Aku melangkahkan kakiku di sebuah bandara besar dan megah yang ramai oleh para warga maupun turis asing. Hari ini cuaca di kota ini sangat dingin, untung saja aku membawa mantel tebalku. Sembari mendorong barang bawaan, aku mencari di mana letak pangkalan taksi di bandara ini.
Akhirnya, setelah beberapa lama aku menemukannya. Supir taksi tersebut langsung membantu memasukkan barang-barang bawaanku ke dalam bagasi. Setelah semua masuk aku duduk di kursi belakang lalu taksi pun jalan.
Jalanan kota ini sangat indah. Terlihat banyak pelajar-pelajar SMU yang sedang tertawa ria sembari menunggu bus datang. Lampu jalan yang menerangi jalanan ini semakin memperindah kota ini. Ya. Sekarang sudah jam 11.00 KST, dan ini sudah malam. Aku maih menempuh beberapa kilometer lagi untuk sampai di tempat tujuanku.
Ku buka kunci layar ponsel, sesak mulai memasuki rongga dadaku. Ya, homescreen ponselku adalah foto diriku dengan Edi sebelum hubungan kita berakhir. Aku masih ingat pada saat itu, ia memberikanku sebuah kejutan istimewa. Ia memberikanku sebuket Hidrangea flower dan sebuah cincin yang sampai sekarang masih tersemat di jari manis kananku.
Air mataku lolos untuk yang sekian kalinya. Kali ini bukan karena orang tua atau keluargaku, melainkan seorang pria asing yang telah mencuri hatiku dan membuatku hancur berkeping-keping. Mengapa pria itu harus aku tangiskan? Kuusap kasar butiran kristal itu lalu mencoba untuk tidur. Dengan demikian, semua kenangan indah itu tidak lagi terputar di memori otakku.
• • •
Aku menggeliat mencoba mengatur cahaya yang masuk ke dalam retina mataku. Sayup-sayup aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.00 pagi. Hari ini, aku harus beradaptasi dan mengetahui arah jalanan di kota ini. Sekalian untuk rekreasi.
Dikarenakan cuaca yang tidak terlalu dingin, aku memakai celana jeans dan mantel sutra berwarna putih serta tas yang tersangkut di pundak kananku. Surai hitamku dibiarkan tergerai beserta poninya. Ku poleskan sedikit lipblam di bibir. Aku tidak terlalu menyukai berdandan. Setelah semua beres, segera ku bergegas untuk keluar.
Angin pagi khas kota ini membuatku merasa segar. Aku berjalan menyusuri kompleks perumahan sembari mencatat tempat-tempat yang sewaktu-waktu akan ku kunjungi.
Tidak sengaja aku menabrak seseorang hingga tubuhku jatuh. Aku hendak memarahi orang itu namun orang itu malah menarikku masuk ke suatu gang kecil.
"Jangan berisik!"
Terlihat dari luar dua orang berstelan hitam berteriak memanggil nama seseorang. Beberapa detik kemudian, dua orang itu pergi. Orang itu menjauhkan tangannya lalu berdiri dan meninggalkanku.
"Hei!"
Namun sayang, orang itu sudah melangkah sangat jauh. Dalam hati aku menggerutu terhadap perlakuan orang itu tadi. Aku berdiri dan bergegas untuk melanjutkan kegiatan ku tadi.
Malam itu, aku duduk di meja belajar sembari memeriksa berkas-berkas untuk daftar masuk ke universitas besok. Ya. Sehari itu sudah cukup bagiku untuk istirahat dan mempersiapkan segalanya. Ku lirik jam dindingku menunjukkan pukul 11 malam, tetapi mataku masih terjaga. Ku putuskan untuk menonton kaset drama yang baru saja ku beli tadi.
Ku nyalakan laptop ku dan ku masukkan kaset itu ke dalam. Setelah beberapa lama kemudian, aku mulai menonton drama itu.
Descendants of the Sun atau disingkat DOTS adalah drama yang sedang booming saat ini. Drama yang dibintangi oleh aktor sekaligus pemain running man ini membuat rating drama ini naik. Drama yang mengisahkan tentang perjuangan dua sejoli yang saling jatuh cinta yang dihambat oleh profesi mereka yang berbeda. Drama ini benar-benar membuat penonton merasakan apa yang para pemain itu rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No One Who Understand Me [Revisi]
Teen FictionSeorang gadis remaja mempunyai jalan hidup yang sulit. Hidupnya di penuhi oleh kebencian dan kesedihan. Dia di anggap lemah oleh semua orang. Tidak hanya itu, ia kecewa oleh seseorang, seseorang yang ia percaya akan selalu bersamanya, menjaganya, da...