Aku menatap sebal Woohyun yang berdiri di depan kamar apartemen ku dengan memakai pakaian hitam seperti waktu itu lagi.
"Mengapa pagi-pagi sekali kau datang ke apartemen ku? Bukankah hari ini tidak ada kelas?"
"Apakah caramu menyambut tamu seperti ini?"
Aku memutar bola mata malas lalu membiarkan Woohyun masuk ke dalam. Ia duduk di sofa dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja. Aku menggeram dalam hati. Setelah itu, aku juga ikut duduk di hadapannya.
"Mengapa kau datang ke sini? Mengganggu pagi ku saja."
"Salahkah? Aku hanya ingin menemanimu."
"Tidak, terima kasih. Lebih baik kau pergi sebelum aku berteriak bahwa ada penyusup di dalam kamar apartemen ku."
"Silahkan saja. Tapi, kau juga akan dapat balasan jika melakukan itu."
Aku menghela napas, "Sebenarnya, apa mau mu?"
"Mau ku? Jalan-jalan denganmu."
"Ke mana?"
"Ke tempat yang belum pernah kau kunjungi. Mau?"
Aku terdiam. Ajakannya boleh juga tapi hari ini adalah hari bersih-bersih. Jika ku tolak, pasti akan ku sesali. Woohyun mengangkat sebelah alisnya menunggu jawabanku.
"Oke, aku mau."
Dia tersenyum lebar dan aku pergi ke kamar mandi untuk siap-siap.
Simple. Kaos putih polos dan celana jeans yang ku tambahkan aksesoris kalung coker. Rambut cokelatku gerai hingga menjuntai ke punggung dengan poni yang agak ku singkirkan ke samping. Sepatu dan tas ku padukan dengan warna kaos. Tas yang ku pakai adalah tas yang terbuat dari bahan kain dengan tali berwarna emas berantai.
Aku dan Woohyun keluar dari elevator dan segera berjalan menuju tempat parkir. Woohyun memakai sabuk pengaman lalu menancap gas meninggalkan parkiran apartemen ku.
Sepanjang jalan, aku hanya diam sambil menikmati lagu yang berasal dari radio mobil. Woohyun hanya fokus dengan jalanan di depan. Aku menolehkan wajahku pada Woohyun yang sedang serius. Tampak lebih tampan jika dibandingkan dengan sebelumnya. Aku tidak menyangka jika ia memiliki hidung yang mancung.
"Jangan menatapku! Aku tidak mau kau jatuh cinta padaku."
"Uh? Siapa yang menatapmu? Aku... Hanya ingin mengambil tisu. Tanganku terkena air tadi." ujarku sambil menarik tisu dari tempatnya yang menggantung.
Woohyun tertawa kecil. Sial! Mengapa aku jadi salting seperti ini? Aku memalingkan wajahku pada jalanan diluar jendela. Astaga! Wajahku memanas dan menimbulkan semburat kemerahan. Tiba-tiba mobil berhenti dan Woohyun menyuruhku untuk turun. Aku pun menurut.
Aku mengangkat sebelah alisku ketika melihat sebuah rumah yang tidak terlalu besar tapi begitu mewah dan elegan yang berpagar hitam. Cat rumah itu berwarna abu-abu bercampur hitam dengan pohon-pohon yang menghiasinya.
"Ayo masuk!"
"Ini rumah siapa? Mengapa kau mengajakku ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Who Understand Me [Revisi]
Teen FictionSeorang gadis remaja mempunyai jalan hidup yang sulit. Hidupnya di penuhi oleh kebencian dan kesedihan. Dia di anggap lemah oleh semua orang. Tidak hanya itu, ia kecewa oleh seseorang, seseorang yang ia percaya akan selalu bersamanya, menjaganya, da...