Part 5 - Scandal

197 16 0
                                    

Baru saja tangan Rowley menelusup ke balik kemeja Becca ketika sebuah tinju mendarat tepat di bagian kanan pipinya, merobek bibirnya hingga berdarah. Rowley terhuyung sambil memegang pipinya yang panas.

Justin berdiri tepat di sisi kanan Rowley, dadanya naik turun menahan amarah, tangannya terkepal membentuk sebuah tinju yang bisa menyerang Rowley kapan saja. Justin melihat semuanya dari kejauhan, bibir Becca yang tersemat sempurna dalam dekapan bibir Rowley, bahkan perbuatan kurang ajar yang hampir dilakukan Rowley terhadap gadisnya. Saat melihat Becca turun dari taxi tepat di depan Jess Braillier's Coffe, ia memutuskan untuk mengikuti gadis itu sepanjang hari, kemanapun ia pergi.

Becca terduduk lemas di jalanan yang basah, ia terlalu shock, bahkan ia membiarkan kancing kemejanya yang masih terbuka sampai ke perut. Rowley berdiri terhuyung sambil meludahkan darah yang masuk kedalam mulutnya, rasa anyir itu membuatnya mual. Tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk tersenyum meremehkan kearah Justin. Sudah menjadi wataknya untuk meremehkan orang lain dalam keadaan apapun.

"Kenapa sih kau harus datang dan mengganggu acara kami?" Ujarnya sarkatis dengan nada sedikit sinis, terdengar sekali jika ia berusaha memacu emosi Justin. "kami kan jadi tidak bisa menyelesaikannya"

Perkataan itu refleks membuat Justin meraih kerah kemeja Rowley dengan kasar "Jaga bicaramu, bastard!" Tinju Justin sudah siap terkepal dan hampir di daratkannya di wajah Rowley kalau saja Becca tidak memegangi kakinya.

"No... Justin, enough... enough" Suara Becca bergetar di sela - sela tangisannya.

Suara Becca menyadarkan Justin, mengembalikan akal sehatnya yang sejenak menghilang karena rasa emosi yang menyelimutinya seperti kegelapan malam. Ia melepaskan kerah baju Rowley dengan kasar, hingga pria itu terhuyung ke belakang. Justin perlahan berjongkok dan membantu Becca untuk berdiri. Gadis itu terlihat sangat kacau, air matanya tak berhenti mengalir, seluruh badannya kotor karena ia duduk di jalanan yang berair. Justin menutup satu persatu kancing kemeja Becca, Gosh... ia benar - benar tidak tahan melihat kekasihnya berantakan seperti ini.

Justin menyeka air mata yang Jatuh dipipi Becca "Sudah... Sudah... ayo kita pulang" Justin menenggelamkan Becca kedalam dekapannya. Baru saja mereka akan berjalan menjauh ketika tangan Rowley dengan sigap menarik Becca yang sekarang berada dalam dekapannya.

"Jika dia harus pulang, Dia pulang bersamaku, Bieber" Rowley mengangkat alisnya dan tersenyum sinis.

"Let me go!" teriak Becca yang mencoba berontak di dalam dekapan Rowley. Rowley memeganginya dengan sangat kencang hingga tulangnya terasa hampir terlepas dari tempatnya.

"Ssstt... tenanglah babe, aku akan membawamu pulang" bisik Rowley dengan suara seksinya di telinga Becca. Bibirnya menyentuh telinga Becca hingga membuat gadis itu bergidik.

"Demi Tuhan Rowley, She's your sister!" Teriak Justin yang sangat geram melihat kelakuan Rowley yang benar - benar kurang ajar. Tangannya terkepal dan nafasnya liar tak beraturan, ia tidak memperdulikan gerimis yang sekarang telah berubah menjadi hujan yang berangsur lebat.

"No! No! dia bukan saudaraku. Garis bawahi ini, dia adalah SAUDARA TIRI ku, aku bahkan tidak punya hubungan darah apapun dengannya."

"Jadi aku berhak untuk menyukainya!" Suara teriakan Rowley hampir tenggelam di telan hujan, tangan kirinya yang tidak memegang Becca, tanpa disadarinya sudah mulai terkepal.

Sambil tersenyum miring ia berkata "well, asal kau tahu saja jika kami sudah pernah tidur bersama" Ia mendekap dengan kencang bahu mungil Becca yang bergetar karena tangisannya tak kunjung henti. Tulang rapuh itu seakan membengkok karena Rowley membekapnya dengan obsesi yang kian memuncak.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang