Prolog

14.9K 570 8
                                    

16 tahun aku tinggal bersama keluargaku di Indonesia. Hidupku sangatlah menyedihkan. Tidak ada kata 'bahagia' selama hidupku. Setiap hari aku selalu mendapatkan sumpah serapah dari orang tuaku. Mereka selalu membanding-bandingkan diriku dengan adikku. Apa mereka tak memikirkan perasaanku? Hidup dengan caci maki dan cibiran baik dari keluarga maupun orang lain. Rasanya aku ingin lari, aku jenuh dengan semua ini, aku lelah.

Hanya ada satu hal yang dapat membuatku merasa tenang, musik. Di sekolah, aku selalu berkunjung ke ruang musik hanya untuk menenangkan pikiranku. Musik adalah segalanya bagiku.

• • •

"Hei anak pemalas, cepat bangun! Ada banyak pekerjaan yang harus kamu kerjakan! Seenaknya saja kamu tidur seperti itu, ayo bangun!"

Seperti itulah ibuku. Ya, mungkin aku menganggapnya seorang ibu karena ia yang melahirkan ku. Hampir setiap hari ibuku selalu memperlakukanku seperti itu. Dengan segera aku bangkit dari tempat tidur dan menguncir rambutku asal lalu memulai pekerjaannya.

Hari ini sekolah libur karena guru-guru rapat. Tetapi, walaupun libur, bagiku ini sama seperti hari biasa. Melakukan semua pekerjaan rumah. Terkadang aku iri melihat teman-temanku yang bisa jalan-jalan kemana saja.

"Hei kamu sedang lihat apa?! Cepat kerjakan yang benar!"

"Baik Bu."

Ah! Andai saja aku tidak terlahir dari keluarga ini, aku pasti sangat bahagia. Hftt~ Tuhan memang menakdirkan ku untuk berada di keluarga ini.







To be continued...

Alma Farrel Tirta

No One Who Understand Me [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang