duduk.
"Aku kangen tauuuu!" ucapnya manja.
"Kan udah ketemu di sekolah, Ta."
"Ih, ayaaaang mah gak tau apa kalo pacarnya kangenan terus."
Cita terus bertingkah manja dengan kekasih barunya, Juna.
"Oh my God. Please, siapapun tolong bawa gue pergi dari drama ftv ala cabe-cabean alay ini dengan segera. Sebelum gue pingsan dan muntah denger Cita mulai jadi drama queen wanna be," ceplos Fira.
"Rasanya, gue jauh lebih baik nonton ftv alay naga terbang ketimbang drama Cita yang kadang bikin gue malu sendiri udah jadi temennya dia," sambar Andra.
Juni hanya tersenyum miris. Seperti biasa, memainkan topengnya. Meski dalam hatinya ia harus mengubur luka lama yang terkuak kembali.
Terlebih saat pasang matanya harus melihat Juna sedang bermesraan dengan sahabatnya, Cita.
Sakitnya tuh..disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...