"Bagaimana? Sudah siap?" ujar Samantha sambil masuk ke dalam Trial Room.
"Aku sih sudah siap," ujar Liana.
Ia lalu melihat ke belakang Samantha,
"Dimana mereka?" tanyanya.
Samantha menoleh ke arah pintu.
"Tadi jalan di belakangku sih. Paling bentar lagi juga dateng," jawabnya.
Tiba-tiba saja Liana tertawa kecil.
"Kenapa kamu ketawa?" tanya Samantha.
"Sam...Sam...Kamu naif atau bodoh sih? Masa kamu ninggalin mereka di belakang?"
"Loh, memangnya kenapa? Sudah ada 3 spades yang membawa mereka, ada Adrian dan Kate jug-" ucapannya berhenti.
Liana tersenyum kecil.
"Oh Sammy... Justru karena ada Kate. Adrian dan 3 spades itu bukan lawan yang seimbang untuknya. Apalagi ada 3 orang temannya itu. Bisa-bisanya kamu meninggalkannya di belakang." jawab Liana dengan nada yang lembut, tapi menusuk.
Samantha yang sepertinya baru tersadar itu langsung buru-buru melangkah ke pintu, hendak memeriksa keadaan. Di saat yang bersamaan, pintu itu terbuka dan masuklah Kate bersama 2 spades.
"Sorry telat," ujar Kate dengan tenang.
Tampak kelegaan pada muka Samantha, tetapi raut kecurigaan pun muncul di muka Liana.
"Mana 3 orang itu?" tanya Liana.
"Oh... Tadi Adrian suruh aku buat bawa mereka ke ruang penahanan. Makanya jadi rada telat deh kesini" ujar Kate dengan nada polos.
"Hah? Adrian? Mana dia sekarang?" tanya Samantha.
"Lagi di ruang penahanan. Katanya mau jagain mereka disitu biar gak kabur, sementara aku manggil kalian berdua," ujarnya lagi.
Samantha menggelengkan kepalanya, sedangkan Liana tetap memasang tatapan curiga kepada Kate.
"Gimana sih tu orang? Udah jelas-jelas disuruh ke sini. Kok malah dibawa ke ruang penahanan?!" ujar Samantha dengan nada marah.
Ia lalu menoleh ke arah Liana,
"Bentar, ya. Aku panggil dia dulu."
Liana yang terus menatap ke arah Kate, dengan tidak menoleh sedikitpun, menganggukkan kepalanya.
Samantha berjalan ke arah pintu. TIba-tiba saja Kate berkata,
"Bawa 2 spades ini aja. Siapa tau mau ngangkat mereka lagi,"
Samantha yang sepertinya dari tadi tidak menyadari keberadaan 2 spades itu, melihat mereka berdua dengan tatapan curiga.
"Kok..... Cuma dua? Tadi kan ada tiga," ujarnya.
"Oh...Iya.... Yang satu lagi bareng sama Adrian," ujar Kate, masih dengan wajah polosnya.
"Oh..." ujar Samantha sambil manggut-manggut.
"Gausa deh. Mereka disini aja jagain Liana. Nanti aku bisa panggil spades lai-"
"Bawa aja, Sam," ujar Liana dengan tegas.
"Loh? Tapi-"
"Bawa saja," ujarnya lagi, menandakan itu adalah perintahnya.
Liana yang sepertinya rada geger, akhirnya hanya berkata "Oke" lalu berjalan keluar diikuti 2 spades tersebut.
Suasana ruangan pun hening ketika ketiga orang tersebut keluar dari ruangan.
"Kate" panggil Liana beberapa saat setelah.
"Ya?"
"Tutup pintunya deh," perintah Liana.
"Oke," jawab Kate, sambil menutup pintunya.
"Kate...Kate..." ujarnya sambil tertawa kecil.
"Hah?" balas Kate, sedikit bingung.
"Bagaimana pendapatmu tentang Samantha?" tanyanya tiba-tiba.
"Pendapatku?"
"Iya. Orang seperti apakah Samantha itu?"
"Hmmm... Orang yang dingin, sadis, dan kuat," jawabnya.
"Begitukah?
"Kenapa emangnya?"
"Tidak...tidak... Apa kamu mau mendengar pendapatku tentangnya?" tanya lagi.
Kate memasang raut bingung, tapi lalu menaikkan kedua bahunya dan berkata,
"Why not?"
"Menurutku.... Sammy adalah orang yang kuat secara fisik. Dia lihai dalam menggunakan gadget-gadget, dalam berkelahi....Tapi dia itu...bodoh,"
"Hah?" ujar Kate, tentunya sedikit terkejut karena ucapan Liana.
"Tentu saja. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku yang lemah seperti ini bisa menjadi kepala dalam operasi ini? Bagaimana mungkin dia mau mengikuti semua ucapanku dan melakukan segala yang ku suruh?" ujarnya, lalu dia mengacungkan telunjuknya ke pelipisnya, "Karena ada ini....Otak lah yang penting," lanjutnya.
Kate hanya memasang muka terkejut, tapi buru-buru memasang muka datarnya.
"Lalu? Kenapa tiba-tiba kamu berkata seperti ini?" tanya Kate.
"Ya... Seperti yang kamu bisa lihat..." ujar Liana sambil berjalan ke arah Kate.
"Dia terlalu bodoh untuk menyadarinya," lanjutnya.
Kate menaikkan sebelah alisnya, "Menyadari apa?" tanyanya.
"Kalau kamu sudah mengkhianati kita," ujarnya lagi.
"Hah?" tanya Kate dengan muka terkejut, "Maksudmu apa coba?" tanyanya lagi dengan nada tersinggung.
"Oh, sudahlah Kate... Hentikan acting-mu ini," ujarnya lagi, lalu menaruh tangannya di pundak Kate.
"Aku tidak mengerti apa yang kami bicarakan, Liana," jawab Kate tegas.
"Benarkah?" tanya Liana dengan nada lembut.
"Bukankah kamu sudah melakukan sesuatu kepada 3 spades tadi, dan 2 orang spades tadi adalah Alex dan Bridget? Lalu dilihat dari Adrian yang tidak ada, bisa kuperkirakan bahwa dia sedang bersama Elisse sekarang, bukan begitu? Dan kau ingin memisahkanku dengan Sam agar lebih mudah dikalahkan. Kamu melawan aku, sedangkan kedua temanmu melawan Sam. Bukankah begitu?" tanyanya dengan nada polos.
Kate hanya terdiam.
Lalu ia tertawa kecil.
"Kamu memang sangat pintar Liana," ujar Kate, lalu tiba-tiba memegang tangan Liana dan menendang rendah kakinya.
Liana terjatuh, lalu Kate mengunci tangan Liana di belakang badannya.
"Kalau kamu sudah tau dari awal, kenapa kamu membiarkan Sam pergi?"
Liana tertawa kecil.
"Aku hanya ingin melihat rencanamu bisa berjalan sejauh mana," ujarnya lagi.
"Kau begitu sombong," balas Kate, memperkuat kunciannya.
"Dengar, ya," ujar Liana sambil menoleh ke arah Kate, "Sam mungkin tidak menyadarinya secepat aku, tetapi kedua temanmu? Melawan Sam? Not a chance!" ujarnya lagi dengan senyum di wajahnya.
"Oh, yeah? Well then how about you, huh? Kamu sendiri aja begini. Sudah gak berdaya padahal baru dikunci. Sam tidak mungkin berani berbuat apa-apa kalau kamu sudah kutangkap. Menyerahlah Liana. Kau sudah kalah!" ujar Kate.
"Really?" ujar Liana dengan raut wajah penuh misteri.
"I beg to differ"
________________________________________________________________
![](https://img.wattpad.com/cover/58908299-288-k387277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Spy'X Mission : Joker
Action-An Action, Romance, and Comedy Story- Kate, Alex, and Bridget are 3 different person, with different abilities, personalities, appereance, and the way of thinking. but somehow Keeneth found something in them to be a spies. What will they do? How wi...