Part Neethtfif

2.5K 190 4
                                    

15.02

Begitulah yang tertera di jam tanganku.
Sudah lewat 2 menit dari jam pulang, dan aku berdiri (lebih tepatnya bersembunyi) di belakang tiang sebelah loker.
Kayaknya sia-sia deh aku kesini.
Mana dari tadi aku bahkan ga liat Joe lagi di kelas.

"Lu ga percaya banget sih sama gue Joe?" teriak seorang tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan dari aku bersembunyi sekarang.

Aku melirik, menongolkan kepalaku sedikit dan melihat Alex berjalan ke depan loker bersama Joe.

"Bukannya ga percaya, cuma ya ini aneh banget. Ga mungkin lah" ujar Joe.

"Itu sama aja lu ga percaya! Udahlah kan gue udah bilang kalo lu gamau nemenin gue gapapa" ujar Alex berhenti berjalan dan membelakangi Joe.

"Ya tapi kalo beneran, gue malah takut lu kenapa-napaa" ujar Joe berjalan mendahului Alex.

"Ya udah kalo gitu diem aja." ujarnya kemudian sambil memandang Joe.
"Mana tu orangg?? Udah telat 2 menit 57 detik! Mana dia?" ujarnya lantang.

Gila serem banget tu orang. Sumpahan.

Lalu, tiba-tiba saja ada sosok bayangan dari arah sebelah sana.

Bridgett.

Dia sepertinya bingung ada disana. Terbukti dari ucapan dia berikutnya,
"Loh... Elisse mana?"

"Lah lu kan temennya" ujar Alex galak.

"Dia bilang dia mau kesini duluan soalnya gue mau beli minum. Kok dianya gada??" tanyanya bingung.

Lalu tiba-tiba saja ada yang mendorong jatuhku dari belakang.

"ARGHHH" ujarku yang jatuh nelungsup ke depan.

"Katee??" tanya Joe, langsung lari ke arahku dan membantuku berdiri.

Lalu dari belakangku pun muncullah Elisse, sambil terseringai.

"Aduh maaf.... Ga liat" ujarnya sambil tersenyum manis, palsu kalau menurutku.

GA LIAT LU BILANG?
EMANG GUE SEKECIL APA??
KUTU???

"Wah.. ada tamu tak diundang supanya disini." ujarnya sambil melihat ke Joe.

Lalu secepat kilat, entah dari mana, ia mengeluarkan pistol dari kantongnya, dan menembakkannya ke Joe.

"Joeeee!!!" teriakku dan Alex bersamaan.
Lalu akupun langsung menopang Joe dengan cepat, tetapi langsung saja Joe direngut dariku. Oleh siapa lagi kalau bukan Alex?

"Lu apa-apaan sih?" teriak Joe sambil mencoba berdiri dan meraih Elisse.
Tapi tiba-tiba saja dia sudah jatuh.

"Wow.... Biasanya begitu kena tembak langsung orang pingsan. Kuat juga dia masih sempet ngomong." ujar Elisse tanpa ekspresi bersalah sama sekali, sambil meletakkan pistolnya ke belakang selipan bajunya.

"Lu.." Ujar Alex sembari berdiri dan hendak menampar Elisse.

Tapi tidak di duga-duga, Elisse menghindar. Dan bukan saja menghindar, ia juga menahan tangan Alex.

"Please, don't try to beat me. Lu ga akan bisa." ujarnya, merendahkan.

Aku yang tau kalo keadaan ini menjadi berbahaya, apalagi dia bisa melumpuhkan Joe yang gede gitu.
Tinggi Joe yang mencapai 187 itu bisa dikalahkan dengan alat pembius gitu.
Dan aku yakin, pistol itu ga mungkin cuma 1 peluru. Pasti ada peluru lagi.
Tapi entah kenapa, dia ga menggunakannya untuk kita.

Aku segera menarik Joe ke samping supaya dia aman dulu.
Lalu aku langsung berdiri dan berlari kencang kearah Elisse.
Tapi Elisse langsung menghentakkan tangan Alex dan mundur, sehingga aku berlari ke arah tembok.
Untungnya aku sempat menghentikan langkahku.

Padahal lariku tuh sudah cepet banget. Dan jarak diantara kita tuh ga jauh-jauh amat. Dan dia masih bisa menghindar??

"Eeergghhhh" erang Alex.
Sepertinya badan dia terhantam ke belakang tembok. Dan dia juga memegangi pergelangan tangannya yang keliatannya dicengkeram kenceng banget sama Elisse.

"Wah... cepet juga kamu Kate" ucap Elisse menghentikan tatapanku.

Dia..... dia tau namaku?

"Lu..... kenal gue?" tanyaku.

"Kalo gatau, ngapain gue sebut namalu barusan?" ujarnya sambil menyeringai.

"Apa yang udah lu lakukan ke Joe?" tanya Alex lantang.

"Ahh.... Lucu deh.... Peduli sama cowo yang bahkan udah nolaklu" ujar Elisse sambil membungkuk dan tersenyum senang.

Seketika itu juga, Alex bangun dan mencekik Elisse.
Tetapi Elisse, seperti yang sebelumnya, udah memperkirakan hal itu akan terjadi.
Dan dia langsung menghindar.

"Bodoh. Udah gue bilang berapa kali sih?" tanyanya, seraya mengangkat kakinya, hendak menendang Alex.

Brukkkk.

Kaki Elisse terhenti, tepat di depan muka Alex.

Lalu sebuah bola pun bergulir di sebelah Elisse.

"Lu....... berani nendang gue pake bola??" ujar Elisse dengan nada geram, memalingkan wajahnya yang kena bola itu, dan menatapku.

Aku hanya tersenyum dan berkata,
"Hoki... Tiba-tiba ada bola disebelahku."

Elisse langsung berlari kearahku dengan kecepatan penuh.

Untungnya refleksku cepat, dan aku langsung menghindar.

Elisse mencoba menendangku tapi bisa aku tangkis, dan itu terjadi sekitar 5 menit tanpa berhenti.

Kuat banget ni cewek! Kecil-kecil kuat banget!
pikirku dalam hati.

Karena tidak fokus, Elisse berhasil menendangku tepat di perut dan membuatku terjatuh.

"Hahaa... bukannya lu jago beladiri? Setau gue, lu tuh jago semua beladiri ama olahraga, tapi ternyata cuma gini toh," ujar Elisse dengan nada merendahkan.

"Kok kayaknya lu tau semua kehidupan kita sih?" ujarku, baru tersadar dengan semua kenyataan membingungkan ini.

"Entah.... Bisa dibilang gue udah mengawasi kalian dari lama" ujarnya santai, sambil mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya.

Pisau!!!!

Ia kembali menyerang ke arahku.
Aku segera melakukan salto kebelakang untuk menghindari serangnya itu.

"Woi!! Lu yang daritadi pelengak-pelongok kek orang bego!" teriakku lantang, ke arah gadis yang berdiri jauh di depanku.
Siapa namanya tadi? Bridgett?
Dia sepertinya lagi shock dengan semua kenyataan ini.

Yaiyalah!! Dia ngebela temennya, terus sekarang temennya jadi psikopat yang mencoba menyakiti orang ga bersalah.
Padahal akupun ga ada sangkut pautnya ama yang terjadi di kantin barusan. Aku juga gatau kalo ini bakal terjadi. Aku cuma pengen nonton doank.
Karma mungkin ya, karena udah kepo?

Bridgett pun terbangun dari lamunannya.
"Hah?" ujarnya lirih sambil mengadah ke atas.

"Hah heh hah heh. Bantuin lahhh!!" teriakku pasrah.

Bukannya apa-apa sih, tapi kalo lawannya pake pisau dan posisiku sekarang lagi membelakangi tembok, lama-lama aku juga bisa terdesak lah!

"Tapi... tapi aku gabisa berantemm...." ujarnya lirih.

Yaelah.

Aku hanya menggelengkan kepalaku.

"Yauda, lu urus Alex aja sono" perintahku sambil menunjuk Alex yang terbaring lemah di samping tembok.

Gile.... Kek boss mafia aja gue.
Habis, kalo bukan aku, siapa lagi? Bridget lagi shock dan Alex masih kesakitan karena kena tembok!

Bridgett langsung menganggukkan kepalanya dan membopong Alex ke samping jalan, mendekati Joe.

"Wah wah.... Jadi tinggal lu ama gue nih?" ujar Elisse menyadarkanku.

"Keliatannya begitu kan?" jawabku dengan senyum sinis.

Elisse pun tersenyum dan mengangkat pisaunya, serta berkata,

"Okay then.... Let the fight, begins!"

___________________________________________

Spy'X Mission : JokerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang