Part 9 - Haphazard

162 11 0
                                    

Molly terdiam, ia berdehem "Tampan? Ti...tidak! Dia sangat buruk rupa! Seperti kutu di badan kuda! Wajahnya menyebalkan, mata coklat hazelnya membuat aku muak!" Ujar Molly berbohong, ia tidak mau mengakui pada Anna jika Pria itu sebenarnya benar - benar tampan.

"Benarkah? Aku jadi tambah penasaran." Ujar Anna seraya membaringkan badannya disebelah Molly.

"Dia benar - benar menyebalkan, Anna. Kalau saja aku bisa memotong - motong badannya dan memberikannya pada hiu - hiu yang kelaparan, aku bersumpah akan memberikan seluruh koleksi Gucci ku pada orang itu." Ujar Molly dengan nada emosional yang begitu menggebu - gebu.

"Benarkah? Gucci? Cepat berikan nama pria itu, aku akan memotong - motong badannya sekarang juga demi Gucci!" Ujar Anna sambil mengusap rambut cokelat Molly.

Molly memutar bola matanya. Ia mengalihkan pandangannya pada tuxedo putih yang tergantung bersama beberapa baju di sebelah jendela kamarnya. Ia kemudian bangkit dari tidurnya dan berjalan untuk mengambil tuxedo itu.

Gara - gara kau, aku kehilangan Channel edisi terbatas milikku. Shit! Aku sudah menunggu seumur hidup untuk gaun koleksi musim panas itu. Aku benci kau, benci benci benci! Molly berbicara di dalam hati sambil menampar - nampar tuxedo itu. Ia membayangkan wajah menyebalkan Justin yang sedang memakai tuxedo itu.

"Molly? Kau sudah benar - benar gila?" Anna juga bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah sahabatnya itu.

Molly memicingkan matanya menatap kearah Anna yang tampak ketakuatan melihat ekspresi sahabatnya yang begitu mengerikan itu. Anna sadar jika saat ini Molly benar - benar marah

"Pria ini, dia bahkan memanggil aku dengan sebutan penyihir"

"what? Dia memanggilmu dengan sebutan seperti itu?" Ujar Anna sambil terbatuk - batuk, ia terkejut atas keberanian pria itu memanggil Molly dengan sebutan 'Penyihir'. Tidak ada yang seberani itu pada Molly sebelumnya. Tidak ada yang berani menentang bahkan menolak keinginannya. Hanya orang -orang bodoh yang mau berurusan dengan Molly, si putri tunggal salah satu konglomerat LA itu.

"Sebenarnya siapa sih pria itu, honey? Apa dia emmm... rich boy?"

"Aku tidak tahu! Aku tidak mau tahu. Yang aku tahu dia hanyalah pria menyebalkan yang benar - benar kurang ajar. Bahkan ketika aku mengingat wajahnya, rasanya ada ribuan serangga yang merayap di sekujur tubuhku." Ujar Molly sambil meremas - remas tuxedo yang di pegangnya sejak tadi. Ia menggeram tidak karuan. Ia melemparkan botol parfurm repetto yang berada tak jauh dari sana. Hingga botol itu mendarat tepat di sofa berbentuk beruang berwarna ungu di sudut kamarnya.

Anna hanya menggelang - geleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Itu memang sudah menjadi kebiasaan Molly kalau sedang marah pada siapa saja, merusak barang. Yah, memang itu benar - benar salah satu dari banyak kebiasaan buruk gadis cantik itu.

Tritt...Tritt...

Anna bergegas mengambil i-phone berwarna pink miliknya yang sedang bergetar itu. Ia membuka pesan singkat yang baru saja di terimanya. Ia tersenyum lebar bahkan sedikit terkikik membaca tulisan yang tertera disana.

"Molly, You must read this' Ujar nya dengan nada yang benar - benar exited, ia bahkan melompat - lompat kecil saking senangnya.

Molly yang masih benar - benar tidak dalam mood yang baik menatap kepada Anna dengan wajah cemberut. "Not now Anna! Kau tidak lihat aku sedang tidak berada dalam mood untuk apapun sekarang" Ujarnya sambil melipat tangannya didada.

Anna mendengus dan menarik kepala Molly agar mendekat padanya dan membaca pesan yang ada di i-phonenya. Mata dan mulut Molly membulat sempurna membentuk huruf O. moodnya yang sedang tidak baik tadi seketika berubah 180 derajad.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang