***
JUNA POV
"Juna, gue suka sama lo."
Entahlah bagaimana harus menjelaskannya. Kalimat itu terdengar dingin, sarkas, jahat, membingungkan, dan segalanya yang dapat ku rasakan.
Aku bingung kala kalimat itu harus terlontar dari mulut Cita.
Aku bahkan tidak pernah membayangkan sebelumnya.
Aku bimbang harus mengatakan apa. Tidak, tapi aku tahu itu akan menyakitkan untuk Cita. Dan, jika Cita sakit karenaku, aku tahu persis bahwa Juni akan marah besar padaku.
Jika aku jawab; Ya, tapi perasaan ini jelas bukan untuknya.
Tapi, aku harus memutuskannya. Aku merasa dipojokkan, terlebih kala tiga pasang mata itu menatapku menunggu jawaban.
Oh my God, haruskah aku kehilangan Juni untuk yang kesekian kalinya?
"Gue juga sayang sama lo, Ta," jawaban pasti itu akhirnya aku lontarkan meski dengan ragu-ragu.
Terlihat sirat bahagia dalam diri Cita yang begitu membara kala aku menganggukkan kepala. Juga rona bahagia dari para sahabatnya.
Tapi, tidak dengan Juni. Ia hanya terdiam, menatapku penuh nanar.
Apa aku salah menjawab?
Sudah ku putuskan untuk memendam perasaan yang ku rasakan padanya. Aku takut, jika aku mengungkapkannya itu hanya akan membuatnya semakin menjauh dariku.
Aku tidak ingin kembali kehilangannya.
Aku hanya ingin terus bersama Juni. Memandang wajahnya, melihat tawanya, dan membuatnya terus tersenyum.
Tak apa jika hanya tetap menjadi seorang teman, asalkan aku tetap dapat dekat dengannya.
*
"I love you."
CUP.
Sebuah kecupan berhasil mendarat di dahi sahabatnya itu tepat dihadapannya.
Sebuah tetesan airmata terjun bebas membasahi pipi Juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna-Juni
Teen FictionAku tidak membenci dia. Aku hanya menganggapnya tidak pernah ada. Itu saja. - Juni Satu hal yang selalu ingin aku lakukan sampai saat ini; meminta maaf padanya. Itu saja. - Juna Hati itu bagaikan cermin, ketika ia retak dan hancur, sebaik apapun us...