Cowok itu. Ya. Cowok yang telah banyak nyakitin aku, dia berdiri dihapanku dengan wajah cemas.
"Maaf ya aku baru bisa nengokin kamu soalnya jadwalku padat banget."
"Iya. Gak apa-apa."
"Tapi, sekarang kamu udah mendingan kan?"
"As you can see."
Tangan Edi hendak memegang tanganku namun ku tepis. Dia mendongak lalu menatapku heran.
"Aku mau kita putus."
"A-apa maksud kamu? Putus? Hahaha. Sekarang bukan April mop, baby."
"Aku bilang aku pengen putus sama kamu."
Kini wajah Edi menegang membuatku menundukkan kepala, tidak berani menatapnya.
"Apa alasannya?" tanya Edi santai tapi ada sedikit nada emosi.
"Karena aku, " Aku menarik napas. "Mau kamu pergi dari hidup aku."
"Itu bukan alasan logis. Katakan, kenapa kamu minta putus?!" Edi teriak dan dengan sigap Woohyun yang berada tak jauh dari kasur langsung menarik lengan Edi menjauh. Satu hantaman Woohyun dapat di pipi kanannya.
"Brengsek! Untuk apa kau menahan tanganku?"
"Dia wanita. Tidak pantas untuk kau bentak seperti itu. Dia masih sakit. Di manakah akal sehatmu?"
"Nuguseyo? Mengapa kau ikut campur urusanku dengannya?"
"Kau tidak perlu tau siapa diriku. Kau dengar sendiri kan? Dia tidak mau kau ada di hidupnya lagi. Dia memintamu untuk pergi. Sekarang, turuti permintaan dia. Keluar dari ruangan ini."
Edi menatap tajam Woohyun. Setelah itu, Edi keluar dengan napas terengah-engah. Woohyun menghampiriku.
"Everything will be okay. Don't worry."
Aku tidak berbicara apapun. Air mata yang sedari tadi mendesak akhirnya jatuh juga disertai isakan kecil. Dengan cepat Woohyun merengkuh tubuhku.
"Keputusanmu tepat. Dia memang bukan pria yang baik untukmu. Dia sudah terlalu banyak menyakitimu. Sekarang adalah pembalasanmu untuk menyakitinya balik."
Woohyun mengusap punggungku. "uljima. Ada aku yang bersedia menjagamu kapanpun dan di manapun. Jangan takut akan hal-hal buruk yang bisa pria itu lakukan padamu."
• • •
Sinar matahari memaksa masuk ke dalam retina ku melalui celah-celah jendela. Bau obat-obatan serta ruangan cat putih terlihat pertama kali saat mataku terbuka. Woohyun terlelap dengan keadaan duduk di kursi sebelah kiri ku.
"Woo."
Woohyun langsung menegakkan tubuh lalu mengerjap. "Ne, ada apa?"
Aku tertawa kecil. "Apa tubuhmu tidak sakit tidur seperti itu?"
"Ah, ini sudah biasa." Woohyun menguap lalu bangkit dari kursi. "Kau mau makan apa? Bubur?"
"Ah ani ani. I don't wanna eat that. Bubur rumah sakit tidak enak."
"Lalu, kau mau makan apa?"
"Jjajangmyun."
"Se pagi ini? Tidak! Lebih baik aku cari bubur di depan."
"Woo, I really want it."
"But you can't eat now. Nanti siang aku janji akan membelikanmu jjajangmyun." ucap Woohyun lalu keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Who Understand Me [Revisi]
Teen FictionSeorang gadis remaja mempunyai jalan hidup yang sulit. Hidupnya di penuhi oleh kebencian dan kesedihan. Dia di anggap lemah oleh semua orang. Tidak hanya itu, ia kecewa oleh seseorang, seseorang yang ia percaya akan selalu bersamanya, menjaganya, da...