Part 25 - Engangement

185 12 0
                                    

Quote :  Aku mohon – teruslah menggenggam tanganku seperti ini, apapun yang terjadi.

Angin bertiup sepoy – sepoy dari timur ke barat. Menghembuskan semacam cuaca tak menentu. Jalanan sudah mulai padat dan kemacetan menjadi tidak terbendung – matahari sudah naik di seperempat bundaran langit. Molly duduk manis di salah satu kursi starbuck menikmati dark mocca hangat dan sepotong half double decker sandwich untuk mengganjal perutnya sepanjang pagi dan siang ini, ya semacam sarapan yang agak telat. Ia menyesap kopinya sambil membaca harian LA Times, yang sedikit diangkatnya dari atas meja menggunakan tangan kiri. Tidak ada berita yang menarik pagi ini, pengeboman sebuah kantor polisi di china town, mengenang 60 tahun pernikahan kirk douglas, para Lakers yang memperoleh golden state warriors, dan beberapa berita tidak penting lainnya. Molly menghempaskan Koran itu ke atas meja dan melirik patek phillipe keemasan yang melingkar manis di lengannya, jarum di jam itu sudah bertumpu di angka 10 – kurang 15 menit. Molly menggeram dan memutar kedua bola matanya – 45 menit lagi sebelum ia terlambat untuk masuk kuliah pagi ini.

"Menunggu Justin?" Sebuah suara tak asing datang dari belakangnya, ia yang setengah terkejut langsung menoleh kebelakang. "Tan?" Panggilnya ramah. Tan mengangkat kedua alisnya dan duduk di kursi kosong di seberang Molly – sambil meniup - niup espresso panas dari gelas plastic yang di pegangnya. "Iya. Sudah menjadi kebiasaannya untuk terus terlambat sepertinya." Dengus Molly.

Tan menyesap espressonya sekali tegukan dan menaruh gelas plastik itu di atas meja. Rasa manis dan pahit meledak di langit – langit lidahnya. Ia kemudian melototi Molly sambil mengembangkan semacam senyum mengejek dan takjub sekaligus.

Molly menatapnnya heran. "What? Apa kau sudah mulai gila? Pernikahanmu 2 minggu lagi – apakah otakmu bermasalah karena itu? Apa sekarang kau menyesal?" Ujarnya sarkatis. Ia melipat tangannya didada seolah menunjukkan siapa yang berkuasa disini.

Tan menggeleng cepat dan merengut masam. "Tidak sama sekali tidak. – I'm fine. Hanya saja, kau – dan Justin, aku tidak pernah berfikir jika kalian akan benar – benar menjadi sepasang kekasih." Ia berkata seolah menemukan kenyataan jika Bill Clinton adalah seorang gay. Keterkejutannya seolah tampak nyata dan begitu terlihat bodoh.

Molly tertawa, ada semacam rasa geli yang menggelitik perutnya ketika mendengar perkataan Tan. "Trust me, aku juga tidak pernah menduga aku akan jatuh cinta pada pencuri paper bagku." Sergahnya seraya menerawang jauh pada pertemuan pertamanya dan Justin.

Tan meringis ngeri. "Sekarang aku percaya jika perbedaan antara cinta dan benci itu setipis kulit bawang." Desisnya sambil bergidik. Ia kemudian membolak – balik koran di atas meja – mencoba menemukan berita yang menarik perhatiannya. Entahlah, mungkin ada gossip tentang Kim Kardashian.

Molly menahan seringaiannya dengan menyesap kopi, rasa pahit kopi itu berhasil menenggelamkan senyumannya. "Jangan pernah berkata jika kau membenci seseorang – kutukan itu benar – benar nyata dan berlaku. Dia tidak pernah tidur." Ia melakukan gerakan semacam berdoa – untuk menunjukkan jika ia meyakini ada sesuatu yang lebih berkuasa dan agung di atas sana.

Tan berhenti membaca koran dan mengerlingkan matanya pada Molly. "Kutukan? Kau menganggapnya kutukan?" Tanyanya heran.

"Ya, sebuah kutukan. Semacam kutukan Maleficent pada putri Aurora. Tapi bedanya aku tidak ingin jika ia mencabut kutukannya padaku. aku ingin ia mengutuk aku sepanjang hidupku." Perkataannya itu diucapkan dengan setengah bersenandung, pipi Molly nampak merona kemerahan – entahlah, ia bahagia sekali ketika mengingat betapa beruntungnya ia memiliki Justin sebagai kutukannya,

Tan melepaskan korannya – ia menypitkan matanya dan menatap Molly beberapa Menit. Seperti seorang ahli nujum yang sedang meramalkan tentang hari kiamat. "Aku punya visi yang kuat jika kalian akan berakhir di sebuah gereja dan 10 anak bermata hazel yang akan merepotkanmu." ejeknya dengan suara di berat – beratkan agar terdengar misterius.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang