IRIDESCENT PART 27
PART 27 (JOLLY FULL PART)
Quotes : "Dalam kesendiriannya, Marie – Therese tidak pernah berhenti mencintai Picasso"
California University
Siang sudah menampakkan wujudnya ketika matahari membulat simetris di atas kepala. Teriknya membakar kulit siapa saja yang menentang keagungan pancarannya. Molly berjalan di koridor yang sesak menuju barisan loker – loker yang terletak beberapa meter lagi darinya – jam perkuliahan sudah berakhir, oleh karena itulah koridor sesak di penuhi para mahasiswa yang hendak bergegas pulang. Gadis itu tampak kepayahan membawa beberapa buku tebal di dalam dekapannya, sudah beberapa minggu ini ia memutuskan untuk fokus pada kuliahnya karena ia sadar ia tidak mungkin terus menerus memanfaatkan kekayaannya untuk mendapatkan sesuatu – ia harus berusaha, itu yang dikatakan Justin padanya. Ngomong – ngomong soal Justin, pria itu tidak masuk lagi hari ini, ini sudah hari ke empat pria itu membolos dan berada entah di planet mana. Molly tidak bisa menemukannya meskipun tadi malam ia berhasil menelpon Justin dan mereka berbicara sebentar – tidak lama karena Justin bilang dia ada urusan yang mesti dikerjakannya.
Molly mengeryitkan hidungnya ketika melewati gerombolan anak – anak pemain football yang menebarkan aroma asam dan menjijikan dari keringat – keringat mereka. Ia berusaha untuk tidak bergesekan dengan bahu – bahu besar itu, menjaga dirinya untuk tetap hygenis. Ia merapatkan tubuhnya ke loker, seolah memberikan jalan pada gerombolan itu. Ia menghela nafas lega ketika gerombolan itu sudah melintasinya. Ia akan mulai berjalan lagi ketika seseorang mengejutkannya dari belakang – memegang pundaknya dan memutar tubuhnya.
"Holly shitake mushroom!!!" Pekiknya terkejut. Buku – buku yang dipegangnya hampir saja jatuh merosot dari tangannya, untunglah Justin dengan sigap menopang buku itu dengan kedua tangannya dan memberikan kesempatan pada Molly untuk membenarkan posisinya.
"I'm sorry – my bad." Pria itu mengulum senyumnya dan terkekeh lembut.
Molly menarik nafas dalam – dalam, mencoba mengatur nafasnya yang terasa sesak. Mungkin tadi jantungnya ikut melompat keluar saking terkejutnya. "Bisakah sekali saja kau tidak mengejutkan aku?" Ujarnya marah. Ia kemudian mendongakkan kepalanya lalu serta merta melotot pada Justin. "Astaga! Kenapa kau bertelanjang dada disini? Kau fikir ini tempat tidur?" Ia menatap geram pada Justin yang dengan santainya melenggang tanpa sehelai bajupun menutupi tubuh bagian atasnya – memamerkan serangkaian otot – otot perut yang membentuk deretan kotak dan terlihat sangat menggoda.
Justin tertawa kecil, matanya masih tidak lepas menatap kekasihnya yang melihatnya tidak senang dan gusar. "Apakah fikiranmu hanya ada di tempat tidur?" suaranya yang sehalus sutera dialunkan dengan nada menggoda. Molly mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba tersadar dari mantera hipnotis yang di bacakan Justin tadi. Ia berdehem lalu membuang muka, ia melotot tidak senang pada cewek – cewek yang berjalan melintas, leher mereka seakan terpilin 360 derajad melihat Justin. Sungguh sangat wajar karena Justin memang benar – benar tampak menggoda.
Melihat Molly tidak menggubris godaannya, Justin kemudian merangkul bahu kekasihnya itu dan menenggelamkannya pada aroma tubuhnya yang telah bercampur keringat. "Well, aku sedang kepanasan, sayang – aku habis bermain basket bersama beberapa temanku. Ya, hitung – hitung meregangkan ototku yang sudah terasa kaku. Akhir – akhir ini aku jarang ke gym." Ujarnya menjelaskan. Mereka kemudian mulai berjalan perlahan sekali.
Molly menahan dirinya untuk tidak tersenyum – ia mengusap – usap lengan kiri Justin yang dilingkarkan di dadanya. "Terlihat sekali, lihatlah, itu diperutmu, lipatan lemak." Oloknya berbohong. Tentu saja ia berbohong, ia bukannya sedang menunjuk lipatan lemak di perut Justin, melainkan otot sixpack sekeras batu yang menggoda dan meruntuhkan iman. Molly mencoba menahan getaran didadanya yang membuatnya kehilangan kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Romance(COMPLETED) Sungguh menggelikan ketika cinta terasa seperti sihir, dan semua orang menyebutnya takdir. Saat takdir berubah menjadi sebuah humor, orang - orang akan menyebutnya kejutan yang menyenangkan - Justin Sparks Awalnya kehidupan benar-benar...