Part Enin

3.4K 241 0
                                    

"Mungkin bagi kamu dia adik, tapi siapa tau dia suka sama kamu. Bisa jadi kan?"

Urghhhh.
Joe merebahkan dirinya sendirinya ke ranjangnya

"Mungkin bagi kamu dia adik, tapi siapa tau dia suka sama kamu. Bisa jadi kan?"

Perkataan itu terus menerus terngiang di kepalanya sejak pulang dari rumah Kate.

ARGHHH.
Ia pun memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
Pikirannya pun me-replay kejadian 1 tahun yang lalu.

________________________
"Lu jangan bercanda deh"

"Gue ga bercanda Joe, Gue suka lu"

"Enggak mungkin, Lex. Gue udah kenal lu dari umur berapa sih? Mana mungkin lu bisa suka gue?"

"Gue juga gatau kapan, tapi yang pasti, lu itu baik banget sama gue, dan gue merasa nyaman ama elu."

"Tapi... tapi gue gabisa Lex. Gue udah nganggeplu adik gue sendiri"

"Yauda kalo gitu tinggal anggep gue jadi cewelu ajaa"

"Sorry Lex, tapi gue gabisa. Tapi gue janji gue bakal anggeplu sebagai temen terbaik gue. Dan gue g bakal lupa buat main ke rumah lu terus"

selesai ngomong demikian, aku pun berlari menjauhinya.

"Joe.... Joeeee!!!"

Bisa kudengar teriakannya.
Teriakan kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan.
Tapi, apa yang bisa kulakukan?
Aku hanya terus berlari... dan berlari.
menjauhinya...
________________________
Tapi, sampai sekarangpun, gue gak melanggar janji gue ke Alex.
Gue tetap main ke rumahnya, ngobrol dengannya,
walaupun tidak selepas dan selama dulu.

Alex anak yang baik.
Pintar, juga penyemangat suasana.

Gue sayang ama dia.
Tapi... gue mencintai perempuan lain.

Perempuan yang dari dulu gue sukai.
Yang gue yakin 100% bahwa diapun tidak mengenal gue, karena gue aja bahkan gatau namanya.
Dimana kesempatan gue untuk mendekatinya di musim panas malah menghilang karena dia selalu keluar dari negara ini setiap liburan.
Dan kesempatan gue untuk mendekatinya di sekolah tidak ada...
Karena, well... kita beda sekolah...

dan perasaan yang udah lama terpendam ini,
Yang gue kira udah ilang dari kapan tau,
ternyata muncul lagi, karena tiba-tiba gue 1 sekolah ama dia.
Bahkan bisa 1 kelas.
Padahal setau gue, dia lebih muda 1 tahun dibandingkan gue.

Yang karena saking gugupnya gue dan pengen membuka percakapan, malah ngeledek dia.
Dan dengan beraninya gue ke rumahnya malem-malem, karena gue inget rumahnya itu.

Tempat pertama gue ngeliatnya dari rumah Alex.
Pada saat dia lagi main basket di halaman depan rumahnya dengan ring basket seadanya.

Buat gue yang dulu masih kecil, itu adalah permainan basket paling keren yang gue pernah liat.
Dan karena itu, gue mulai belajar basket sedikit demi sedikit.

Dan setelah itu, gue jadi sering ngeliat dia.
Pada saat dia sedang naik sepeda mengelilingi kompleks dan kebetulan lewat rumah Alex,
Pada saat dia sedang bermain soccer dengan saudara-saudaranya dan keberisikannya mencapai rumah Alex,
Bahkan pada saat Ayahnya.... well... kalian tau lah, meninggal 3 tahun yang lalu.

Disaat mereka sekeluarga masuk mobil hitam, dan untuk pertama kalinya gue ngeliat dia nangis.
Perempuan yang biasanya tersenyum lebar dan tawa lepas, menangis sampai segitunya dan memasuki mobil.

Dan pada hari itu, saat gue sudah menginjak umur 15, gue tercengang di depan pintu Alex.
Niat gue buat main ke rumah Alex pupus seketika.
Dan sejak hari itu, gue gak akan pernah mau ngeliat perempuan itu nangis... lagi.

Tapi sepertinya hal itu tidak terwujud karena malem ini saja dia sudah menangis.
Hampir nangis sih... gatau kenapa.
Itu yang menyebabkan kenapa gue jadi panik, dan dengan begonya megang wajahnya.
Gue pun bingung kenapa gue bisa kayak begitu.
Tanpa dikontrol, tangan gue gerak sendiri.
Begitu menyadarinya, gue ngerasa jantung gue bakal copor bentar lagi.
Makanya gue langsung sok cool.
Tapi ternyata keliatan juga ama dia.
Emang dia jeli banget sih.

Dan sekarang, gue gatau harus ngapain.
Besok gue bakal ketemu lagi sama dia.
Gue harus pake baju apa?

Gue pun segera bangun berdiri dan membuka lemariku.
Lemari yang tidak terlalu besar karena gue emang pake apa aja yang ditaro diatas.
Tapi sekarang, udah gabisa. Gue harus berpakaian keren didepan dia.
Didepan perempuan itu.

setelah 15 menit, akhirnya gue menemukan baju yang lumayan bagus juga.
Baju itu terselip dibagian paling bawah.
Karena itu... kamar gue jadi kayak kapal pecah karena semua baju ada di lantai.

Joe... Joe... Lu pasti udah gila,
pikir gue dalam hati

Spy'X Mission : JokerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang