IRIDESCENT PART 26
PART 26
Quotes : "Ada masa dimana kita harus melepaskan sesuatu, bukan karena kebencian, tapi karena waktu yang telah selesai." – Becca
"What did you say? Pertunangan? You kidding me right, Charlie?" Justin langsung menyambar Charlie dengan pertanyaan – pertanyaan geram yang wajar saja di utarakannya mengingat betapa shocknya ia mendengar pernyataan Charlie mengenai pertunangannya dengan putri dari pengusaha itali yang benar – benar aneh itu. Jantungnya seakan jatuh ke lutut.
Malam sudah berjingkit di pertengahan, lolongan serigala sudah terdengar dari jauh, menandakan malam sudah mencapai puncaknya. Suara sumbang jangkrik bersahutan diluar, membuat semacam nyanyian pengantar tidur. Mereka baru pulang dari perjamuan makan malam itu – Justin tidak bisa lagi menahan emosi dan sentakan – sentakan di dadanya yang ditahannya saat makan malam tadi. Sudah cukup baginya untuk tidak bertingkah gila, dan sekarang ia bisa betindak gila – segila – gilanya. Mungkin sekarang bulu – bulu sudah merembes tumbuh dari pori – pori kulitnya dan sebentar lagi ia akan berubah menjadi seekor serigala, mengingat betapa marahnya ia sekarang.
Charlie merapatkan pantatnya di sofa, pria itu terlihat santai dan puas. Ia tidak buru – buru menjawab pertanyaan Justin yang menggebu, ia menyemppatkan menuangkan scotch kedalam gelas Kristal dan menyesapnya dalam beberapa tegukan ringan. "Ingat perkataanku jika aku akan membereskannya dengan caraku? Ini caraku Justin Sparks. – ini caraku untuk membungkam mulutmu yang kurang ajar terhadapku." Ujarnya dengan nada biasa, datar dan mengalun.
Justin mendengus, rasanya ingin sekali ia menghajar pria itu hingga rasa marahnya hilang. Ia kemudian melirik Angeline yang berdiri cukup jauh dari Charlie dan menjaga jarak dengan Justin. Ia tidak habis fikir, bahkan momnya pun turut andil dalam usaha merusak hidupnya. "Mom, kau juga terlibat kan?" tanyanya jengkel.
Angeline diam beberapa saat, dan menatap anaknya dengan lembut, meskipun pria itu menatapnya dengan ekspresi jijik dan tidak senang. "Ini yang terbaik sayang – turuti saja apa kata dadmu."
Justin langsung melotot, perkataan Angeline berhasil membakar kupingnya, bagaikan minyak bertemu percikan api, kupingnya langsung panas terbakar dan meleleh. "Dad? My dad? My dad was died! And HE'S NOT MY DAD!" ia menudingkan telunjuknya pada Charlie. Dulu mungkin ia sempat berfikir bahwa Charlie adalah pengganti yang tepat untuk dadnya, tapi sekarang, ia bahkan terlalu jijik untuk melihat wajahnya barang sedetik.
Angeline balas melotot tidak senang, ia berjalan menderapkan siletoesnya di lantai vinyl mengkilap, menimbulkan suara langkah kaki yang menggema. Ia berhenti beberapa langkah dari tempat Justin berdiri dan menyipitkan matanya menatap Justin. "Justin! Jangan pernah mengingat dia lagi, sudah aku bilang untuk jangan memikirkannya lagi kan?"
Justin terkekeh sarkatis dan memutar bola matanya. "Melupakannya? Tidak akan pernah. Dia dadku dan aku tidak akan pernah melupakannya, apalagi demi orang licik ini. Tidak." Ia melirik Charlie yang duduk disofa menandaskan scotch di dalam gelasnya dan menyeringai padanya, Justin membuang muka tidak mengerti arti seringaian itu, mungkin pria itu mabuk karena dua gelas scotch yang di sesapnya sendirian. Ia kemudian berdehem dan berdiri, berjalan perlahan kesamping Angeline, melingkarkan lengannya di pinggang istrinya. "Baguslah, lagipula kau hanya bisa mengingatnya, dan seberapa keras kau menginginkannya kembali, kau tidak akan bisa menemuinya lagi. Karena dia sudah mati." Desisnya masih dalam seringaian, tapi sekarang nampak jelas jika seringaian itu berupa ejekan.
Dahi Justin mengerut tidak percaya. "Apa kau bilang? Berani – beraninya kau mengatakan hal itu!" serunya geram.
Charlie melepaskan pegangannya di pinggang Angeline, ia mengangkat sebelah tangannya kearah Justin membentuk sebuah tanda menuduh. Sepertinya ia sudah tidak tahan menyimpan rahasia yang lama tertanam di ujung lidahnya. "Apa kau tidak tau dia bahkan tidak menginginkanmu? Dia ingin mommu menggugurkan kandungannya ketika dia tau kau bersemayam dirahimnya – dia mencoba meracuni mommu kau tau itu? dia mencoba membunuhmu. Apa kau masih menyayanginya? Apa kau masih mengiginkan orang seperti itu untuk menjadi ayahmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Roman d'amour(COMPLETED) Sungguh menggelikan ketika cinta terasa seperti sihir, dan semua orang menyebutnya takdir. Saat takdir berubah menjadi sebuah humor, orang - orang akan menyebutnya kejutan yang menyenangkan - Justin Sparks Awalnya kehidupan benar-benar...