Part 23

2.4K 60 8
                                    

Sepulang dari kampus, aku jalan-jalan sebentar mencari inspirasi untuk melukis. Hobi ku sejak SMA masih ku kerjakan sampai sekarang. Bahkan aku ingin mengadakan pameran seni dibantu dengan para member Infinite.

Oh ya, aku sudah diperbolehkan untuk kuliah. Tadi pagi Woohyun yang menjemputku untuk berangkat ke kampus. Seperti biasanya dia hanya menggunakan bus dan berpenampilan layaknya orang biasa. Tanpa riasan make up ataupun pakaian mewah. Hanya menggunakan kaos warna hitam dibalut jaket hoodie berwarna abu-abu.

Tanpa ku sadari, hari sudah mulai gelap. Semua inspirasi sore ini sudah terkumpul diotakku dan siap ditorehkan di atas kanvas. Namun tiba-tiba diperjalanan, ada seorang pria tinggi berjalan sempoyongan yang sedang dibopong oleh dua pria lainnya. Pria itu nampak kacau. Aku seperti mengenali pria itu.

"Hey kau!" teriak salah satu pria yang membopongnya.

Aku celingak-celinguk mencari seseorang yang dipanggil pria tadi.

"Iya, kau. Mantan kekasih Tao, kemarilah!"

Oh tidak! Itu adalah temannya Edi. Bagaimana ini? Aku ingin memutar badan namun telat. Pria itu mencekal tanganku kuat lalu menatapku tajam.

"Apa yang telah kau perbuat padanya?!"

"Apa yang telah kau perbuat padanya?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku begitu ketakutan. Sorotan matanya begitu tajam seperti harimau yang ingin memangsa buruannya. Aku berusaha untuk melarikan diri namun cekalannya begitu kuat hingga membekas warna merah.

"Jawab!"

"Aku... Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Seperti katamu, orang itu punya banyak wanita. Jadi aku memutuskannya."

"Yang kau lakukan itu salah, brengsek!"

Pria itu mencekal tanganku lebih kuat. Aku mengadu kesakitan hingga air mata ku lolos begitu saja. Sakit. Sungguh sakit. Mungkin sekarang bukan hanya memerah, tapi membiru.

"Sudah, hentikan! Gadis ini tidak salah. Tao yang salah. Jika dia mencintai gadis ini, seharusnya dia tidak menerima perjodohan orang tuanya."

Pria itu akhirnya melepaskan cekalannya. Benar. Bekas itu berubah menjadi kebiruan. Perih ditambah sakit yang berdenyut-denyut. Pria itu langsung pergi masuk ke dalam mobil.

"Maafkan Sehun. Dia memang emosional."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Maafkan aku. Ini sudah jadi keputusanku karena aku tidak mau jatuh dalam lubang yang sama untuk ketiga kalinya." ujarku sambil menutupi memar.

Pria itu melirik ke arah pergerakan tanganku. Tiba-tiba saja tangan kanan ku ditarik. Ia mengambil sesuatu  dikantongnya lalu meletakkan benda tersebut ditelapak tanganku.

"Obati lukamu."

Setelah itu, mereka pergi dari tempatku berdiri.

• • •

No One Who Understand Me [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang