Part 16 - unexpected

146 13 0
                                    

PART 16

Quote :

Aku membencimu, kau membenci aku. Tapi ada semacam jerat tak terlihat yang mengikatku untuk tidak menjauh darimu – Molly



Anna bersender di bahu Tan yang kewalahan menopang badannya, gadis pirang itu berjalan terhuyung – huyung karena mabuk, Tan memapahnya menuju kedalam mobil. Tan yang juga merasa pusing berusaha keras memasukkan kunci mobil kedalam lubang kuncian.

"God damn it!" Makinya ketika kunci itu terjatuh untuk kesekian kalinya. Pria itu mendengus, seharusnya ia tidak minum sebanyak itu tadi. Tan menepuk – nepuk wajahnya, mencoba mengembalikan kesadarannya. Iya memegang kunci kecil itu dengan mantap dan kali ini ia berhasil memasukkan kunci tersebut pada lubangnya. Mobil itu mulai berjalan menyusuri jalanan padat, LA memang tidak pernah tidur meskipun sudah selarut ini. Tan memacu mobilnya perlahan.

"Hmmmh... Jangan menyetir dalam keadaan mabuk, Baby." Ujar Anna setengah sadar, gadis itu melenguh tertahan, menahan kepalanya yang berputar – putar. "Cari saja tempat untuk bermalam, aku tidak mau pulang" Lanjutnya, ia kemudian menutup matanya yang berat, tapi tidak tertidur.

"bagaimana jika di flat ku saja?." Tan mencoba menahan matanya agar tetap terjaga. Ia melebarkan pandangannya mencoba bertahan beberapa blok lagi, setelah seharian mengerjakan project mereka yang hampir 90% selesai, mereka memutuskan untuk mendinginkan otak di sebuah bar untuk menyesap beberapa teguk tequila.

"Terserah kau saja, yang penting aku mau cepat tidur."

Tan menepikan mobilnya di parkiran sebuah bangunan flat yang cukup besar, ia kemudian memapah Anna untuk berjalan menuju lift. Anna merebahkan kepalanya di dada Tan dengan mata terpejam, gadis itu terlihat sangat mabuk, wajahnya bersemu kemerahan karena minuman beralkohol yang membuat suhu tubuhnya meningkat. "apa kita sudah sampai?" suara Anna terdengar serak dan hampir hilang.

"Iya, kita sudah sampai" Jawab Tan, sebelah tangannya yang tidak memegangi Anna menekan tombol kode di pintu dan membukanya. Tan merebahkan tubuh Anna diatas sofa, gadis itu tergolek lemas karena sepertinya telah tertidur.

Pria itu melepaskan Siletoes pink yang di pakai Anna dengan gerakan perlahan, agar tidak membangunkannya. Ia kemudian mengambil selimut dari dalam kamar dan menutupi tubuh gadis itu dengan selimut. Tan duduk di ujung sofa menghadap wajah Anna, memandangi gadis berambut pirang yang sedang tertidur pulas itu. Pria itu mengecup keningnya perlahan, memberikan ucapan selamat malam yang begitu manis. Masih dalam jarak yang begitu dekat, Tan mengamati wajah Anna dengan teliti, pandangannya begitu takjub, seperti tidak mau melewatkan sebuah mahakarya Picasso atau Leonardo da vinci. Disaat yang bersamaan Anna membuka matanya tiba – tiba. Gadis itu terlihat setengah sadar, matanya yang sayu menerawang kedalam mata cokelat kehitaman milik Tan. Gadis itu menempelkan telapak tangannya di wajah Tan, yang masih diam tak bereaksi.

"I want you." Desisnya perlahan, ia menancapkan bibirnya yang dingin di atas bibir Tan. Dengan sigap pria itu merespon dan membalas ciumannya, melesakkan lidahnya kedalam mulut Anna. Gadis itu mendesah pelan ketika Tan naik ke atas sofa dan menindih tubuhnya., selimut yang tadi menyelubungi tubuhnya tergolek sembarangan di lantai. Ciuman itu semakin bergejolak dan liar, pria itu mulai mengeksplor tubuh Anna lebih jauh lagi, ia menyentuh bagian – bagian sensitive yang membuat gadis itu mendesah pendek. Tan menanggalkan satu persatu kancing baju Anna, meninggalkan sepotong bra cokelat yang bagian dalamnya hampir menyembul keluar. Gadis itu terlihat begitu menikmati sentuhan – sentuhan yang menggelitik mengasah birahinya. Sekarang Tan sudah berhasil melucuti seluruh pakaiannya, yang tersisa hanya underwear cokelatnya yang begitu minim. Tan mengangkat alisnya sambil menatap pada Anna yang menggigiti bibirnya, seolah meminta persetujuan gadis itu untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh lagi.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang