Final chapter (End)

254 15 2
                                    


Senja sudah lewat, malam siap menggantikannya dengan diiringi gumpalan awan - awan hitam yang berbondong - bondong memenuhi langit. Hujan sepertinya akan segera turun, kilat menyambar bagai neon ribuan watt di balik awan yang menggulung. Becca dan Heather sudah pulang sejak tadi, Rowley menjemputnya ketika matahari hampir terbenam, Clarisse tertidur setelah kelelahan bertengkar dengan Heather karena memperebutkan Justin. Setelah berpamitan pada tuan rumah, Justin dan Molly berjalan bersama di sepanjang lorong berdinding kaca menuju halaman parkir penthouse - meskipun agak canggung, tapi tidak bisa dipungkiri jika sebenarnya mereka saling merindukan, satu sama lain.

"Kau akan langsung pulang?" Tanya Molly.

Justin mengerucutkan bibirnya dan menggeleng. "Tidak. Ada beberapa pekerjaan kantor yang mesti aku selesaikan." Ujarnya, ia menunduk dan memperhatikan ujung sepatu kulitnya yang mengkilap diterpa cahaya lampu cokelat temaram di sepanjang lorong.

"Sepertinya kau menjadi amat sibuk sekarang."

"Well ralat, super sibuk." Justin membenarkan. Ia kemudian menoleh pada Molly. "Kudengar kau akan segera lulus, em - selamat."

Molly menyeringai, ia melirik Justin dan mengangguk. "Jika kau tidak berhenti kuliah, kita pasti akan lulus bersama - sama." Molly mengulum kata - kata terakhirnya. Ia sepertinya menyesali perkataan tersebut.

Justin terkekeh masam, ia memasukkan tangannya kedalam saku celana dan mengangkat bahu. "Aku sungguh tidak menduga kau bisa lulus, aku fikir kau juga akan berfikir untuk berhenti."

Molly merapatkan bibirnya dan berdesis. "Kau tidak berhenti meremehkan aku." Sergahnya. "Lihatlah buktinya, aku bisa lulus tanpa bantuan siapapun - aku tidak butuh siapapun kan, sudah ku bilang padamu waktu itu."

Justin memutar bola matanya. "Well, kau sungguh tidak berubah penyihir sombong." Cibirnya.

Molly terdiam dan menghela nafas. Ia melirik Justin sekilas lalu kemudian berdehem. "Well, kau berubah." Ujarnya cepat, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada lampu lampu temaram yang berjejer di setiap sisi panel.

"Aku?" Justin mengeryit, ia memajukan langkahnya mendahului Molly dan berbalik berjalan mundur di depan Gadis itu, persis seperti yang sering dilakukannya dulu.

"Ya – I mean lihatlah kau sekarang, Jas huh?" Molly menyentuh kerah Jas Justin dengan maksud mengejek. "Kau dulu benci pakai yang ini." Tudingnya.

Justin mencibir dan menyingkirkan tangan Molly dari kerah Jasnya. "Aku masih benci, kok. Pakaian ini sangat mengganggu." Gerutunya.

"Tapi kau tetap memakainya." Balas Molly tidak mau kalah.

Justin kembali berjalan dengan posisi Normal di samping Molly. "Tidak. Ada. Pilihan." Ujarnya masam. Ia megalihkan pandangannya kedepan – pada kaca lorong yang berkilauan. Kemudian keduanya terdiam cukup lama – memperhatikan suara – suara langkah yang di buat oleh kaki mereka sendiri. Lorong itu sepi, tidak ada yang lewat kecuali mereka.

"Well sebenarnya kau juga." Ujar Justin memecah gelembung keheningan diantara mereka.

Molly langsung menoleh pada Justin dan mengeryit bingung. "aku apa?"

"Kau juga berubah."

"Well, Aku tidak memakai jas."

"No, I mean – rambutmu, kau memotongnya, itu terlihat sangat maskulin." Ia tertawa mendengar komentarnya sendiri.

Molly memukul bahu Justin menunjukkan ketidaksenangannya atas komentar tersebut. "Um – well sesungguhnya potongan rambut ini hanya untuk mempermudahku beraktifitas saja, kau tahu aku menjadi lebih sering ke perpustakaan di bandingkan ke mall karena harus menyelesaikan paper ku." Ujarnya sambil memegangi ujung rambutnya. Ia memang memotong rambutnya sampai sebahu – seperti Emma Roberts di film we're the Millers. Keputusan yang sulit memang karena ia selalu mencintai rambut panjangnya – seumur hidupnya baru kali ini ia memotong rambutnya hingga sependek itu. Pertama kali melihatnya dengan penampilan begitu, ia ingat Anna hampir pingsan kehabisan nafas. Mungkin semua orang tahu kenapa ia memotong rambutnya – bukan karena mempermudah aktifitas, tetapi pengalihan perhatian.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang