Part 2 - Isn't a perfect family

309 24 0
                                    

Setelah mengantar Becca tepat di halaman rumahnya, Justin berjalan menuju rumahnya, saat itu langit sudah dihiasi jutaan bintang ketika Justin membuka pintu rumah. Rumah itu lumayan besar untuk ditempati 2 orang, bangunan serba kayu itu di cat putih, halaman belakangnya menghadap persis ke pesisir pantai. Justin baru akan menaiki tangga ketika ia melihat dad duduk sendirian di bangku taman yang menghadap pantai.
Justin berusaha membuang fikiran untuk menemani dadnya di sana, tapi ketika ia akan mengarahkan kembali langkahnya ke tangga, dia tak sanggup menahan godaan untuk berbalik.
'oh, shit man!' umpatnya dalam hati.
"Dad, I'm home" Ujarnya canggung ketika pantatnya telah bertemu dengan bangku besi yang dingin itu.
Mr. Jeremy, dad Justin menoleh ke arahnya, dan tersenyum miring. "dari mana saja kau? Sudah jam berapa ini?" Ujarnya datar, mata nya menyapu pemandangan pantai yang begitu tenang saat itu. Angin pembawa hujan tidak lagi bertiup.
"aku mengantar Becca pulang kerumahnya." Ujar Justin dengan nada malu - malu yang tidak dapat tertahan.
"yang kau maksud gadis itu? Gadis yang membawakan lasagna di hari ulang tahun ku?"
Justin mengangguk cepat.
"Jadi kau masih mengencaninya? Bagus lah, Gadis itu lumayan juga."
"lumayan, heh? Aku fikir dia sempurna."
Mereka saling pandang dan akhirnya tertawa. Pembicaraan malam ini tidak terlalu buruk, setidaknya lebih lama dari pembicaraan terakhir mereka yang hanya saling menyapa lalu mereka saling diam tidak berbicara.
Mereka sama - sama memandang ombak yang menghempas - hempas pinggiran pantai tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Seolah terlarut dengan fikiran mereka masing - masing.
"Oh iya, aku baru ingat." Mr. Jeremy memecah keheningan.
Justin segera menoleh bersemangat kearah dadnya, seolah berkata 'Apa?'
"Tadi mom mu menelepon, dia bilang dia merindukanmu"
Semangat Justin tadi seketika luntur, ia menghela nafas dan mernurunkan bahunya. Senyum di wajahnya seketika lenyap.
"benarkah? Ku rasa aku tidak peduli apapun yang dikatakannya sekarang."
Mr. Jeremy mengeryitkan dahinya "Kau masih marah padanya? Dia mom mu, bodoh"
Justin membuang muka. "Mom? Mom macam apa yang tega meninggalkan anaknya begitu saja? Di sini, I mean..."
Justin berdiri dengan wajah frustasinya "God damn it!" makinya
"Watch your words, young man! Dia tidak meninggalkanmu, dia hanya... dia hanya menitipkanmu padaku. Dia akan kembali ketika urusannya telah selesai"
"Apa bedanya? Lagipula aku tidak mengharapkan dia kembali."
Pembicaraan hangat tadi berubah menjadi pembicaraan yang memuakkan bagi Justin. Dia berdiri dan bersiap untuk pergi.
"I'm tired, aku mau tidur, night dad!" Ujarnya beranjak dengan langkah kesal dan lebar. Justin memang tidak menyukai bahasan apapun mengenai momnya. Dia merasa semakin membencinya ketika membicarakan hal - hal mengenai momnya.
Ia baru saja menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur ketika i-phone nya berdering. Justin mengangkatnya dan mendekatkan i-phone itu ke telinganya.
Hallo baby... terdengar suara sopran Becca yang bersemangat di seberang sana.
"Hey baby" ujar Justin datar, suasana hatinya masih terlalu buruk sekarang.
You okay? Apakah ada masalah?
"Tidak, hanya terjadi sedikit kesalahpahaman" Justin berguling menghadap dinding kamarnya yang biru malam.
Dad? Dengan dad?
"mm..mmm... no" Justin menggeleng seolah Becca bisa melihatnya sekarang.
Apakah kau ingin sendiri? Aku menelponmu disaat yang tidak tepat ya?
"No, aku senang kau menelpon, setidaknya mendengar suaramu membuatku lebih baik." Justin memejamkan matanya dan tersenyum.
Kau mau cerita? Kau bisa menceritakan nya padaku kalau kau mau, aku siap mendengarkan, Justin.
Justin menghela nafas dia membenarkan posisi tidurnya, sekarang dia telentang menghadap langit - langit yang berwallpaper bintang - bintang.
"Dad bilang, tadi mom menelpon, dan she said she missed me"
Becca terdiam di sisi seberang, Justin masih menunggu responnya.
"Becca?"
Are you miss her too?
Justin terdiam, ia tidak mampu menjawab pertanyaan Becca, pertanyaan simple yang seharusnya bisa dijawabnya dengan mudah itu terasa sulit dicerna oleh fikirannya.
"I... I don't know, aku benci dia"
Don't say it, seburuk - buruknya sikapnya terhadapmu dia adalah orang yang telah melahirkanmu, dia mom mu.
"I Know..."
Becca terdengar menghela nafas
Listen to me, belajarlah untuk memaafkannya, memberi maaf tidak menjadikanmu terlihat buruk, kok. Aku tahu kau orang baik Justin.
"yes, now out from that topic, baby"
Okay, tapi kau harus mencoba untuk melakukannya, Promise?
Justin berfikir sejenak dan menghela nafas "I promise" ujarnya. Ia tidak tahu pasti entah dirinya benar - benar tulus mengatakan hal itu, atau dia hanya meracau.
Oh ya, tadi siang kau di berikan hukuman apa oleh Mrs. Kazeline? Ku dengar kau tertidur dikelas. Ugh... you are a bad guy baby hahaha
"Hahaha, kau tahu aku tidak menyukai biologi kan, pelajaran membosankan itu harus segera di singkirkan dari dunia, I'm frustrated, you know!" Justin bergidik membayangkan pelajaran paling di bencinya didunia itu.
"And about punishment, Mrs. Kazeline tidak memberikan hukuman apapun padaku but she just ask me something..."
Oh really? What's that? Dia tidak memintamu untuk menikahinya kan? Becca terdengar tergelak di seberang sana.
Justin mengeryitkan dahinya "NO! Hell no! kau bunuh saja aku jika dia meminta aku untuk melakukan itu. I swear just kill me" Justin membenamkan wajahnya di bawah bantal, ia berusaha menghilangkan bayangan - bayangan yang mengganggu pikirannya.
"Ok, now serious. Dia meminta aku untuk ikut audisi Canada Singing Contest," Justin membenarkan posisi badannya untuk keseribu kalinya.
OMG, Really? Aku benar - benar setuju sekali dengan Mrs. Kazeline. Kau harus mengikuti audisinya. You are really talented, baby!
Becca tidak mampu menyembunyikan rasa gembiranya, Justin membayangkan Becca sekarang sedang melompat - lompat di tempat tidurnya.
I'm so glad! Kau tau aku sedang melompat di kasurku sekarang?
Justin tertawa, dia bahkan bisa menebak hal - hal yang dilakukan kekasihnya itu. Becca memang tipe orang yang selalu meledak - ledak akan emosinya.
"Aku harap tempat tidur mu tidak menjadi bangkai besok pagi, I pray for her."
OMG, are you take that?
"I don't know... aku bilang pada Mrs. Kazeline aku akan memikirkannya dulu. Aku tidak bisa memutuskannya sekarang jadi Mrs. Kazeline memberikanku waktu berfikir 2 hari, karena dia bilang pendaftarannya akan tutup 3 hari lagi"
Kenapa tidak langsung kau putuskan saja sih? You love to sing, and I know that and you talented and I think you can be a greatest singer ever, more than that ugly Michael Jackson.
Justin terkekeh, hatinya meringis "thanks baby and I know semua pujian mu itu hanya karena aku ini kekasihmu. I'd like to do it. Tapi dad, kau tahu kalau dia benci music kan?"
Aku tahu, tapi ini mimpimu Justin, orang tua mana yang mau menghancurkan mimpi anaknya hanya karena hal itu tidak disukainya? Aku yakin dad mu pasti akan mengerti jika kau memberitahukan ini semua padanya. Cobalah sesekali bernyanyi dihadapannya supaya dia tahu kalau kau itu benar - benar berbakat.
"Ya, aku juga berfikir begitu, kurasa aku hanya takut berbicara padanya tentang ini. Aku hanya tidak mau hal ini menghancurkan hubungan kami. Jarak diantara kami sudah terlalu jauh Becca, aku tidak mau ini hanya akan memperburuk keadaan. Walaupun aku tidak cukup mengenalnya, tapi hanya dia yang aku punya"
And you have me too, I will always support you, apapun keputusanmu.
TO BE CONTINUED ...

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang