Part 20

2.6K 104 10
                                    

Kami duduk berhadapan, namun salah satu dari kami tidak ada yang ingin membuka pembicaraan. Berkali-kali aku melirik Edi yang melamun, seperti memikirkan sesuatu.

"Ed?"

"Iya? Ada apa?"

"Kamu kok ngelamun terus, ada masalah ya?"

"Eng-gak. Aku gak ada masalah. Oh iya, kamu mau pesen apa?"

"Aku udah makan, Ed."

"Oh, gitu."

Aku menatap lamat-lamat Edi. "Kamu aneh banget."

"Aku aneh kenapa?"

"Aneh aja. Kayak bukan Edi biasanya. Kamu pasti lagi ada masalah. Cerita dong sama aku. Kata kamu aku ini pacar kamu, jadi kamu harus cerita masalah kamu ke aku. Siapa tau aku bisa kasih solusi?"

Edi melirik ponselnya lalu bangkit. "Maaf, aku harus latian. Aku tinggal ya? Gak apa-apa kan? Apa perlu aku panggilin supir aku buat-"

"Aku bisa naik taksi."

"Ya udah, aku pergi dulu ya."

Edi mencium keningku sebentar lalu melenggang pergi. Memang benar ada yang aneh sama Edi. Dia kayak nyembunyiin sesuatu dari aku. Tapi, apa ya?

Ah! Kenapa gak aku ikutin aja Edi? Rasa penasaranku pasti bakal terhapuskan. Aku masuk ke dalam taksi lalu memerintahkan sang sopir untuk mengejar mobil Edi. Aku terus mengikuti mobil Edi sampai pada di sebuah rumah kavling. Edi keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah kavling itu.

"Pak, agak maju sedikit."

Di depan gerbang, aku melihat seorang cewek keluar dan langsung berhambur memeluk Edi erat. Cewek itu juga mencium bibir Edi. Siapa cewek itu? Kenapa dia berani banget cium bibirnya Edi. Dan kenapa Edi gak menghindar? Aku melihat Edi memberikan sebuket mawar merah pada cewek itu. Dan lagi, cewek itu memeluk erat Edi. Hatiku rasanya seperti diremas-remas.

"Jalan pak!"

Apa aku gak salah liat? Apa ini yang dimaksudkan dari teman Edi kalau aku hanya simpanan dia? Bodoh! Seharusnya aku gak nerima Edi balik jadi pacar aku. Air mataku sudah tidak terbendung lagi, mereka terus berjatuhan. Rongga dada ku sesak.

Entah keberanian dari mana aku pergi ke dorm Infinite. Aku langsung memeluk Woohyun dari belakang saat dia sedang membuat makanan. Woohyun melepaskan pelukanku lalu berbalik.

"Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

Bukannya menjawab pertanyaan Woohyun aku malah memeluk cowok itu sambil menangis.

"Why you crying?"

"He... Hiks hurt me again. A..aku menyesal, Woo. Aku menyesal."

Woohyun mendekap tubuhku erat. Menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya, membiarkan air mataku membasahi bajunya. Hatiku sakit, retak. Luka lama kembali terbuka makin lebar. Bodoh banget aku bisa percaya dengan cowok seperti Edi. Udah tau dia brengsek tapi masih saja aku menerimanya.

Aku mulai mengerti sekarang. Alasan dia memutuskanku waktu itu bukan hanya soal trainee, tapi dia sudah tunangan dengan cewek lain. Bodoh kau Fanny!

• • •

Tatapanku kosong. Makanan yang berada dihadapanku sama sekali tidak ku sentuh. Woohyun duduk dihadapanku.

"Kenapa tidak makan?"

Aku diam. "Kau harus makan, Fanny. Bagaimana kalau kau sakit?"

"Biarkan. Biarkan aku sakit karena dengan cara itu aku bisa menghilang dari dunia ini."

No One Who Understand Me [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang